Liputan6.com, Jakarta - Mengalami takut akan sesuatu mungkin adalah hal yang biasa, namun tidak bagi penderita gangguan paranoid. Lantas apa itu paranoid?
Dilansir WebMD, Selasa (19/10/2021), Paranoid adalah perasaan terancam dengan cara tertentu, seperti merasa bahwa ada orang-orang yang mengawasi atau ingin melawan, meskipun tidak ada bukti bahwa itu benar, tetapi hal ini dapat terjadi pada banyak orang. Bahkan ketika mengetahui bahwa kekhawatiran itu tidak didasarkan pada kenyataan, sehingga bisa mengganggu jika terlalu sering terjadi.
Advertisement
Baca Juga
Selain itu, ada juga yang disebut dengan paranoid klinis. Jenis ini lebih parah karena termasuk dalam kondisi kesehatan mental yang langka. Seseorang dengan paranoid ini percaya bahwa orang lain tidak adil, berbohong, atau mencoba menyakitinya walaupun tidak ada bukti.
Seseorang dengan paranoid ini sama sekali tidak berpikir jika dirinya mengalami paranoid, karena ia merasa sangat yakin bahwa itu benar. Seperti kata pepatah lama, "Bukan paranoid jika mereka benar-benar ingin menangkap Anda".
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gejala Paranoid
Gejala paranoia dapat meliputi:
• Bersikap defensif dan agresif
• Mudah tersinggung
• Merasa selalu benar dan mengalami kesulitan bersantai
• Tidak bisa berkompromi, memaafkan, atau menerima kritik
• Tidak bisa percaya atau curhat pada orang lain
• Membaca makna tersembunyi terhadap perilaku orang normal
Advertisement
Penyebab Paranoid
1. Kurang Tidur
Jika mengalami waktu tidur yang kurang, dapat menyebabkan pikiran paranoid. Seseorang dengan penderita paranoid mungkin tidak berpikir jernih, dan kemungkinan besar akan bertengkar dengan orang lain atau salah paham dengan mereka.
Bisa saja terlihat seperti orang-orang menentangnya, meskipun sebenarnya mereka hanya bertindak seperti yang selalu mereka lakukan. Selain itu, ini juga berakibat pada halusinasi, seperti melihat dan mendengar hal-hal yang terbukti tidak ada. Sebaiknya bagi orang dewasa tidur selama 7 hingga 9 jam agar tetap waspada dan sehat secara mental.
2. Stres
Ketika merasa tegang atau stres, penderita paranoid akan mulai merasa lebih curiga terhadap orang lain. Stres juga tidak harus menjadi sesuatu yang negatif seperti kehilangan pekerjaan dan lain-lain. Bahkan acara bahagia, seperti pernikahan, dapat menciptakan semacam stres yang memunculkan pikiran paranoid bersamaan dengan kegembiraan.
3. Gangguan Psikiatri
Satu kondisi, gangguan kepribadian paranoid, dapat membuat sulit untuk mempercayai orang lain. Ini dapat menyebabkan pikiran negatif tentang orang-orang yang tidak benar. Dalam beberapa kasus, tidak ada bukti yang dapat meyakinkan, sehingga hal ini dapat menyebabkan paranoia klinis yang sebenarnya.
4. Skizofrenia
Skizofrenia atau gangguan serius lainnya, dapat membuat penderitanya sulit untuk mengatakan apa yang nyata dan apa yang hanya menjadi halusinasi. Oleh karena itu, seringkali mereka tidak tahu kapan pikirannya menjadi paranoid.
5. Penggunaan Narkoba
Obat-obatan seperti ganja, halusinogen (LSD, jamur psikotropika), dan stimulan (kokain, metamfetamin) memiliki bahan kimia yang membuat beberapa orang paranoid untuk waktu yang singkat. Penyalahgunaan alkohol yang intens selama berhari-hari atau berminggu-minggu juga dapat menyebabkan paranoid jangka pendek, dan dalam jangka panjang, hal itu dapat menyebabkan paranoid yang berkelanjutan dan bahkan halusinasi.
6. Hilang Ingatan
Penyakit Alzheimer dan bentuk demensia lainnya, yang lebih mungkin terjadi seiring bertambahnya usia, dapat mengubah otak , sehingga menjadi lebih curiga terhadap orang lain. Jika diperhatikan, orang-orang dengan demensia mulai menyembunyikan hal-hal seperti perhiasan atau uang, atau menjadi yakin bahwa orang-orang memiliki niat buruk terhadap mereka.
Namun, hanya karena merasa paranoid atau khawatir tentang apa yang orang lain pikirkan tentang Anda, bukan berarti Anda mengalami gangguan kejiwaan. Fakta ketika Anda tahu pikiran Anda tidak masuk akal, merupakan tanda kesehatan mental yang baik.
Penulis: Vania Dinda Marella
Infografis 4 Tips Jaga Kesehatan Mental Saat Pandemi Covid-19
Advertisement