Mutasi Varian Omicron Tingkatkan Keparahan, Penularan, dan Turunkan Kemampuan Antibodi?

Serba-serbi mutasi varian Omicron yang mengkhawatirkan.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 28 Nov 2021, 19:11 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2021, 19:11 WIB
Israel Tutup Perbatasan dari Seluruh Negara Imbas Omicron
Pelancong berjalan dengan barang bawaan mereka di Bandara Ben Gurion dekat Tel Aviv, Minggu (28/11/2021). Israel pada Minggu menyetujui larangan masuknya warga negara asing dan penggunaan teknologi kontroversial untuk pelacakan kontak guna menekan penyebaran varian Omicron. (AP Photo/Ariel Schalit)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, angkat bicara terkait varian Omicron yang telah terdeteksi di 13 negara dengan total kasus mencapai 128.

Budi mengatakan bahwa dunia dan Indonesia saat ini sudah jauh lebih cepat dan canggih dalam mengidentifikasi varian-varian baru, termasuk varian Omicron.

"Karena varian baru inilah yang menyebabkan terjadinya lonjakan. Jadi, setiap ada Alpha, Beta, Delta, setiap ada varian baru, terjadi lonjakan. Faktor utama lonjakan adalah varian baru," kata Budi Gunadi Sadikin saat menyampaikan keterangan pers pada Minggu malam, 28 November 2021.

Pada kesempatan itu Budi menjelaskan alasan Badan Kesehatan Dunia (WHO) memasukkan varian Omicron ke dalam Variant of Concern atau kelompok kewaspadaan tertinggi.

Dijelaskan Budi, karena Omicron memiliki mutasi sekitar 50, yang 30 mutasinya ada di spike protein atau mahkota virus Corona penyebab COVID-19.

"Kenapa bisa cepat menjadi Variant of Concern karena dia mutasinya sangat banyak, dan mutasi-mutasi yang berbahaya dari varian-varian sebelumnya ada di sini," kata Budi.

"Dari 30 mutasi tersebut dan 50 mutasi totalnya, banyak mutasi-mutasi yang ada di varian Alpha, Beta, Delta, dan Gama, yang buruk-buruk yang diidentifikasi," Budi menambahkan.

Lebih lanjut Budi, menjelaskan, mutasi yang buruk dari varian Omicron dibagi menjadi tiga kelompok.

 

1. Mutasi yang meningkatkan keparahan

Khusus varian Omicron, kata Budi, studinya masih berjalan. Sehingga masyarakat diharapkan jangan termakan berita-berita hoaks, yang seakan-akan orang tersebut menjadi ahli virologi.

"Karena ini bukan bidangnya dokter, tapi virologi. Semua orang mendadak jadi virologi," katanya.

Untuk kelompok pertama ini, sampai saat ini belum ditemukan indikasi bahwa varian Omicron meningkatkan keparahan.

 

2. Mutasi yang meningkatkan tramisi penularan

Sedangkan untuk poin kedua, Menkes, mengatakan, kemungkinan besar varian Omicron lebih cepat penularannya. "Sedang difinalisasi research-nya," katanya.

 

3. Mutasi yang bisa menurunkan kemampuan antibodi atau menghindari vaksin (Escape Immunity)

"Apakah dia bisa escape immunity atau menurunkan kemampuan antibodi dari infeksi atau vaksinasi sebelumnya? Kemungkinan besar, iya. Balik lagi, belum dikonfirmasi,"katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya