Liputan6.com, Jakarta - Bukan tanpa alasan tenaga kesehatan (nakes) menjadi sasaran pertama program vaksinasi COVID-19 di Indonesia. Tugasnya yang harus berhadapan langsung dengan pasien COVID-19, membuat nakes berpotensi sangat tinggi untuk ikut terpapar Virus Corona.
Bahkan, Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah kematian nakes tertinggi di Asia. Pada Sabtu, 2 Januari 2021, Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), melaporkan, sebanyak 504 tenaga kesehatan meninggal karena COVID-19.
Sebanyak 504 orang tersebut terdiri dari dokter (237), dokter gigi (15), perawat (171), bidan (64), apoteker (7), tenaga laboratorium medik (10).
Advertisement
Dan, 237 orang dokter yang meninggal akibat Virus Corona terdiri dari dokter umum (101 dan empat di antaranya adalah guru besar), dokter spesialis (131 dan tujuh di antaranya guru besar), residen (5).
"Kematian tenaga medis dan kesehatan di Indonesia tercatat paling tinggi di Asia, dan lima besar di seluruh dunia," kata Ketua Tim Mitigasi IDI, Dr Adib Khumaidi SpOT.
Meski dibayangi dengan kematian, banyak nakes yang tetap profesional menjalankan tugasnya untuk merawat pasien COVID-19.
Nakes di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet, misalnya, yang dikabarkan tidak pulang ke rumah selama berbulan-bulan karena harus terus bekerja.
Cerita ini disampaikan salah seorang penyiar Mustang 88 FM, Adhiramsyah Choesin. Pria yang akrab dipanggil Adhi, mengatakan, saat dirinya dinyatakan positif COVID-19 dan dirujuk ke Wisma Atlet, salah satu pengikut (followers) di Instagram pribadinya, @adhrrf, menghubunginya. Ternyata, orang tersebut adalah tenaga kesehatan di Wisma Atlet.
"Kebetulan ada salah satu followers di Instagram yang (kirim pesan melalui) DM (direct message), kalau dia ternyata nakes di sana, dan bilang kalau mereka belum pulang ke rumah sejak April 2020. Jadi, mereka tinggal di sana, mengabdi di sana. Mereka benar-benar profesional dan tulus," kata Adhi saat dihubungi Health Liputan6.com melalui sambungan telepon pada Senin, 19 Januari 2021.
Simak Video Berikut Ini
Melihat Sendiri Perjuangan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet
Adhi pun tak kuasa menahan air mata tatkala melihat sendiri para nakes di Wisma Atlet mengurus pasiennya. Beberapa jam setelah mendapatkan kamar di gedung yang terletak di Kemayoran, Jakarta Pusat, pria berkacamata ini langsung mencurahkan isi hatinya melalui Instagram Stories.
"Perkara tenaga kesehatan, bukan nangis berkaca-kaca, tapi nangis ngucurrrrrr!," tulis Adhi.
"Gw harus banget ceritain ke teman-teman, tapi bentar, lagi cari metode yang tepat dan lagi cari kata-kata yang pas. Susah ngegambarinnya kalau lagi benar-benar ngerasain gini. Asli. Gw lagi menyerapi perasaan sedih ini, and they deserved every drop of my tears," lanjutnya.
Menurut Adhi, tenaga kesehatan di Wisma Atlet sangat bekerja keras untuk kesembuhan pasiennya. Meskipun dalam tiap sif (shift) dan tiap lantai hanya ada dua orang nakes yang bertugas, tapi mereka selalu dapat diandalkan dan cepat dalam bertindak.
"Saya melihat tenaga kesehatan itu memang seperti malaikat yang dikirim Tuhan, karena saya tahu banget mereka di sana berdekatan dengan saya dan pasien lainnya. Itu bukan zona merah lagi, itu zona yang bisa mengancam kehidupan mereka," ujarnya.
Saat dirawat, Adhi menyebut diberikan nomor telepon dari tiap nakes yang bertugas di lantai tempat dirinya dirawat.
