WHO: Angka Kematian Naik meski Kasus COVID-19 Turun

Kasus kematian karena COVID-19 naik 40 persen seperti disampaikan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).

oleh Benedikta Desideria diperbarui 31 Mar 2022, 09:25 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2022, 09:25 WIB
Lockdown, Begini Suasana di Shanghai
Seorang wanita mengambil gambar salah satu akses yang terkunci ke terowongan ke arah distrik Pudong yang dikunci sebagai tindakan melawan virus corona Covid-19, di Shanghai (28/3/2022). (AFP/Hector Retamal)

Liputan6.com, Jakarta Kasus global COVID-19 alami penurunan sepekan terakir. Namun, angka yang meninggal karena COVID-19 naik 40 persen seperti disampaikan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO).

Dalam laporan mingguan terbaru, WHO mengatakan bahwa di banyak negara kasus COVID-19 alami penurunan termasuk di WHO Pasifik Barat yang pada Desember kemarin kasus meningkat. Total dilaporkan ada 10 juta kasus baru COVID-19 di dunia pada pekan lalu dengan angka kematian sekitar 45 ribu orang.

Lonjakan laporan kasus kematian COVID-19 pekan kemarin terjadi karena perubahan cara negara-negara dalam mendefinisikan kematian akibat COVID-19. Termasuk Chili dan Amerika Serikat. Lalu, pada pekan lalu juga ada sekitar 4 ribu kematian dari negara bagian Maharashtra, India, yang sebelumnya kematian tersebut tidak termasuk dalam kematian akibat COVID-19.

WHO berulang kali telah mengingatkan bahwa jumlah kasus COVID-19 kemungkinan terlalu rendah dari prevalensi virus Corona. Maka dari itu WHO memperingatkan negara-negara untuk tidak menghentikan tes COVID-19 serta tindakan pengawasan lain.

"Data menjadi semakin kurang representatif, kurang tepat waktu dan kurat kuat," kata WHO.

"Hal ini bisa menghambat kemampuan untuk melacak keberadaan virus SARS-CoV-2, bagaimana penyebarannya dan bagaimana perkembangannya. Maka dari itu informasi dan analisis yang tetap penting untuk secara efektif mengakhiri fase akut pandemi," lanjut WHO.

WHO pun mengatakan bahwa lengah sedikit dalam pengawasan COVID-19 bisa membahayakan dalam upaya mendeteksi varian COVID-19 yang baru.

 

 

 

Ilustrasi Covid-19, virus corona
Ilustrasi Covid-19, virus corona. Kredit: Miroslava Chrienova via Pixabay

Terlepas dari penurunan kasus COVID-19 global, China melakukan lockdown di beberapa titik termasuk di Shanghai. Lockdown dilakukan untuk mencegah penyebaran Omicron yang telah menyebabkan gelombang kasus yang tinggi sejak virus itu pertama kali terdeteksi di Wuhan, China dua tahun lalu.

Sementara itu, Amerika Serikat memperluas vaksinasi booster pada Selasa lalu. Pejabat AS mengatatakan bahwa orang berusia 50 tahun lebih bisa mendapatkan booster kedua setelah empat bulan dari vaksinasi terakhir.

Lalu, banyak negera di Eropa, Amerika Utara dan negara-negara lain yang mencabut hampir semua protokol kesehatan dan mengandalkan tingkat vaksinasi COVID-19 yang tinggi untuk mencegah lonjakan infeksi COVID-19.

Inggris misalnya, untuk sementara waktu berharap melihat lebih penurunan kasus. Hingga saat ini belum melihat peningkatan kasus kematian dan angka masuk rumah sakit.

 

Infografis Ancaman Kembar Varian Omicron dan Delta, Picu Tsunami Covid-19 di 2022?

Infografis Ancaman Kembar Varian Omicron dan Delta, Picu Tsunami Covid-19 di 2022? (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Ancaman Kembar Varian Omicron dan Delta, Picu Tsunami Covid-19 di 2022? (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya