Semua Orang dengan Riwayat Bepergian Punya Tingkat Risiko yang Sama Kena COVID-19

Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, menyampaikan bahwa COVID-19 adalah penyakit yang mengikuti mobilitas manusia. Selama ada pergerakan, maka risiko penularan pun ada.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 19 Mei 2021, 15:56 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2021, 12:00 WIB
Arus Balik Mudik Kereta Api
Penumpang kereta api Argo Lawu dari Solo keluar dari gerbong di Stasiun Gambir, Jakarta, Senin (17/5/2021). Kepala Humas PT KAI Daop I Eva Chairunisa mengatakan, pada hari ini diperkirakan akan ada 2.100 penumpang kereta api jarak jauh yang akan tiba di Jakarta. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, menyampaikan bahwa COVID-19 adalah penyakit yang mengikuti mobilitas manusia. Selama ada pergerakan, maka risiko penularan pun ada.

Menurutnya, risiko penularan itu tidak hanya ada pada pemudik, tapi pada semua orang yang memiliki riwayat bepergian.

“Kalau saya enggak bilang pelaku perjalanan dari Sumatera tapi pelaku perjalanan dari mana pun, pokoknya yang punya riwayat bepergian itu risikonya sama tingginya,” ujar Pandu kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Selasa (18/5/2021).

Sumatera Selatan dianggap berbahaya karena ada penemuan mutasi baru. Ini seakan-akan bepergian ke Sumatera Selatan maka risikonya lebih tinggi.

“Itu sebenarnya enggak, karena itu yang ditemukan di sana. Dulu kita mencegah dari India, yang bukan dari India tidak dicegah. Padahal, itu ditemukan di India tapi sudah menyebar ke negara lain.”

Jadi, lanjutnya, kita cenderung fokus ke India tapi yang bukan dari India diperbolehkan masuk. Padahal, bukan berarti pendatang dari negara selain India itu tidak membawa virus mutasi India.

“Misalnya dari Arab Saudi atau Malaysia, kemarin banyak pekerja migran dan kita kebobolan karena kita narasinya hati-hati sama warga India padahal virus itu tidak mengenal lagi warga negara, kalau sudah melakukan perjalanan ya tertular.”

Ia berpendapat, seluruh pelaku perjalanan baik dari India maupun negara lain seharusnya diperlakukan dengan cara yang sama yakni karantina semuanya. Jika kebijakannya diskriminasi, maka hal tersebut lah yang membuat jadi abai terhadap kemungkinan risiko lain.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Simak Video Berikut Ini

Imbauan Bagi Pemudik

Pandu juga menyampaikan imbauan bagi pemudik dari Sumatera yang hendak kembali ke Pulau Jawa.

“Ya kalau mereka mengalami sesuatu langsung periksa saja, kita enggak tahu apa yang terjadi. Saya enggak tahu apakah semua pemudik dites yang saya dengar sih pemerintah menyediakan 2 juta tes antigen gratis,” ujar Pandu.

Namun, pemudik balik biasanya jumlahnya lebih banyak, lanjut Pandu. Sehingga semua orang yang melakukan perjalanan perlu melakukan pemeriksaan jika merasakan gejala COVID-19 atau sempat bertemu dengan temannya yang terinfeksi.

“Supaya kalau ketahuan, dia bisa isolasi diri dan tidak menularkan kepada keluarganya. Kita berusaha mengurangi dampak perluasan. Mungkin saja satu orang yang pergi tapi satu keluarga bisa kena.”

Pandu juga mengimbau agar orang yang positif tidak distigma. Pasalnya, orang tersebut sudah berusaha terbuka dengan keadaannya dan mencegah penularan.

 

Infografis Awas Lonjakan COVID-19 Libur Lebaran

Infografis Awas Lonjakan Covid-19 Libur Lebaran
Infografis Awas Lonjakan Covid-19 Libur Lebaran (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya