Liputan6.com, Jakarta Seorang pria di Amerika Serikat meninggal dunia akibat COVID-19. Namun sebelum meninggal, dia dilaporkan mengalami penggumpalan darah akibat penyakit tersebut, yang membuatnya mengalami ereksi berkepanjangan.
Dalam sebuah laporan kasus di American Journal of Emergency Medicine beberapa waktu lalu, pasien tersebut mengalami priapisme atau ereksi berkepanjangan, akibat virus corona yang menimbulkan pembekuan darah di penis.
Baca Juga
Mengutip Insider pada Rabu (31/3/2021), pria itu sudah sepekan mengalami batuk dan kemudian demam. Ia lalu menjalani pemeriksaan COVID-19 dan dinyatakan positif.
Advertisement
Pria 69 tahun dengan obesitas itu lalu dirawat di Miami Valley Hospital di Ohio pada Agustus 2020 lalu. Dia mengalami gejala parah.
Dikutip dari New York Post, pria itu mengalami sesak napas parah, pembengkakan, dan penumpukan cairan di paru-parunya. Setelah 10 hari dirawat, kondisi pasien semakin memburuk dan ia juga membutuhkan steroid serta ventilator.
Pasien lalu mendapatkan teknik proning atau tengkurap, untuk membantu udara bergerak lebih baik ke seluruh tubuhnya.
Namun 12 jam kemudian, saat ia ditempatkan dalam posisi berbaring biasa, perawat melihat alat kelaminnya ereksi. Para tenaga kesehatan mencoba menangani kondisi yang berlangsung selama 3 jam itu.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Meninggal karena Komplikasi
Setelah gagal dibantu dengan kompres es, dokter lalu mengeluarkan darah dari penis pria tersebut dengan jarum. Priapisme yang dialami pasien pun pulih dalam 30 menit dan tidak terjadi lagi.
Namun, kondisi paru pasien terus memburuk. Ia akhirnya meninggal karena komplikasi COVID-19.
Pakar menyebut bahwa gejala priapisme tersebut mungkin karena reaksi berlebihan dari kekebalan tubuh, yang disebut badai sitokin, serta efek samping COVID-19 yang telah diketahui sebelumnya yaitu pembekuan darah.
Ahli bedah urologi Richard Viney dari Queen Elizabeth Hospital, yang tidak terlibat dalam kasus tersebut mengatakan, temuan tersebut itu adalah sesuatu yang menarik.
"Kami belum melihat kasus priapisme terkait COVID seperti ini, dan kami telah menangani lebih banyak pasien COVID daripada rumah sakit Eropa lain sejauh yang saya ketahui. Jadi ini jelas manifestasi COVID yang jarang tetapi bisa dijelaskan," kata Viney.
"Pada pasien ini, dia memiliki priapisme aliran rendah yang pasti cocok dengan mikroemboli (gumpalan kecil terbentuk di pembuluh darah yang lebih kecil) dan ini adalah salah satu komplikasi COVID yang kita lihat di banyak sistem organ lain."
Advertisement