Liputan6.com, Jakarta Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan, lebih dari 50 ribu orang telah meninggal akibat COVID-19 setiap minggu sejak Oktober tahun lalu.
“Dan selama sebulan terakhir, kematian tetap di hampir 70 ribu seminggu,” kata Tedros dalam pidatonya pada 8 September 2021 mengutip who.int Kamis (9/9/2021).
Ia menambahkan, pihaknya memiliki solusi untuk menghentikan transmisi dan menyelamatkan nyawa. Namun, solusi tersebut tidak digunakan dengan baik atau tidak dibagikan dengan baik.
Advertisement
Distribusi alat penyelamat jiwa yang tidak merata termasuk diagnostik, oksigen, alat pelindung diri, dan vaksin mendorong pandemi tetap ada.
Baca Juga
Beberapa negara dengan cakupan vaksinasi tertinggi sekarang mengalami penurunan kasus dan kematian. Hal ini memungkinkan mereka untuk membuka kembali kegiatan masyarakat tanpa mengalami kewalahan di sistem kesehatan.
Peningkatan kasus di beberapa negara terjadi terutama pada orang yang tidak divaksinasi. Sedang, rawat inap dan kematian tetap relatif rendah berkat vaksin dan perawatan klinis sebelumnya.
“Namun, pelonggaran pada langkah-langkah sosial menempatkan orang yang tidak divaksinasi pada risiko yang ekstrem.”
Negara dengan Cakupan Vaksinasi Rendah
Sementara itu, lanjut Tedros, negara-negara dengan cakupan vaksinasi yang rendah terus mengalami tingkat kematian kasus yang tinggi.
Selain itu, beberapa negara menolak masuknya orang yang telah divaksinasi lengkap dengan vaksin yang memiliki Daftar Penggunaan Darurat WHO.
Hal ini menciptakan lebih banyak kekacauan, kebingungan dan diskriminasi, dengan beberapa negara bahkan menolak untuk menggunakan vaksin tertentu karena khawatir warganya akan ditolak masuk ke negara lain.
Daftar Penggunaan Darurat WHO mengikuti proses yang ketat berdasarkan standar yang diakui secara internasional. Semua vaksin yang telah menerima Daftar Penggunaan Darurat WHO aman dan efektif dalam mencegah penyakit parah dan kematian, termasuk terhadap varian Delta.
“Kami berterima kasih kepada negara-negara yang mengakui semua vaksin dengan Daftar Penggunaan Darurat WHO, dan kami menyerukan semua negara untuk melakukan hal yang sama.”
Advertisement
Kesetaraan Vaksin
Tedros juga menyinggung, secara global, 5,5 miliar dosis vaksin COVID-19 telah didistribusikan. Namun, 80 persennya diberikan di negara-negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas.
“Target global WHO tetap mendukung setiap negara untuk memvaksinasi setidaknya 10 persen dari populasinya pada akhir bulan ini, setidaknya 40 persen pada akhir tahun ini dan 70 persen populasi dunia pada pertengahan tahun depan.”
Hampir 90 persen negara berpenghasilan tinggi kini telah mencapai target 10 persen dan lebih dari 70 persen telah mencapai target 40 persen. Tidak ada satu pun negara berpenghasilan rendah yang mencapai kedua target tersebut.
“Itu bukan salah mereka. Kami telah mendengar alasan dari produsen dan beberapa negara berpenghasilan tinggi tentang bagaimana negara berpenghasilan rendah tidak dapat menyerap vaksin.”
Hampir setiap negara berpenghasilan rendah sudah meluncurkan vaksin yang mereka miliki, dan mereka memiliki pengalaman luas dalam kampanye vaksinasi skala besar untuk polio, campak, meningitis, demam kuning dan banyak lagi.
Namun, karena produsen telah memprioritaskan atau diwajibkan secara hukum untuk memenuhi kesepakatan bilateral dengan negara-negara kaya yang bersedia membayar mahal, negara-negara berpenghasilan rendah telah kehilangan alat untuk melindungi rakyatnya.
“Ada banyak pembicaraan tentang kesetaraan vaksin, tetapi tindakannya terlalu sedikit,” pungkasnya.
Infografis 9 Panduan Imunisasi Anak Saat Pandemi COVID-19
Advertisement