Liputan6.com, Jakarta Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan, pandemi memperlihatkan Indonesia sebenarnya memiliki banyak potensi terkait penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan.
Menristek Bambang mengatakan dalam setahun COVID-19 di Indonesia, ia melihat bahwa para peneliti, perekayasa, dan dosen-dosen di bidang kesehatan, khususnya COVID-19, sebagai "talenta yang luar biasa."
Baca Juga
"Kita istilahnya mempunyai berlian yang tersembunyi, yang selama ini tidak pernah muncul ke permukaan," kata Bambang dalam Inovasi Indonesia untuk Indonesia Pulih Pasca Pandemi, pada Selasa lalu.
Advertisement
Dikutip dari Youtube Kemenristek/BRIN pada Kamis (4/3/2021), Bambang mengatakan bahwa selama ini, para peneliti tersebut tidak pernah terlihat di permukaan karena kurangnya permintaan atau demand dari pasar.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Jangan Hanya Lihat Sisi Ekonomi
Menurut Bambang, selama ini banyak pedagang atau importir yang memenuhi kebutuhan seperti ventilator atau bahan baku obat, tanpa pernah melihat atau memberikan informasi kepada para peneliti dan perekayasa, bahwa Indonesia membutuhkan produk-produk tersebut.
Beberapa alat sesungguhnya sudah bisa dibuat di dalam negeri. Ia mencontohkan salah satunya ventilator. Menurutnya, prototipe ventilator bisa dikembangkan oleh universitas atau lembaga penelitian.
Namun, saat prototipe telah lolos uji di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Kementerian Kesehatan dan mendapatkan izin edar, ventilator tersebut harus diproduksi secara massal agar dapat digunakan oleh pengguna di seluruh Indonesia.
"Kemudian kita menemukan bottle neck berikutnya, siapa pabriknya. Karena pabriknya pun belum pernah ada yang bikin ventilator. Artinya, perusahaan atau pabrik tersebut tidak pernah menjadikan ventilator sebagai produknya," kata Bambang.
Meski begitu, mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional tersebut mengatakan bahwa momen pandemi COVID-19 membuat banyak pihak merasa "senasib" dan sama-sama memiliki perhatian dalam situasi ini.
"Dan juga sama-sama prihatin dengan kondisi ini, sekaligus prihatin mengapa bangsa kita hobinya impor. Maka akhirnya, pabrik-pabrik yang aslinya tidak didesain untuk bikin ventilator, kemudian mendedikasikan sebagian unitnya untuk membikin ventilator," ujarnya.
Dia mencontohkan, pabrik otomotif atau alutsista sesungguhnya memiliki semua komponen yang dibutuhkan untuk membuat ventilator. Namun, industri tersebut dinilai mau melakukannya demi menangani COVID-19, serta menegakkan kemandirian pengembangan alat kesehatan.
"Jadi talenta itu satu hal, tetapi poin kedua yang baru saya tekankan adalah, ternyata para dosen, peneliti, perekayasa, dan sebagian dari industri kita juga punya hati. Itu yang saya tekankan."
Bambang pun meminta agar inovasi tidak hanya dilihat dari sisi ekonomi saja. "Kita harus melihat inovasi Indonesia tidak dengan hanya otak kiri, dengan mata, tetapi harus melihatnya dengan otak kanan kita, ada unsur perasaan, ada hati, untuk melihat bahwa kalau tidak sekarang, maka selamanya Indonesia akan susah menjadi negara yang tidak bergantung kepada impor."
Advertisement