Liputan6.com, Jakarta World Health Organization (WHO) mengingatkan negara-negara untuk tetap memprioritaskan kelompok rentan yang belum menerima vaksinasi COVID-19 seperti tenaga kesehatan.
Selain itu, WHO juga meminta agar produsen vaksin COVID-19 untuk tidak memprioritaskan vaksin booster atau penguat bagi negara-negara kaya dengan cakupan vaksinasi tinggi. WHO berharap agar produsen vaksin menyalurkannya ke COVAX atau negara-negara berpenghasilan rendah.
Baca Juga
Dalam konferensi persnya, Senin (12/7/2021), Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengibaratkan bahwa penanganan pandemi ini sebagai pemadaman kebakaran hutan.
Advertisement
"Menyemprotkan sebagian mungkin mengurangi nyala api di satu area, tapi sementara itu membara di mana-mana, percikan api pada akhirnya akan merambat dan membesar lagi," katanya.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Beberapa Negara Sudah Pesan Vaksin Booster
Tedros mengatakan, kesenjangan global dalam pasokan vaksin sangat tidak merata. Ia menyebut bahwa hal ini tidaklah adil.
"Beberapa negara dan wilayah lain sesungguhnya memesan jutaan dosis booster, sebelum negara lainnya memiliki persediaan untuk vaksinasi tenaga kesehatannya dan yang paling rentan," kata Tedros.
Ia menyebut, pemadam kebakaran atau dalam hal ini tenaga kesehatan, merupakan kelompok di garis depan yang paling rentan terhadap kobaran api pandemi. Selain itu, ada juga kelompok lansia dan masyarakat rentan lain.
"Saat ini, data menunjukkan kepada kita bahwa vaksinasi menawarkan kekebalan jangka panjang terhadap COVID-19 yang parah dan mematikan," kata Tedros.
Advertisement
Minta Pfizer dan Moderna Salurkan Vaksin ke Negara Miskin
Menurutnya, saat ini prioritasnya adalah melakukan vaksinasi pada mereka yang belum menerima vaksin dan perlindungan.
"Alih-alih Moderna dan Pfizer memprioritaskan pasokan vaksin sebagai booster ke negara-negara yang populasinya memiliki cakupan yang relatif tinggi, kami membutuhkan mereka untuk menyalurkan pasokan ke COVAX, Africa Vaccine Acquisition Task Team dan negara berpenghasilan rendah dan menengah, yang memiliki cakupan vaksin yang sangat rendah."
Dikutip dari CTV News, Chief Scientist WHO Soumya Swaminathan mengatakan bahwa mereka sejauh ini belum melihat suntikan booster diperlukan bagi mereka yang telah menerima vaksinasi lengkap, meski suatu hari nanti mungkin dibutuhkan.
"Itu harus berdasarkan ilmu pengetahuan dan data, bukan pada masing-masing perusahaan yang menyatakan bahwa vaksin mereka perlu diberikan sebagai dosis penguat," ujarnya.
Sementara menurut Mike Ryan, Kepala Program Kedaruratan WHO, apabila negara-negara menggunakan vaksin yang berharga sebagai suntikan booster sementara masih banyak orang-orang yang rentan di tempat lain, maka "kita akan melihat ke belakang dengan rasa marah, dan akan melihat ke belakang dengan rasa malu."
Infografis Vaksin Covid-19 Berbayar Vs Vaksin Gratis
Advertisement