"Kalau kita chat akan langsung direspons, semua kebutuhan dipenuhi. Mereka selalu ada 24 jam. Bisa kita chat lewat grup atau personal ke nurse-nya. Dan, sepengalaman saya, mereka selalu online," kata Adhi.
"Saya bisa merasakan kombinasi antara sedang diisolasi. Maksudnya, disediakan fasilitas tempat untuk diisolasi, dan profesionalitas pelayanan rumah sakit, seperti tetap adanya pengontrolan, tensi rutin, dikasih obat, dan konsultasi dengan dokter," Adhi menambahkan.
Tidak cuma nakes, Adhi juga memuji fasilitas di Wisma Atlet yang disediakan untuk pasien COVID-19, yang dinilainya cukup lengkap.
"Saat saya ke ruang rontgen (ronsen), di situ saya lihat ICU, ada ventilator, dan saya lihat alat-alatnya sangat mumpuni," ujarnya.
Advertisement
Dari Penyiar jadi Penyintas COVID-19
Adhi dinyatakan positif COVID-19 setelah melakukan tes usap atau swab test PCR (Polymerase Chain Reaction) pada Minggu, 3 Januari 2021. Beberapa hari sebelumnya, Adhi menyebut memang sempat merasakan gejala seperti batuk dan pilek.
Adhi pun lewat unggahan Instagramnya meminta setiap orang yang berinteraksi dengannya dalam 14 hari terakhir untuk melakukan swab test. Beruntung, hasil tes usap kedua orangtuanya menunjukkan hasil negatif.
Dalam unggahannya yang lain, Adhi tampak menangis dalam beberapa kesempatan, seperti saat harus isolasi mandiri di rumah, dan beberapa hari awal menjalani perawat di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet.
"Gw 'ngobrol' sama Allah, seakan Dia bilang 'Ini bukan tentang kamu, Dhi, ini tentang kuasa-Ku" tulis Adhi di dalam unggahan video Don't push your luck. Stay with God pada Minggu, 17 Januari 2021.
"Sudah ngurusin duniawinya? Sini sebentar, yuk!" tulisnya lagi.
Masih dari video berdurasi 6 menit 15 detik yang sudah ditonton lebih dari 140ribu kali, Adhi juga terlihat tak kuasa membendung air matanya agar tak jatuh saat mengapresiasi kinerja tenaga kesehata di Wisma Atlet.
"Lihat tenaga kesehatan, tadi lagi jam ganti shift, pas keluar kamar buang sampah, mereka kayak teriak-teriak 'Semangat yuk', bercanda-bercanda. Enggak tahu siapa itu, mukanya enggak kelihatan. Semoga masuk surga, sih, mereka," ujarnya.
Potret di Wisma Atlet Rumah Sakit Darurat COVID-19
Kini, Adhi menyandang status penyintas COVID-19. Dia resmi menjadi 'alumni Wisma Atlet' setelah hasil swab test PCR pada Jumat, 15 Januari 2021, menunjukkan hasil yang negatif.
Air matanya pun kembali bercucuran saat melihat hasil tes tersebut. Zikir tidak henti keluar dari mulutnya sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas kesembuhan yang telah dia dapat.
"Mau zikir enggak tahu mulai dari mana, semua pengin disebut. Gue dedikasikan air mata ini untuk Allah SWT, Pejuang COVID-19, dan seluruh tenaga kesehatan," tulis Adhi.
Adhi juga tidak lupa mengingatkan para pengikutnya di Instagram untuk mematuhi protokol kesehatan.
"Please, di rumah saja, kejadian ini mengubah hidup," kata Adhi.
Adhi juga, mengingatkan, meskipun hanya sesekali berkumpul dan berinteraksi dengan kelompok yang kecil, potensi tertular COVID-19 tetap ada.
"Sama sahabat atau teman, yang hanya tiga, empat orang, terkadang kita jadi lost 'Oh ini karena teman dekat, dia amanlah, ya' atau takut buat dia tersinggung, jadi lepas masker," ujarnya.
View this post on Instagram
Penulis : Rizki Febianto
Advertisement