Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Republik Demokratik Kongo mengumumkan kasus Ebola yang yang terjadi di bagian timur negara itu pada Minggu waktu setempat. Kejadian ini merupakan yang keempat dalam waktu kurang dari tiga tahun.
Menteri Kesehatan Eteni Longondo mengumumkan bahwa pasien Ebola tersebut adalah seorang wanita yang meninggal dunia di Butembo, provinsi Kivu Utara.
Baca Juga
Dikutip dari Euronews pada Senin (8/2/2021), wanita dari desa Biena itu jatuh sakit selama beberapa hari sebelum dites di sebuah klinik. Namun, sebelum hasilnya keluar, ia meninggal dunia di rumah sakit dua hari kemudian.
Advertisement
Mengutip The Guardian, Longondo mengatakan bahwa suami dari pasien itu sebelumnya juga pernah terpapar Ebola pada wabah sebelumnya. "Dia petani, istri dari penyintas Ebola, yang menunjukkan tanda-tanda umum dari penyakit itu pada 1 Februari," ujarnya pada RTNC.
Pemerintah pun segera melakukan pelacakan kontak guna menelusuri siapa saja orang yang berkontak dekat dengan pasien, untuk memberantas wabah tersebut secepat mungkin.
Temuan ini merupakan wabah Ebola ke-12 di Kongo, semenjak virus itu pertama kali ditemukan di Kongo pada 1976.
Â
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Khawatirkan Dampak Buruk pada Sistem Kesehatan
Wabah Ebola tahun 2018 di Kongo Timur merupakan yang paling mematikan nomor dua di dunia. Sebanyak 2.299 orang meninggal sebelum wabah itu berakhir di bulan Juni.
Pejabat kesehatan khawatir bahwa kasus Ebola baru berdampak buruk pada sistem kesehatan di negara itu yang dinilai rapuh, khususnya saat menghadapi pandemi COVID-19.
Virus Ebola sendiri sangat menular dan bisa menular lewat cairan tubuh seperti muntahan, darah, atau air mani. Sebuah studi yang dimuat di New England Journal of Medicine melaporkan, virus itu bisa hidup dalam air mani penyintas selama lebih dari tiga tahun.
Beberapa gejala Ebola antara lain: demam tinggi, nyeri otot diikuti muntah dan diare, erupsi kulit, gagal ginjal dan hati, serta perdarahan internal dan eksternal.
Pada hari Minggu, Matshidiso Moeti, Direktur Regional World Health Organization Afrika mengatakan bahwa bukan hal yang aneh apabila kasus acak muncul usai wabah besar. Selain itu, respon terhadap Ebola yang pernah terjadi harusnya mempermudah penanganan kasus.
"Keahlian dan kapasitas tim kesehatan lokal sangat penting dalam mendeteksi kasus Ebola baru ini dan membuka jalan untuk respons yang tepat waktu," kata Moeti.
WHO juga sedang melakukan investigasi terhadap kasus itu dan mencoba mengidentifikasi jenis virus untuk menentukan apakah temuan itu terkait dengan wabah sebelumnya.
Advertisement