Liputan6.com, Jakarta Pandemi COVID-19 membuat anak-anak menghabiskan sebagian besar waktu di rumah. Mulai dari sekolah hingga bermain dilakukan secara online.
Tak heran bila ada anak yang alami kenaikan berat badan dalam jumlah banyak dalam waktu setahun. Hal ini membuat jumlah anak yang mengalami kegemukan maupun obesitas meningkat.
Baca Juga
Dokter spesialis fisik dan rehabilitasi konsultan Luh Karunia Wahyuni mengatakan bahwa dalam ruang praktiknya tidak jarang ia mendengar anak minim bergerak. Salah satu yang pernah ia dengar ada anak untuk membuat susu atau mengambil minum meminta bantuan asisten rumah tangg (ART).
Advertisement
Kehadiran ART serta kemudahan di zaman kini memang mempermudah kehidupan. Amat berbeda dengan beberapa puluh tahun silam kala banyak hal yang untuk mendapatkannya mesti beraktivitas fisik. Misalnya untuk bisa mandi perlu air maka perlu menimba.
"Jadi, ya memang kalau dulu tidak perlu latihan beban ya karena orang-orang zaman dulu punya banyak aktivitas fisik," katanya.
Lalu, di saat pandemi Luh mengatakan ada banyak aktivitas fisik yang bisa anak lakukan di rumah. Sesederhana melakukan pekerjaan rumah tangga.
"Di rumah sebetulnya banyak sekali hal-hal yang bisa dilakukan kalai berkaitan dengan bergerak," kata Luh dalam live Instagram IDAI Sport? Can Be Fun! ditulis Rabu, 13 April 2022.
"Tentu saja orangtua itu sendiri tidak boleh mager ya, harus menjadi contoh," lanjut dokter yang sehari-hari praktik di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta ini.
Â
Orangtua Harus Jadi Role Model
Senada dengan Luh, Personal Trainer (PT) khusus anak Ringga Adhitya Girandi mengatakan bahwa orangtua harus jadi role model atau sosok panutan.
"Anak-anak itu kan mencontoh orang terdekat ya, ya siapa lagi kalau bukan orangtua. Jadi, itu kenapa perlu jadi role model di mana orangtua tetap melakukan aktivitas fisik dan olahraga bukan hanya di depan anak termasuk saat anak tidak melihatnya," kata Ringga di kesempatan yang sama.
Jika hanya mengandalkan pelatih olahraga saja, hal itu bakal terbatas waktunya. Biasanya Ringga melatih dua kali seminggu. Tentu itu kurang. Maka perlu peran serta orangtua dalam membantu anak bergerak dan berolahraga.
"Beri banyak variasi untuk anak-anak mereka kan cenderung mudah jenuh ya. Jadi, sebagai orangtua harus pro aktif dan kaya ide supaya berolahraga fun!," jelasnya.
Advertisement
Aktivitas Fisik Anak di Bawah 5 Tahun
Luh mengatakan anak di bawah lima tahun paling tidak dalam sehari melakukan aktivitas fisik sekitar 180 menit alias tiga jam dengan waktu tidur antara 10-13 jam dengan screen time di bawah satu jam. Hal ini selaras dengan rekomendasi World Health Organization (WHO).
"Aktivitas fisik itu bisa naik sepeda, lari, main bola," kata Luh.
Lalu, Ringga mengatakan anak-anak boleh berolahraga intensitas ringan hingga sedang sekitar satu jam sehari. Latihan beban juga bisa dilakukan tapi asal terukur, terstruktur dan sistematis.
"Banyak orangtua yang bertanya memang boleh anak latihan beban? Ya asal disesuaikan dengan kondisi anak dan terukur, terstruktur dan sistematis," katanya.
Â
Risiko Obesitas
Mengutip laman IDAI, obesitas disebut juga kegemukan atau kelebihan berat badan.Mungkin banyak orangtua yang anggap lucu karena merasa bahwa buah hati tidak mengalami kesulitan makan dan mendapatkan gizi yang cukup.
Seiring dengan pertambahan usia anak hingga remaja, berat badan tidak berkurang, tanda-tanda obesitas makin terlihat jelas dan akhirnya orangtua menyadari ada yang salah dengan kondisi ini.
Cara mudah mengetahui anak mengalami obesitas adalah dengan melihat bentuk pipi yang tembem, dagu rangkap, leher tampak pendek, perut membuncit dan berlipat-lipat, payudara membesar, kedua tungkai umumnya berbentuk x, paha dalam saling menempel dan pada anak-laki-laki penis tampak kecil dan terbenam.
Selain itu anak seringkali tidur mengorok, tidur tidak nyenyak karena sering terbangun pada malam hari, dan berkurangnya konsentrasi belajar di sekolah.
Obesitas pada anak dapat dimulai sejak usia balita hingga remaja. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan makanan berupa energi yang dihasilkan dengan energi yang dikeluarkan.
Dampak fisik obesitas pada anak dapat menyebabkan kesakitan, kematian dan mengenai seluruh organ.Lalu ada risiko penyakit kardiovaskular, hipertensi, stroke, diabetes, perlemakan hati, infeksi jamur dan kulit.
Masih ada juga dampak psikososial anak menjadi minder, depresi karena bentuk tubuhnya, bau badan yang kurang sedap, kesulitan gerak dan berisiko tinggi mendapat perlakuan bully baik verbal maupun fisik di sekolah.
Advertisement