Alasan Spanyol Bakal Menghemat Dosis Vaksin Cacar Monyet

Pengurangan jumlah dosis vaksin cacar monyet di Spanyol sebagai tindakan penghematan atas kelangkaan vaksin monkeypox.

oleh Qorry Layla Aprianti diperbarui 24 Agu 2022, 14:00 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2022, 14:00 WIB
Kasus Pertama Muncul, Kemenkes RI akan Siapkan 10 Ribu Vaksin Cacar Monyet
Kemenkes RI akan siapkan 10 ribu vaksin cacar monyet untuk cegah penularan yang semakin parah. (pexels/thirdman).

Liputan6.com, Jakarta - Berbicara mengenai upaya penanganan tersebarnya kasus cacar monyet di berbagai wilayah, saat ini memang belum terdapat metode pengobatan khusus yang dapat menyembuhkan sepenuhnya orang yang menderita penyakit yang dikenal juga dengan monkeypox.

Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah menyetujui dua jenis vaksin yang setidaknya dapat digunakan untuk memberikan perlindungan terhadap cacar monyet, yaitu YNNEOS (imvanex atau imvamune) dan ACAM2000.

Gara-gara hal tersebut Kementerian Kesehatan Spanyol melakukan ‘penghematan’ dosis vaksin sebanyak setengah dosis lebih kecil dari vaksin YNNEOS (imvanex atau imvamune). Langkah ini diambil oleh pemerintah Spanyol sehubungan dengan kelangkaan pasokan vaksin yang terjadi.

Dikutip dari situs Channel News Asia pada Rabu, 24 Agustus 2022, YNNEOS yang merupakan besutan Bavarian Nordic dan menjadi satu-satunya 'vaksin cacar monyet' yang tersedia saat ini, akan dibagi menjadi lima dosis dengan pengecualian untuk wanita hamil dan orang dengan gangguan kekebalan.

Tak hanya Spanyol, Inggris pun juga melakukan hal yang sama terkait penggunaan jumlah dosis vaksin yang lebih kecil dari dosis normal untuk penanganan virus cacar monyet ini.

Hal ini juga telah disetujui oleh Badan Obat Eropa pada pekan lalu. Pada Senin, 23 Agustus 2022, Spanyol menerima 5.000 dosis vaksin tambahan sehingga total yang diterima menjadi lebih dari 17.000 dosis.

Spanyol merupakan salah satu negara dengan kasus cacar monyet terparah dengan jumlah sebesar 6.119 kasus sejak Mei 2022.

Sejauh ini, kasus monkeypox atau cacar monyet di dunia dilaporkan telah mencapai sekitar 40ribu kasus yang dilaporkan oleh 80 negara non-endemik.

 

Ilustrasi Monkeypox atau cacar monyet (brgfx/Freepik)
Ilustrasi Monkeypox atau cacar monyet (brgfx/Freepik)

Kasus Cacar Monyet di Indonesia

Setelah mulai meredanya kasus COVID-19 di dunia, termasuk Indonesia, kini masyarakat dunia digemparkan dengan munculnya cacar monyet atau monkeypox.

Menurut pernyataan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), cacar monyet merupakan penyakit zoonosis langka yang disebabkan oleh virus monkeypox. Virus cacar monyet termasuk dalam genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae. Genus Orthopoxvirus juga termasuk virus variola (penyebab cacar), virus vaccinia --- digunakan dalam vaksin cacar --- dan virus cacar sapi.

Pada sekitar 1958, untuk pertama kalinya virus cacar monyet ini ditemukan pada hewan monyet yang sedang dijadikan bahan penelitian. Penemuan ini bermula dari munculnya infeksi yang mirip seperti cacar pada tubuh monyet tersebut.

Pada manusia, kasus cacar monyet ini pertama kali terdeteksi pada sektiar 1970 di kawasan Republik Rakyat Demokratik Kongo yang kemudian menyebar luas dan menginfeksi orang-orang yang berada di kawasan Afrika Tengah dan Afrika Barat. Seperti Kamerun, Republik Afrika Tengah, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo, Gabon, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, dan Sierra Leone.

 

Kasus Cacar Monyet Pertama

Indonesia pada Sabtu, 20 Agustus 2022, melaporkan adanya kasus pertama cacar monyet. Juru Bicara Kemenkes RI, M Syahril menyatakan bahwa kasus pertama cacar monyet ini berasal dari seorang laki-laki berusia 27 asal DKI Jakarta.

Setelah dilakukannya penelusuran terhadap rekam jejak pasien, ternyata pasien tersebut sebelumnya tercatat memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri, meski tidak disebutkan secara spesifik negara mana yang pasien tersebut kunjungi.

Namun, Syahril menyatakan bahwa,"Pasien ini memang habis bepergian dari negara yang sudah saya sebutkan, ada 86 negara di antara itu. Kami tidak akan menyebutkan negaranya,".

Kronologi sekaligus gejala pertama yang dirasakan oleh pasien tersebut berawal dari tujuh hari setelah kepulangannya ke tanah air pada 14 Agustus 2022.

Semula pasien tersebut hanya merasakan demam. Kemudian, pada 16 Agustus 2022, muncul ruam cacar pada kulit pasien tersebut. Hingga akhirnya pada 18 Agustus 2022, petugas kesehatan datang untuk melakukan serangkaian tes dan PCR kepada pasien.

Lalu pada 19 Agustus 2022, pasien tersebut resmi terkonfirmasi menderita cacar monyet.

Vaksin Cacar
Ilustrasi vaksin cacar monyet. (Sumber foto: Pexels.com)

Indonesia dan Vaksin Cacar Monyet

Di Indonesia sendiri, dilaporkan bahwa Presiden Joko Widodo memerintahkan Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin untuk segera menyediakan vaksin guna menangani kasus cacar monyet yang terjadi. Terlebih lagi, Indonesia saat ini sudah dilaporkan memiliki kasus cacar monyet pertama.

Menanggapi perintah yang telah diberikan tersebut, Budi memberikan keterangan pada pers saat Ratas Evaluasi PPKM di kantor Presiden bahwa vaksin untuk penanganan terkait kasus cacar monyet sedang dalam status on the way.

Budi juga menegaskan bahwa meskipun vaksin dibutuhkan sebagai penanganan untuk kasus cacar monyet, namun tidak semua orang memerlukannya. Dikarenakan vaksin cacar monyet ini sendiri diberikan khusus kepada orang-orang yang memiliki tingkat imunitas rendah.

Selain itu, Budi juga menyatakan bahwa cacar monyet ini tidak serupa dengan Covid-19. Namun, walaupun tidak seperti COVID-19, ia juga meminta kepada masyarakat untuk tetap memproteksi diri dan mematuhi protokol kesehatan, serta tidak bersentuhan langsung dengan suspect atau penderita cacar monyet sebagai tindakan preventif agar tidak terinfeksi oleh virus tersebut.

Infografis Gejala dan Pencegahan Cacar Monyet
Infografis Gejala dan Pencegahan Cacar Monyet (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya