Momen Hari Anak Nasional, Orangtua Wajib Tahu Gangguan Perilaku Si Buah Hati

Orangtua harus memahami gangguan perilaku anak yang bisa terbawa sampai dewasa.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 23 Jul 2022, 14:00 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2022, 14:00 WIB
FOTO: Tempat Permainan Anak di Mal Sudah Mulai Beroperasi
Anak-anak bermain pasir di wahana permainan Lotte Shopping Avenue, Jakarta, Rabu (20/10/2021). Pemerintah kembali melakukan penyesuaian aktivitas masyarakat yang mulai dapat diberlakukan pada periode PPKM. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Peringatan Hari Anak Nasional pada 23 Juli dapat menjadi momentum para orangtua agar lebih memahami gangguan perilaku si buah hati. Banyak orangtua sering kali mengeluh bahwa anak mereka perilakunya menyimpang dan berbeda dengan perilaku anak-anak normal lain.

Dokter spesialis anak klinis Fitri Hartanto menyampaikan, orangtua wajib tahu, kapan dan apa penyebab terjadinya gangguan perilaku anak-anak. Sebab, gangguan perilaku anak-anak akan terus terbawa hingga dewasa nanti.

Penyebab gangguan perilaku anak berkaitan dengan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang mana termasuk fase kritis seorang manusia dalam hidupnya. Pada fase ini pertumbuhan sel-sel otak terjadi sangat cepat.

"Saat seorang anak lahir, pertumbuhan otak dari dalam kandungan hanya mencapai 25 persen. Setelah lahir hingga usia 2 tahun, percepatan pertumbuhan otak mencapai 80 persen. Kemudian sampai usia 5 tahun akhir atau 6 tahun awal berkurang lagi, hanya bertambah 15 persen," jelas Hartanto dalam webinar bertajuk, Kelas Orangtua Hebat (Kerabat) Seri IV mengenai Kalender Pengasuhan Untuk Anak Usia 0 – 12 Bulan, ditulis Sabtu (23/7/2022).

Ada tiga fase penting dalam tumbuh kembang anak hingga anak berusia 6 tahun, yaitu fase pembuka (nol-6 bulan), fase kritis (1.000 HPK), dan fase sensitif (nol - awal 6 tahun). Ketiga fase ini merupakan periode emas (golden period) seorang anak.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pola Asuh Masa Golden Period

FOTO: Tempat Permainan Anak di Mal Sudah Mulai Beroperasi
Anak-anak bermain di wahana permainan Lotte Shopping Avenue, Jakarta, Rabu (20/10/2021). Pemerintah kembali melakukan penyesuaian aktivitas masyarakat yang mulai dapat diberlakukan pada periode PPKM. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Dokter Fitri Hartanto menjelaskan, cara mengoptimalkan tumbuh kembang anak, semua faktor harus diberikan dengan baik kepada anak untuk menstimulus perkembangannya. Kuncinya, tidak sampai berlebihan atau kurang.

Golden period inilah harus kita waspadai karena sel-sel otak membangun jaringan-jaringan yang sensitif. Membangun sirkuit jaringan otak yang lebih kuat," terangnya melalui pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com.

"Untuk membangun ini perlu tenaga dari nutrisi, ya penting supaya otak bisa optimal perkembangannya. Ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang berasal dari kasih sayang dari orangtua."

Oleh karena itu, jika orangtua memberi pola asuh yang salah pada fase golden period, maka anak akan mengalami gangguan perilaku. Para orangtua diharapkan dapat mengoptimalkan jaringan otak anak dengan memenuhi kebutuhan stimulasi, nutrisi, dan kasih sayang.

“Pola asuh yang salah mengakibatkan keluarnya hormone stressor. Dampaknya, anak akan memiliki gangguan perilaku. Jadi, tidak bisa anak stunting, kita hanya beri nutrisi saja supaya kembali normal, tidak akan bisa. Karena kita harus membangun ini menjadi jaringan yang optimal,” pungkas Hartanto.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS


Anak Butuh Kasih Sayang

FOTO: Menikmati Libur Tahun Baru di Taman Bermain Dalam Ruangan
Orangtua mengawasi anaknya bermain di taman bermain dalam ruangan sebuah mal, Jakarta, Sabtu (1/1/2022). Taman bermain dalam ruangan menjadi alternatif masyarakat untuk berlibur dengan keluarga di awal tahun 2022. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Senada dengan dokter Fitri Hartanto, Ketua Umum Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Tri Suswati Tito Karnavian mengatakan, salah satu problem gizi yang masih menjadi jadi pekerjaan rumah (PR) bersama adalah stunting.

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik, namun stunting bukan hanya masalah gizi, tapi lebih kompleks. Oleh sebab itu, penyelesaian stunting pun harus holistik.

“Anak dengan asupan gizi yang baik dan tepat akan tumbuh lebih pesat dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan asupan gizi yang baik," kata Tri Suswati.

"Selain gizi yang baik, perkembangan anak yang baik juga membutuhkan kehangatan, kasih sayang, belaian, pelukan dan kesempatan untuk mencoba hal baru agar dapat berkembang secara maksimal."


Pondasi Utama Bentuk Karakter Anak

Sambut Natal dan Tahun Baru, Anak-Anak Asyik Bermain Salju di Mal
Anak-anak bermain salju di Snow Village di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Tangsel, Senin (17/12). Jelang Natal dan Tahun Baru sejumlah pusat perbelanjaan menyajikan kegiatan untuk menarik pengunjung. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Pada kesempatan yang sama, Deputi Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN, Nopian Andusti menekankan, orangtua dan keluarga merupakan pondasi utama dalam membentuk karakter anak yang baik dan berkualitas.

“Anak merupakan salah satu aset utama bagi suatu negara untuk mempersiapkan generasi penerus bangsanya. Anak merupakan anugerah sekaligus amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang harus dijaga dalam tumbuh kembangnya secara baik dan berkualitas,” ujarnya.

Pada peringatan Hari Anak Nasional tahun 2022, BKKBN juga mendorong semua pihak untuk memenuhi hak-hak dasar anak. Salah satunya, hak untuk tumbuh dan berkembang.

Walau begitu, permasalahan gizi masih jadi momok bagi masyarakat yang berdampak pada tingginya prevalensi stunting. Indonesia diperhadapkan pada persoalan prevalensi stunting atau anak gagal tumbuh dan berkembang yang mencapai rata-rata 24,4 persen.

"Butuh peran orang tua dan pemerintah dalam pemenuhan gizi dan pola asuh menjadi pondasi utama dalam membentuk karakter anak yang baik dan berkualitas, dimulai dari pengasuhan 1.000 Hari Pertama Kehidupan," tegas Nopian.

Infografis 6 Cara Jaga Anak Aman Berinternet Saat Pandemi Covid-19
Infografis 6 Cara Jaga Anak Aman Berinternet Saat Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya