Liputan6.com, Jakarta Pejabat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Bank Dunia, dan GAVI mendesak negara-negara kaya agar menyumbang kelebihan dosis vaksin COVID-19 mereka ke program internasional untuk mencukupi kebutuhan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Hal ini disampaikan dalam sebuah acara yang diselenggarakan Gavi secara virtual untuk meningkatkan dukungan bagi inisiatif pemberian vaksin COVAX Facility, pada Kamis (15/4/2021).Â
Baca Juga
"Pasokan global sangat ketat sekarang. Tetapi kami juga tahu bahwa banyak negara berpenghasilan tinggi yang memesan vaksin lebih banyak daripada yang mereka butuhkan," kata Kepala Eksekutif Gavi Seth Berkley dilansir dari Al Jazeera.
Advertisement
Berkley mendesak agar negara-negara kaya dapat berbagi kelebihan dosisnya secepat mungkin untuk menutupi populasi berisiko tinggi selama persediaan pasokan vaksin saat ini masih terbatas.
Saat ini beberapa negara berpenghasilan rendah dan menengah bahkan belum memberikan suntikan vaksin. Jika hal ini dibiarkan, dikhawatirkan butuh waktu hingga bertahun-tahun untuk negara-negara menginokulasi masyarakatnya.
Para ahli mengungkapkan bahwa jika virus dibiarkan beredar tanpa henti di beberapa bagian dunia, peluang virus untuk bermutasi menjadi varian baru menjadi lebih tinggi. Pada akhirnya, mutasi virus akan berpotensi membuat vaksin kurang efektif atau menyebabkan peningkatan kematian.
Simak Juga Video Berikut
Selandia Baru Sumbang Vaksin
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyatakan akan menyumbang vaksin ke COVAX Facility. Dosis vaksin yang disumbangkan disebut-sebut cukup untuk diberikan ke lebih dari 800.000 orang.
Sementara itu beberapa negara Eropa juga menjanjikan sumbangan dana untuk COVAX. Negara-negara tersebut yakni, Denmark, Belanda, Norwegia, dan Swedia.
COVAX membutuhkan pembelian vaksin hingga 1,8 miliar dosis pada tahun ini. Di sisi lain, COVAX telah mengirim lebih dari 38 juta dosis vaksin ke 111 negara.
Â
Penulis: Abel Pramudya Nugrahadi
Advertisement