Sederet Fakta tentang Varian COVID-19 India yang Masuk Indonesia

Apa yang harus dikhawatirkan dari varian COVID-19 dari India atau B1617?

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 04 Mei 2021, 17:30 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2021, 17:30 WIB
India Kekurangan Oksigen Diterjang Badai Covid-19
Seorang pasien bernapas dengan bantuan oksigen yang disediakan oleh tempat ibadah Gurdwara, Sikh, di dalam sebuah mobil di New Delhi pada 24 April 2021. India mengalami kekurangan oksigen yang kritis di tengah badai infeksi Covid-19 yang menghancurkan sistem kesehatannya. (AP Photo/Altaf Qadri)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, pada Senin, 3 Mei 2021, mengumumkan bahwa varian COVID-19 yang berasal dari India dan Afrika Selatan sudah masuk ke Indonesia.

Untuk mutasi virus Corona dari India varian B1617, terdapat dua insiden di Jakarta. Sedangkan varian B1351 alias varian virus Corona dari Afrika Selatan ada satu kasus di Bali.

Berikut sederet fakta mengenai varian COVID-19 dari India yang mesti diketahui, sebagaimana dijelaskan dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Persahabatan, Erlina Burhan.

1. Varian B1617 juga berinduk pada varian B117 yang berasal dari Inggris.

"B117 pertama di Inggris, kemudian melebar ke 20 negara, dan ternyata kebanyakan terdapat pada orang-orang yang baru bepergian dari India," katanya.

Varian yang memiliki dua mutasi, E484Q dan L452R, diduga menjadi penyebab terjadinya perlonjakan kasus COVID-19 di India, tapi belum dapat dikonfirmasi.

"Penyebab terjadinya perlonjakan kasus COVID-19 di India diduga karena varian ini. Tetapi memang belum bisa dikonfirmasi," Erlina menambahkan.

2. Gara-gara memiliki mutasi di dua tempat, varian COVID-19 B1617 dari India dikhawatirkan banyak berhubungan terhadap tingkat keparahan.

"Apakah B1617 mudah menular karena mutasinya di dua tempat? Dikatakan mungkin terbukti dapat meningkatkan penularan tapi belum cukup data. Jadi, kita mesti hati-hati untuk mengungkapkan sesuatu. Harus datanya lengkap, baru bisa mengatakan," kata Erlina dalam sebuah webinar belum lama ini.

3. Terkait apakah dapat memengaruhi efektivitas dari vaksin COVID-19, memang dikatakan bahwa varian COVID-19 dari India memiliki kemampuan menghindari sistem imun. Baik dari vaksin maupun infeksi sebelumnya.

Namun, kata Erlina, lagi-lagi datanya belum cukup. Sehingga efeknya masih belum bisa diketahui secara pasti.

"Oleh sebab itu kita masih menunggu. Kenapa salah satu penyebab dikatakan belum yakin terhadap vaksinasi, karena populasi India yang sudah divaksinasi baru sekitar 130 juta penduduk. Jumlahnya jauh dari kita di Indonesia," Katanya.

"Jauh banget. Kita barangkali baru 15 jutaan (webinar dilakukan minggu lalu, -red), di India baru 130 juta tapi karena penduduknya banyak, itu baru 10 persen," Erlina menambahkan.

 

Indonesia Tetap Harus Belajar dari India

Potret India yang Babak Belur Dihantam Tsunami Covid-19
Kerabat pasien yang menuntut perhatian petugas kesehatan berdebat dengan mereka di rumah sakit pemerintah khusus COVID-19 di Ahmedabad, India, Selasa (27/4/2021). Kasus virus corona di India melonjak lebih cepat dari tempat lain di dunia. (AP Photo/Ajit Solanki)

Erlina, melanjutkan, meski banyak orang menyalahkan bahwa peningkatan kasus COVID-19 di India terjadi karena varian baru B.1.617, akan tetapi perlu memikirkan kemungkinan penyebab lainnya. Ini juga yang harus menjadi pelajaran bagi India.

Penghujung tahun 2020 menjadi hari-hari paling membahagiakan bagi warga di India. Bagaimana tidak? Terjadi penurunan kasus COVID-19 yang sangat drastis. Pemerintah di India bahkan sampai mengatakan bahwa saat itu benar-benar sudah melandai.

"Mereka mengatakan keluar dari pandemi, kemungkinan hanya endemi. Mungkin pemerintah dan masyarakatnya terlena euforia dari penurunan yang luar biasa, penurunanya sampai 10 kali lipat di akhir tahun, kemudian sedikit abai," kata Erlina Burhan.

Gara-gara euforia kasus yang melandai, di awal tahun 2021 India jor-joran melakukan persiapan Pesta Demokrasi. Kemudian, kata Erlina, pertandingan olahraga dengan penonton yang banyak tapi sedikit yang pakai masker pun terlaksana.

Bahkan, fasilitas umum dibuka, mal penuh, kereta api kembali penuh, dan gong-nya festival keagamaan yang dihadiri jutaan orang pada Maret dan April 2021. 

"Kalau kita lihat tempat lain di Saudi Arabia, perayaan tahun baru di China, mereka melakukan pembatasan. Bahkan, di China pada 2020, perayaan Tahun Baru ditiadakan padahal itu perayaan besar. Di Arab Saudi juga membatasi orang yang naik Haji dan Umrah," kata Erlina.

"Perlakuan itu tidak sama dengan yang dilakukan di India. Oleh sebab itu, saya rasa seluruh dunia, tidak hanya Indonesia, harus belajar dari India, dan salah satu yang bisa kita petik, kita membatasi diri untuk berkumpul-kumpul," Erlina menekankan.

Apalagi di Indonesia, beberapa hari lagi akan menyambut datangnya Idulfitri. Di momen sakral tersebut, biasa digunakan untuk berkumpul dan saling berkunjung.

"Belajar dari India, untuk tahun ini tidak dulu saling berkunjung, kita cukup kegiatan silaturahmi via Zoom, Zoomfitri nanti ya," ujarnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya