Liputan6.com, Jakarta Peru menghentikan sementara uji klinis vaksin COVID-19 buatan perusahaan China, Sinopharm, setelah dilaporkannya "kejadian merugikan yang serius" pada salah seorang sukarelawan.
Kementerian Kesehatan Peru pada Sabtu lalu, mengatakan bahwa laporan itu tengah diselidiki untuk mencari tahu apakah kejadian itu terkait vaksin COVID-19 atau ada penjelasan lainnya.
Baca Juga
Ramaikan Pilkada DKI Jakarta 2024, Intip Kisah Hidup Rano Karno dari Dunia Seni hingga ke Panggung Politik
Hasil Rekapitulasi Data Suara Sementara Pilkada Jatim di KPU, Pengumpulan Data dari Setiap Daerah Nyaris Rampung
Hasil Quick Count Pilkada Riau 2024, Diklaim hanya Beda Tipis dengan Real Count KPU
"Keputusan untuk menghentikan sementara uji klinis adalah langkah keamanan yang dipertimbangkan dalam peraturan uji klinis dan protokol yang ditetapkan untuk melindungi kesehatan subyek penelitian," kata Kemenkes Peru seperti dikutip dari Straits Times pada Senin (14/12/2020).
Advertisement
Peru sendiri sedang melakukan uji klinis vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Sinopharm. Terdapat sekitar 12 ribu sukarelawan yang terlibat, dan seharusnya akan menyelesaikan uji klinis tahap pertama dalam beberapa hari mendatang.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Peserta Kesulitan Menggerakan Lengan
German Malaga kepala penelitian vaksin COVID-19 Sinopharm dari Cayetano Heredia University, mengatakan bahwa dalam kejadian tersebut, seorang peserta mengalami kesulitan menggerakkan lengannya.
"Beberapa hari yang lalu kami memberikan tanda, karena kami diminta, kepada pihak berwenang bahwa salah satu peserta kami menunjukkan gejala neurologis yang mirip dengan kondisi yang disebut sindrom Guillain-Barre," kata Malaga seperti dikutip dari South China Morning Post.
Sindrom Guillain-Barre adalah kelainan langka dan tidak menular, yang mempengaruhi gerakan lengan dan kaki. Bulan Juni tahun lalu, Peru sempat mengumumkan darurat kesehatan sementara karena ditemukannya beberapa kasus dari kondisi ini.
Apabila uji klinis vaksin Sinopharm dinyatakan sukses, pemerintah Peru berencana untuk membeli hingga 20 juta dosis untuk melakukan imunisasi pada dua per tiga populasinya.
Advertisement