LIPI: COVID-19 Mungkin Jadi Penyakit Endemik tapi Belum Bisa Dipastikan

Keberadaan pandemi COVID-19 memicu berbagai anggapan para ahli salah satunya hipotesis bahwa penyakit tersebut dapat menjadi penyakit endemik.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 02 Mar 2021, 09:00 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2021, 09:00 WIB
FOTO: 6 Jenis Vaksin COVID-19 yang Ditetapkan Pemerintah Indonesia
Pekerja memproduksi vaksin COVID-19 di perusahaan Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, 12 Agustus 2020. Pemerintah melalui Bio Farma berupaya untuk memenuhi kebutuhan domestik dengan mempersiapkan sebanyak 15 juta bulk vaksin COVID-19 untuk tahap pertama. (BAY ISMOYO/AFP)

Liputan6.com, Jakarta Keberadaan pandemi COVID-19 memicu berbagai anggapan para ahli salah satunya terkait hipotesis bahwa penyakit tersebut dapat menjadi penyakit endemik.

 

Kepala Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Protein Desain Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Dr.rer.nad Wien Kusharyoto mengatakan hal itu bisa saja terjadi tapi belum bisa dipastikan.

Hal serupa juga disampaikan Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof. dr., Amin Soebandrio. Ph.D, Sp.MK. “Mungkin terjadi,” katanya kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat, Senin (1/3/2021).

Wien menjelaskan bahwa virus dapat tetap berada di masyarakat sepanjang waktu tapi cara mengontrolnya lebih mudah.

Menurut peneliti LIPI ini, ketika terdapat cukup banyak orang yang menjadi kebal terhadap COVID-19, misalnya ketika herd immunity sudah tercapai, baik melalui vaksinasi maupun karena infeksi oleh virusnya secara alami, maka tingkat penularan virus akan semakin rendah dan jumlah kasus infeksi virus semakin berkurang.

Namun, tidak berarti virusnya akan segera lenyap atau hilang sepenuhnya. Di luar suatu daerah, di mana herd immunity sudah tercapai, “mungkin” masih akan terdapat orang-orang yang tetap rentan terhadap infeksi virus. Sehingga, penularan virus tetap terjadi di antara mereka yang bahkan dapat pula ditularkan ke orang-orang yang rentan di daerah lainnya karena mobilitas manusia, tambah Wien.

“Terdapat kemungkinan pula, bahwa penyebaran virus akan stabil sampai tingkat tertentu yang relatif rendah, sehingga virus tersebut akan tetap berada di dalam masyarakat sepanjang waktu, tapi kita dengan lebih mudah mengontrolnya,” kata Wien kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks, Senin (1/3/2021).

“Pada saat itulah kita dapat mengatakan bahwa penyakit tersebut menjadi endemik.”

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Simak Video Berikut Ini

Belum Benar-Benar Diketahui

Anggapan COVID-19 dapat menjadi penyakit endemik belum benar-benar bisa dipastikan, kata Wien.

“Hingga sekarang kita belum benar-benar tahu, berapa lama kekebalan terhadap COVID-19, baik setelah infeksi virus maupun karena vaksinasi dapat bertahan.”

Beberapa jenis virus corona lainnya, misalnya yang menyebabkan flu dan menjadi endemik di kelompok masyarakat tertentu hanya dapat diatasi dengan vaksin yang perlindungan kekebalannya hanya bertahan satu tahun.

“Bagaimana kemudian kemampuan kita dalam menangani COVID-19 ketika sudah menjadi endemik tergantung pada seberapa bagus vaksin yang tersedia serta pengobatan yang kita miliki,” tutup Wien.

Infografis 5 Gejala Sakit Kepala Akibat COVID-19

Infografis 5 Gejala Sakit Kepala Akibat Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 5 Gejala Sakit Kepala Akibat Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya