Liputan6.com, Jakarta - Setiap tahunnya, tanggal 17 November selalu diperingati sebagai Hari Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Sedunia. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat pada ragam penyakit paru yang kian meningkat.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), Penyakit Paru Obstruktif Kronis menempati urutan ke enam sebagai penyebab kematian di dunia pada tahun 1990. Angka tersebut kemudian meningkat dan menjadi penyebab kematian nomor tiga di dunia pada 2019.
"Pada tahun 2019, pada saat kita pandemi itu sudah sesuai dengan prediksi bahwa akan menjadi penyebab kematian nomor tiga. Bahkan sebetulnya (prediksi) penyebab kematian ini bukan pada 2019, tapi 2020," ujar Dr. dr. Susanthy Djajalaksana, Sp.P(K) dalam konferensi pers Peringatan Hari Pneumonia Sedunia 2021 dan Peringatan Hari PPOK Sedunia, Rabu (17/11/2021).
Advertisement
Baca Juga
"Tapi ternyata dia lebih cepat datangnya. Ternyata jadi penyebab kematian nomor tiga di era pandemi dan ini diprediksi akan terus meningkat,"Â Susanthy menambahkan.
Menurut Susanthy, di Indonesia sendiri terdapat sekitar 4.8 juta orang yang memiliki Penyakit Paru Obstruktif Kronis. Terutama terjadi pada usia tua dan mereka yang terpapar polusi udara serta asap rokok.
"Jadi apa sih sebenarnya tujuannya ada day day gini? Supaya meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat luas akan pentingnya kesehatan paru," kata Susanthy.
Apalagi, selama pandemi COVID-19Â berlangsung, pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis dianggap lebih rentan terinfeksi virus SARS-COV-2 tersebut. Infeksi virus sendiri menjadi pencetus terjadinya PPOK akut.
"Ini salah satu penyebabnya adalah infeksi, salah satunya adalah COVID-19. Data yang ada menunjukkan dua hingga 13 persen penderita COVID-19 memiliki komorbid PPOK dan data ini bervariasi karena deteksi PPOK yang memang masih kurang,"Â ujar dia.
Terlebih, pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis yang terkena COVID-19 seringkali tidak bisa isolasi mandiri. Melainkan harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
Lalu, bagaimana cara mengatasinya?
Dalam kesempatan yang sama, Susanthy pun membagikan beberapa cara yang bisa dilakukan para pasien PPOK. Berikut delapan diantaranya.
1. Aktif bergerak
2. Patuh berobat
3. Konsumsi makanan bergizi
4. Rajin kontrol
5. Vaksinasi
6. Terapi rehabilitasi
7. Menghindari pajanan (zat-zat beracun)
8. Berhenti merokok
"Dengan aktif bergerak itu pasien PPOK bisa meningkatkan kualitas hidupnya. Banyak sekali penelitian soal ini dan kalau kita bicara tentang bukti-bukti penelitiannya, bahwa memang harus aktif bergerak pada mereka yang PPOK maupun yang sehat," kata Susanthy.
Advertisement