Reaksi Usai Vaksinasi Sinovac dan AstraZeneca Sedikit Berbeda, Vaksinolog Ungkap Alasannya

Meski sedikit berbeda, tidak usah pilih-pilih vaksin. Jika punya kesempatan divaksin gunakan agar segera terlindungi dari COVID-19.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 26 Jun 2021, 13:00 WIB
Diterbitkan 26 Jun 2021, 13:00 WIB
Vaksinasi di Stasiun Bogor
Petugas kesehatan mengambil vaksin COVID-19 di Stasiun Bogor, Jawa Barat, Kamis (17/6/2021). Pelaksanaan vaksinasi massal di Stasiun Bogor itu menyasar petugas stasiun, pekerja di stasiun dan penumpang kereta. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Vaksinolog yang juga dokter penyakit dalam Dirga Rambe menjelaskan penyebab jumlah orang yang mengeluhkan reaksi usai divaksin AstraZeneca dan Sinovac berbeda. Hal ini terkait dengan perbedaan teknologi dalam pembuatan kedua vaksin tersebut.

"Sinovac dan AstraZeneca memang dibuat dengan teknologi yang berbeda sehingga menimbulkan efek yang berbeda-beda," papar Dirga dalam Virtual Class bersama Liputan6com pada Jumat, 25 Juni 2021.

Vaksin Sinovac dibuat menggunakan virus mati atau inactivated virus. Hal ini membuat kekerapan demam, sakit kepala, pegal pada penerimanya rendah sekali yakni sekitar 2-4 persen. 

"Terbukti, vaksin Sinovac bisa mencegah penyakit yang berat, termasuk mencegah kematian," paparnya.

Sementara, untuk vaksin AstraZeneca yang dikembangkan peneliti Oxford University, Inggris menggunakan viral vector. Mekanismenya adalah virus Corona yang mati ditumpangkan kepada vektor yang merupakan adenovirus yang dilemahkan.

"Sehingga kekerapan demam, pegal-pegal, sakit kepala mencapai 65 persen," tutur Dirga.

Walau kemungkinan reaksi tersebut besar Dirga mengingatkan bahwa vaksin AstraZeneca punya keunggulan yakni bisa mencegah penularan COVID-19.

 

Simak Juga Video Berikut

Tidak Usah Pilih-Pilih Vaksin

Vaksinasi Massal di Klaster Covid-19 Cilangkap
Ekspresi seorang warga sebelum divaksin di MTs As-Syafiiyah, Cilangkap, Jakarta, Kamis (3/6/2021). Vaksinasi massal bagi warga RT 03/RW 03 Cilangkap, Cipayung, Jakarta Timur menggunakan vaksin produksi AstraZeneca. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Pada dasarnya semua vaksin memiliki tujuan yang sama meski teknologi dalam pembuatan berbeda-beda. Penggunaan vaksin dilakukan untuk menciptakan kekebalan tubuh terhadap suatu virus.

Satu lagi, mengingat jumlah vaksin masih terbatas tidak usah pilih-pilih vaksin."Apa yang tersedia itu kita gunakana duluan," kata Dirga.

 

Vaksinasi Jalan, 5M Tetap Ketat

Penumpang MRT Wajib Pakai Masker
Calon penumpang mengenakan masker saat menunggu datangnya kereta di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Senin (6/4/2020). PT MRT Jakarta tak akan menerima penumpang tanpa menggunakan masker seusai seruan Gubernur DKI Anies Baswedan untuk mencegah penyebaran virus Corona (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Ingat juga walau sudah divaksin pastikan tetap disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan. Lakukan 5M secara disiplin. Pastikan memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas.

"Orang yang sudah divaksin masih bisa kena COVID-19? Iya betul. Maka jangan lupa kita sebagai masyarakat displin menerapkan 5M," tegasnya.

Meski kena COVID-19, Dirga menyampaikan bahwa orang yang divaksin punya kekebalan sehingga ketika terinfeksi virus SARS-CoV-2 gejala tidak berat, tidak masuk ICU dan tidak menggunakan ventilator.

"Segera vaksinasi, segera terlindungi," pesannya.

Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Alpha, Beta dan Delta. (

Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Alpha, Beta dan Delta. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Alpha, Beta dan Delta. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya