Mantan Direktur WHO Asia Tenggara Sampaikan 9 Hal Terkait Kebijakan Baru Penanganan COVID-19

Mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menanggapi kebijakan baru terkait penanganan COVID-19 yang kini mengalami penyesuaian.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 08 Mar 2022, 18:30 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2022, 18:30 WIB
Vaksin Booster Serentak di GOR Radio Dalam
Petugas mengecek kesehatan warga saat gelaran Vaksin Covid-19 Serentak di GOR Radio Dalam, Jakarta Selatan, Selasa (8/3/2022). Vaksinasi serentak digelar di seluruh Indonesia yang diselenggarakan Kepolisian RI dengan target penyaluran vaksin sebanyak 1.114.750 dosis. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menanggapi kebijakan baru terkait penanganan COVID-19 yang kini mengalami penyesuaian.

Menurutnya, ada sembilan hal yang sebaiknya dipertimbangkan demi kelancaran pelaksanaan kebijakan tersebut di hari mendatang.

"Sehubungan berita kemarin tentang beberapa kebijakan baru COVID-19 seperti perjalanan domestik, level PPKM, menonton olahraga dan lama karantina, maka ada 9 hal yang baik juga dipertimbangkan untuk kelancaran pelaksanaan kebijakan ini di hari-hari mendatang," kata Tjandra.

Pertama, Tjandra menyoroti jumlah kasus COVID-19 yang secara umum telah melandai.

"Jumlah kasus memang secara umum sudah melandai dan mudah-mudahan terus menurun sampai ke situasi Desember 2021, dengan sekitar 100 - 200 kasus sehari," ujar Tjandra.

Meski demikian, Tjandra juga menekankan bahwa masih mungkin terjadi fluktuasi dari kasus yang melandai tersebut.

"Walau di sisi lain tentu masih mungkin ada fluktuasi."

Poin kedua yang perlu menjadi pertimbangan menurut Guru Besar FKUI ini, adalah rumah sakit dan sistem kesehatan.

"RS dan sistem kesehatan harus selalu siap untuk antisipasi kalau-kalau ada peningkatan kasus," lanjutnya.

Ketiga, vaksinasi primer perlu ditingkatkan hingga 70 persen dari total jumlah penduduk. "Bukan hanya 70% dari sasaran yang ditetapkan," ucapnya.

Keempat, Tjandra menyebut bahwa vaksinasi booster masih harus ditingkatkan secara maksimal. "Angka cakupan sekitar 5-6 persen sekarang ini tampaknya masih terlalu rendah," kata Tjandra melalui pesan tertulis yang diterima Liputan6.com, Selasa, 8 Maret 2022.

 

Angka kematian nasional dan reproduksi virus

Selain itu, angka kematian nasional menjadi poin kelima yang disorotinya. Menurutnya, angka kematian nasional masih perlu dikendalikan.

"Diharapkan dapat kembali ke data awal Januari 2022 dimana yang wafat tidak sampai 10 orang per hari."

Keenam, Tjandra menyebut, angka kepositifan yang kini sudah menurun akan baik jika mencapai di bawah 5 persen.

Ketujuh, menurutnya akan baik jika angka reproduksi berada di bawah 1.

Dan kedelapan, surveilans kasus probable atau terkonfirmasi serta gejala atau sindromik harus terus dilakukan secara ketat.

"Sehingga kalau ada peningkatan kasus, maka terdeteksi sejak awal sekali," tuturnya.

Terakhir, kesembilan, Tjandra mengingatkan agar whole genome sequencing (WGS) ditingkatkan.

"Untuk wanti-wanti dan deteksi dini kalau ada varian baru, dapat termasuk juga surveilan limbah," tutupnya.

Infografis

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya