Jawaban Menkes Budi Soal Penyebab Kasus COVID-19 di Indonesia Tidak Tinggi

Beberapa negara lain seperti Jepang, Amerika, dan Eropa mengalami kenaikan kasus COVID-19 yang signifikan. Namun, hal tersebut tidak terjadi di Indonesia.

oleh Diviya Agatha diperbarui 24 Agu 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 24 Agu 2022, 12:00 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memberikan keterangan pers usai Rapat Terbatas Evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat di Istana Merdeka Jakarta pada Senin, 18 April 2022. (Dok Sekretariat Kabinet RI)

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan data himpunan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI per Rabu 23 Agustus 2022, penambahan kasus COVID-19 di Indonesia ada sebanyak 4.858. Begitupun pada beberapa hari sebelumnya yang juga terlihat angka serupa.

Indonesia terlihat tidak mengalami kenaikan kasus harian COVID-19 yang signifikan. Padahal, kasus harian COVID-19 di luar negeri seperti Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa sedang tinggi-tingginya.

Lalu, apa penyebab kasus COVID-19 di Indonesia justru rendah?

Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa hal tersebut utamanya disebabkan oleh vaksinasi COVID-19 yang telah gencar dilakukan oleh Indonesia beberapa bulan sebelumnya.

"Fakta yang kita lihat adalah Indonesia itu rendah sekali (kasus COVID-19-nya). Jawabannya juga sudah kita temui dari sero-survey kemarin. Kita sudah melihat dibandingkan Desember, hanya 88 persen yang memiliki antibodi, sekarang naik ke 98,5 persen," ujar pria yang akrab disapa BGS dalam konferensi pers Evaluasi PPKM ditulis Rabu, (24/8/2022).

Budi mengungkapkan bahwa dari hasil sero-survey tersebut, masyarakat Indonesia terlihat sudah sangat terlindungi jika dilihat dari level antibodi. Sehingga saat gelombang Omicron BA.4 dan BA.5 masuk, tidak terjadi kenaikan kasus yang signifikan seperti yang terjadi pada negara-negara lain.

"Itu sebabnya kenapa untuk kasus gelombang BA.4, BA.5 yang di Jepang, Eropa, Amerika itu meningkatkan kasus konfirmasi tinggi sekali, di kita tidak, karena level imunitas masyarakat Indonesia sudah sangat tinggi," kata Budi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kontribusi Lainnya dari Infeksi COVID-19

FOTO: Jumlah Kasus Aktif COVID-19 di Indonesia Melonjak
Para pekerja yang mengenakan masker berjalan kaki setelah meninggalkan perkantorannya di Jakarta, Rabu (2/2/2022). Satgas Penanganan COVID-19 turut mencatat sebanyak 25 orang meninggal dunia, membuat total angka kematian mencapai 144.373 orang. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Lebih lanjut Budi mengungkapkan bahwa selain akibat vaksinasi, infeksi juga memberikan kontribusi pada imunitas masyarakat Indonesia. Bila kembali pada bulan November 2021 lalu, Indonesia memang sudah sangat gencar melakukan vaksinasi COVID-19.

"Kedua alhamdulillah karena infeksi juga. Gelombang Omicron melanda Indonesia di bulan Februari-Maret. Itu sampai 60 ribu kasus per hari, lebih tinggi dari gelombang Delta. Nah kombinasi vaksinasi di bulan November, Desember, Januari dan infeksi di bulan Februari dan Maret," kata Budi.

"Itu membuat di bulan Juni-Juli-Agustus, kadar antibodi masyarakat Indonesia tinggi sekali. Sehingga bisa dibilang pada saat gelombang BA.4, BA.5 masuk kita tidak terganggu sama sekali," tambahnya.

Budi mengungkapkan bahwa ujian untuk Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19 masih ada sekitar enam bulan lagi. Hal tersebut lantaran bila berkaca pada gelombang sebelumnya, peningkatan kasus biasa terjadi di awal tahun.

"Jadi untuk yang gelombang ini Indonesia jadi satu dari segelintir negara yang sudah berhasil melampaui gelombang BA.4, BA.5 dengan sangat baik. Sekarang ujiannya enam bulan lagi, sekitar bulan Januari, Februari, Maret 2023," ujar Budi.


Penanganan Pandemi COVID-19 dengan Baik?

FOTO: Pemerintah Umumkan Pelonggaran Pemakaian Masker di Luar Ruangan
Sejumlah warga menyeberang jalan di kawasan Jalan Thamrin, Jakarta, Selasa (17/5/2022). Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengumumkan kebijakan pelonggaran penggunaan masker karena situasi pandemi COVID-19 di Indonesia sudah menunjukkan perbaikan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Jikalau Indonesia mampu melewati kembali gelombang baru yang mungkin akan datang nantinya dengan baik, maka menurut Budi, Indonesia dapat menjadi salah satu negara yang bisa menangani pandemi COVID-19 dengan baik selama 12 bulan.

"Caranya gimana? Kita harus menjaga level imunitas masyarakat setinggi sekarang. Tantangannya kita vaksinasinya sudah turun dan tidak ada infeksi sekarang. Beda dengan kemarin Februari kita ada infeksi tinggi, itu kan memberikan perlindungan imunitas juga," kata Budi.

Di sisi lain, dalam kesempatan yang sama, Budi mengungkapkan bahwa berkaitan dengan naiknya kasus di Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa, akan ada kemungkinan bahwa mutasi virus Corona atau varian baru COVID-19 akan muncul.

"Kita lihat bahwa beberapa negara seperti Jepang, negara-negara di Eropa, di Amerika, kasus konfirmasi hariannya itu mencapai di atas 100 ribu. Bahkan Jepang di atas 200 ribu per hari," ujar Budi.

"Kasus konfirmasi harian setinggi ini pasti akan mengakibatkan terjadinya mutasi dan timbulnya varian baru. Jadi pasti akan ada varian baru, pasti akan timbul varian baru karena adanya kasus konfirmasi setinggi ini," tambahnya.


Vaksinasi COVID-19 Akan Kembali Digencarkan

FOTO: Vaksinasi Anak Sekolah Dasar di Tangerang Selatan
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada siswa di SDN 02 Ciater, Tangerang Selatan, Selasa (14/12/2021). Mulai Hari ini, 11 provinsi di Indonesia secara serentak melaksanakan vaksinasi COVID-19 dengan sasaran anak berusia 6 hingga 11 tahun. (merdeka.com/Arie Basuki)

Sehingga nantinya pada akhir tahun, Budi mengungkapkan akan ada vaksinasi yang digencarkan kembali terutama bagi kelompok yang imunitasnya rendah. Sero-survey pun rencananya akan kembali dilakukan.

"Bapak Presiden minta vaksinasi untuk anak-anak usia dibawah 6 tahun, nanti kita akan mulai jajaki. Sudah ada vaksinnya di dunia yang disetujui, vaksinasi pediatrik namanya. Sekarang sedang kita jajaki," kata Budi.

Tak berhenti di sana, vaksinasi untuk kelompok lansia, komorbid, dan yang kadar imunitasnya tengah menurun juga akan kembali digencarkan. Hal tersebut dikarenakan masyarakat perlu mempersiapkan diri jikalau ada varian baru COVID-19.

"Kita sudah tahu by name, by address. Nanti akan kita segera berikan alternatif vaksin yang adanya agar bisa meningkatkan kadar imunitasnya untuk menjaga level imunitas populasi Indonesia. Untuk menghadapi, siap-siap di awal tahun depan kalau misalnya ada varian baru," kata Budi.

Infografis Syarat Lansia, Komorbid hingga Ibu Menyusui Disuntik Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Syarat Lansia, Komorbid hingga Ibu Menyusui Disuntik Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya