WHO: COVID-19 Bukan Pandemi Terakhir, Dunia Harus Bisa Lebih Tangguh

Dirjen WHO mengungkapkan beberapa hal yang harus dilakukan untuk mempersiapkan dunia yang lebih tangguh dalam menghadapi pandemi berikutnya

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 30 Des 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 30 Des 2020, 12:00 WIB
WHO Umumkan Virus Corona Pandemi Global
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara dalam sebuah konferensi pers di Jenewa, 11 Maret 2020. WHO menyatakan wabah COVID-19 dapat dikategorikan sebagai "pandemi" karena virus tersebut telah menyebar semakin luas ke seluruh dunia. (Xinhua/Chen Junxia)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan bahwa pandemi COVID-19 tidak akan menjadi pandemi terakhir yang dihadapi oleh dunia.

Pernyataan ini disampaikan Tedros dalam pesan video WHO, dalam rangka Hari Kesiapsiagaan Epidemi Internasional pertama, yang ditetapkan pada 27 Desember 2020.

"Sejarah mengatakan pada kita bahwa ini tidak akan jadi pandemi yang terakhir, dan epidemi adalah fakta kehidupan," kata Tedros, dikutip dari video di Youtube World Health Organization pada Senin (28/12/2020).

Dalam kesempatan tersebut, Tedros mengatakan bahwa setahun yang lalu, masyarakat benar-benar tidak paham mengenai COVID-19. Namun menurutnya dalam 12 bulan, dunia benar-benar berubah.

"Dampak dari pandemi sudah jauh dari penyakit itu sendiri, dengan konsekuensi yang jauh pada masyarakat dan ekonomi," katanya.

Menurut Tedros, hal ini harusnya tidak lagi mengagetkan. Ia mengatakan, selama bertahun-tahun, ada banyak ulasan, laporan, dan rekomendasi yang sama-sama mengatakan: "Dunia ini tidak siap untuk pandemi."

 

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

Investasi pada Kesehatan

Ilustrasi Covid-19, virus corona
Ilustrasi Covid-19, virus corona. Kredit: Miroslava Chrienova via Pixabay

Tedros mengatakan, semua harus belajar bahwa pandemi mengajarkan kita beberapa hal.

"Pertama, semua negara harus berinvestasi pada kesiapan kapasitas untuk mencegah, mendeteksi, dan memitigasi kedaruratan dari semua, baik itu epidemi yang terjadi secara alami atau kejadian yang disengaja."

Ia menyebut, fasilitas kesehatan primer yang kuat adalah sesuatu yang penting sebagai dasar dari cakupan kesehatan semesta, serta sebagai "mata dan telinga" dari segala sistem kesehatan.

Kedua, kesiapsiagaan juga bukan hanya dari sisi kesehatan. Tedros mengatakan bahwa dibutuhkan pendekatan dari seluruh pemerintah dan masyarakat.

Ketiga, Tedros juga menggarisbawahi pentingnya pendekatan One Health sebagai bagian penting dalam keterkaitan antara kesehatan manusia, hewan, dan planet.

"Dengan investasi di kesehatan masyarakat, didukung oleh seluruh pemerintah, seluruh masyarakat, dan pendekatan One Health, kita bisa memastikan anak-anak kita dan anak-anak mereka, mewarisi dunia yang lebih aman dan lebih tangguh."

Mengutip UN News, Hari Kesiapsiagaan Epidemi Internasional ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), untuk mengadvokasi pentingnya pencegahan, kesiapsiagaan, serta kemitraan dalam melawan pandemi.

Peringatan ini jatuh pada tanggal lahir Louis Pasteur, seorang ahli kimia dan mikrobiologi Prancis, yang memiliki terobosan di bidang vaksinasi.

 

Infografis Varian Baru Virus Corona Hantui Inggris

Infografis Varian Baru Virus Corona Hantui Inggris. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Varian Baru Virus Corona Hantui Inggris. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya