Peran Orangtua dalam Mencegah Anak Terinfeksi COVID-19

Studi yang dilakukan tim Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta menemukan bahwa pasien anak yang terinfeksi COVID-19 berisiko fatalitas tinggi.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Jun 2021, 06:00 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2021, 06:00 WIB
Ketika Warga Kali Pasir Perangi Virus Corona dengan Pesan Mural
Seorang anak kenakan masker dengan latar belakang mural Indonesia Bisa Stop Corona di Lapangan Bulutangkis, Kampung Kali Pasir, Jakarta, Selasa (7/4/2020). Pesan mural mengajak warga untuk memutus rantai penyebaran Corona Covid-19 dengan diam di rumah. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta Studi yang dilakukan tim Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta menemukan bahwa pasien anak yang terinfeksi COVID-19 berisiko fatalitas tinggi. Penelitian tersebut dilakukan pada periode Maret-Oktober 2020 dengan meneliti 490 pasien anak yang dirawat karena COVID-19.

Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa 40 persen diantaranya memiliki tingkat fatalitas tinggi. Hasil penelitian ini juga telah diterbitkan dalam International Journal of Infectious Diseases dengan judul Mortality in children with positive SARSCoV-2 polymerase chain reaction test: Lessons learned from a tertiary referral hospital in Indonesia.

“Sebagian besar pasien anak yang meninggal memiliki komorbid. Umumnya memiliki lebih dari satu komorbid. Kebanyakan yang dominan adalah pasien dengan gagal ginjal, kemudian pasien dengan keganasan,” ujar Dr. dr. Rismala Dewi, SpA, peneliti utama riset dalam acara jumpa pers, ditulis Minggu (6/6/2021).

 

Simak Video Berikut Ini:

Anak yang tertular cenderung tidak bergejala

Prof. Cissy Kartasasmita, Sp.A (K), M.Sc, Guru Besar Fakultas Kedokterteran Universitas Padjadjaran dan dokter spesialis anak dalam kesempatan terpisah hari ini (5/6) mengatakan menurut referensi jurnal medis terpercaya yang ada, risiko anak untuk terinfeksi dan sakit akibat COVID-19 sangat rendah. Kalaupun tertular tidak bergejala ataupun pada umumnya ringan.

Meski begitu, Prof. Cissy menyebutkan bahwa tidak menutup kemungkinan kalau pasien anak ada yang bergejala berat, masuk ICU, hingga sampai meninggal dunia akibat COVID-19.

“Biasanya karena memiliki penyakit lain sebelumnya seperti komorbid atau kurang gizi. Fatalitasdi negara lain sebenarnya cukup rendah meski dalam hasil studi di Indonesia kita tinggi,” ujarnya.

Pernyataan Prof. Cissy ini mengacu salah satunya pada jurnal medis berjudul Children and Adolescents With SARS-CoV-2 Infection, menunjukkan bahwa saat terinfeksi COVID-19, anak-anak tidak menunjukkan gejala (asymptomatic) atau bergejala ringan.

Jurnal tersebut menunjukkan dari 203 pasien anak yang tertular COVID-19, 54,7% tidak memperlihatkan gejala, hanya 26,1% saja yang perlu perawatan akibat COVD-19, dan yang paling banyak dirawat adalahbayi berusia kurang dari satu tahun yaitu 19,5% dari total kasus.

 

Orang dewasa berperan krusial dalam penularan virus ini

Hal lain yang penting untuk diketahui dari penelitian ini adalah, orang dewasa berperan krusial dalam penularan virus ini kepada anak-anak, sementara anak-anak menularkan ke sesamanya dalam level yang moderat.

Kecenderungan level penularan yang tinggi juga tergantung dari usia mereka. Jurnal medis lain dari RSUD Mataram, NTB dengan judul Characteristics and Outcomes ofChildren with COVID-19 in West Nusa Tenggara Province, Indonesia yang menyebutkan bahwa fatalitas kasus COVID-19 pada anak karena terlambatnya datang ke pelayanan kesehatan, adanya penyakit lain, dan akses ke pelayanan kesehatan yang sulit.

Meski data-data menunjukkan kasus COVID-19 pada anak biasanya tidak bergejala, orang tuaperlu terus menjaga anak-anak mereka agar tidak tertular COVID-19.

Khawatirnya apabila anak-anak dengan penyakit penyerta seperti jantung, ginjal, TBC, asma, memperburuk kondisinya apabila tertular COVID-19.

“Protokol kesehatan harus dijalankan dengan ketat untuk menjagaanak-anak tidak tertular COVID-19. Orang tua harus berperan dengan mengajarkan anak-anak mereka cara menjaga diri dengan baik. Perlu diberikan contoh seperti misalnya, tidak dibawa kekerumunan seperti ke pusat perbelanjaan, piknik, atau ke restoran yang banyak orangnya,” jelas Prof. Cissy.

Selain itu Prof. Cissy juga menekankan agar terus mempertahankan daya tahan tubuh anak-anak dengan mencukupi kebutuhan makanan bergizi seimbang, minum air putih yang cukup, istirahat yang cukup, olahraga secara teratur dan cek serta lengkapi imunisasinya.

“Kalau perlu siapkan jadwal kegiatan harian untuk anak usia sekolah dasar. Kalau sudah remaja, kontrol dan tanyakan kegiatan hariannya, ini penting untuk mempersiapkan mereka saat nantipembelajaran tatap muka dibuka kembali, agar disiplin protokol kesehatan dari rumah sampaisekolah nanti,” tutup Prof. Cissy

Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19.

Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya