Penyebab Lutut Terasa Sakit, Tidak Selalu Pengapuran Bisa Jadi Saraf Kejepit

Ketahui apa saja penyebab lutut sakit yang kerap terjadi pada semua usia

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 04 Nov 2021, 07:56 WIB
Diterbitkan 04 Nov 2021, 06:00 WIB
Ilustrasi nyeri lutut, pengapuran atau saraf kejepit?
Ilustrasi nyeri lutut, pengapuran atau saraf kejepit? Foto oleh Ron Lach dari Pexels

Liputan6.com, Jakarta - Lutut yang terasa sakit tak selamanya dapat dipastikan akibat pengapuran. Hal lain yang dapat menjadi penyebab adalah saraf kejepit.

Hal ini terutama jika nyeri lutut terjadi pada usia muda atau dewasa. Menurut Dokter spesialis bedah ortopedi di RS Umum AL-Fauzan Jakarta Timur, Basuki Supartono, pengapuran umumnya terjadi pada lanjut usia (lansia).

Sedang, pada usia muda biasanya keluhan nyeri lutut diakibatkan saraf terjepit. Kebanyakan keluhan saraf diakibatkan faktor sekunder, yaitu jatuh atau mengangkat beban berat secara tiba-tiba dalam posisi keliru.

Walau demikian, dalam beberapa kasus saraf kejepit juga dapat disebabkan faktor primer, yaitu faktor usia atau proses menua.

“Seperti saraf kejepit, pengapuran juga dapat terjadi dengan dua penyebab yakni primer dan sekunder,” kata Basuki kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, Selasa, 2 November 2021.

Pengapuran primer, lanjut Basuki, dapat terjadi karena faktor usia. Sehingga banyak pasien pengapuran sendi adalah lansia. Sedang, pengapuran sekunder bisa diakibatkan obesitas atau trauma berulang.

Basuki, menjelaskan, jika pengapuran terjadi di lutut disebut pengapuran sendi lutut. Jika terjadi di tulang belakang disebut pengapuran sendi tulang belakang.

Rasa Nyeri Sulit Dibedakan

Pengapuran dan saraf kejepit adalah dua konsep yang berbeda, tapi menimbulkan rasa nyeri yang cenderung sama.

Menurut Basuki, rasa nyeri akibat pengapuran dan saraf kejepit cenderung sulit dibedakan orang awam.

“Nyerinya kurang lebih sama, orang awam susah membedakan, tapi kalau saraf kejepit ada rasa kesemutan. Kalau pengapuran sendi tidak ada gejala kesemutan kecuali jika sudah dalam kondisi ekstrem," katanya.

Guna memastikan pasien mengalami saraf kejepit atau pengapuran, tes yang dapat dilakukan adalah tes laseque. Dalam tes ini, kata Basuki, pasien diminta berbaring kemudian tungkai bawahnya diangkat 30 derajat.

“Kemudian pasiennya ditanya apa merasa kesemutan atau tidak, terus dinaikkan lagi, jika pasien tidak merasa kesemutan kemungkinan besar tidak ada saraf kejepit. Namun, jika ada saraf kejepit, ketika diangkat 30 derajat akan terasa nyeri yang menjalar dari panggul, paha, bagian belakang, hingga telapak kaki,” katanya.

Basuki, mengatakan, ini tergantung pada tingkat keparahan. Jika ringan, pasien masih bisa jalan. Namun, jika derajatnya berat bisa mengalami lumpuh, gangguan kencing, gangguang buang air besar, tergantung derajat kerusakan.

Pengobatan Saraf Kejepit dan Pengapuran

Terkait pengobatan atau tatalaksana saraf kejepit dan pengapuran, Basuki mengatakan bahwa ini tergantung pada derajat kondisinya, ringan atau berat.

“Kalau ringan itu enggak perlu operasi kalau berat ya dioperasi," ujarnya.

Selain itu, ada pula terapi yang dapat dilakukan seperti penggunaan pain killer, latihan fisioterapi, dan terapi injeksi sendi.

 

Infografis Cedera Tulang Belakang Neymar

Infografis Cedera Tulang Belakang Neymar
Infografis Cedera Tulang Belakang Neymar (Liputan6.com/Yoshiro)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya