Jill Biden Positif COVID-19 Lagi, Kasus Rebound

Jill sempat negatif COVID-19 tapi pada Rabu, 24 Agustus 2022 kembali positif COVID-19. Hal ini membuat istri Joe Biden ini harus kembali menjalani isolasi.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 25 Agu 2022, 10:02 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2022, 10:02 WIB
Makna Simbol Bunga Matahari di Lengan Baju Jill Biden untuk Ukraina
Jill Biden mengenakan simbol bunga matahari di lengan sebagai tanda dukungan pada Ukraina. (dok. Win McNamee / POOL / AFP)

Liputan6.com, Jakarta Jill Biden mengalami rebound COVID-19, kondisi yang mirip seperti suaminya, Joe Biden. Jill sempat negatif COVID-19 tapi pada Rabu, 24 Agustus 2022 kembali positif COVID-19. Hal ini membuat Jill harus kembali menjalani isolasi.

"Ibu Negara tidak bergejala dan tetap akan berada di Delaware untuk menjalani masa isolasi," kata Wakil Direktur Komunikasi Jill Biden, Kelsey Donohue mengutip New York Times, Kamis (25/8/2022).

Unit Medis The White House juga sudah melakukan contact tracing dan kontak dekat Jill Biden. Sehingga mereka bisa menjalani tes COVID-19.

Salah satu kontak dekat Jill Biden adalah Joe Biden. Namun, hasil tes COVID-19 untuk Joe negatif. Meski begitu ia harus tetap memakai masker selama 10 hari ke depan baik di dalam dan luar ruangan.

Jill Biden positif COVID-19 pada tanggal 15 Agustus 2022 saat berlibur bersama keluarga ke South Carolina. Saat itu, ia mengalami gejala ringan seperti flu. Lalu, sudah mendapatkan antivirus Paxlovid. Lalu, pada hari Minggu kemarin hasil tes COVID-19 negatif. Jill pun melakukan perjalanan ke Delaware.

Beberapa hari kemudian Jill tes COVID-19, hasilnya kembali positif COVID-19. Donohue menyebut hasil tes positif COVID-19 pada Jill merupakan kasus rebound.

Kondisi rebund COVID-19 Jill sama dengan Joe beberapa saat terinfeksi Corona bulan lalu.

 

 

Apa Itu Rebound COVID-19

Joe Biden Akhiri Isolasi COVID-19
Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga mengalami rebound COVID-19. (AP Photo/Susan Walsh)

Kondisi ini digambarkan sebagai langka, tetapi beberapa ahli medis mengatakan mereka mungkin lebih umum daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), rebound COVID-19 ditandai dengan kambuhnya gejala atau hasil tes virus positif baru setelah dites negatif.

"Fenomena rebound COVID-19 adalah hal yang pernah kita dengar sebelumnya," kata pakar penyakit menular dari McGill University Health Centre, Donald Vin mengutip Global News. 

Banyak yang mengganggap kasus rebound terkait dengan antivirus yang dikonsumsi. Nyatanya, ada banyak rebound COVID-19 pada mereka yang tidak diobati dengan antivirus seperti disampaikan Vinh.

Peningkatan Laporan Rebound COVID-19

Ada peningkatan laporan efek rebound pada orang yang dirawat dengan Paxlovid, termasuk Presiden Biden. Biden menyelesaikan terapi lima hari Paxlovid dan dites negatif terhadap virus. Tiga hari kemudian, dia kembali dinyatakan positif.

Mengapa dan bagaimana rebound terjadi masih belum diketahui secara pasti. Apa yang telah diketahui adalah Paxlovid menghentikan virus dalam tubuh seseorang agar tidak bereplikasi.

Itu tidak membunuh virus yang sudah ada di sana. Untuk itu, setiap orang tetap membutuhkan sistem imun tubuh.

Menurut kepala peneliti virologi dan penyakit infeksi Griffith University, Lara Herrero, ada kemungkinan terapi lima hari tidak cukup lama untuk menekan replikasi virus untuk memungkinkan sistem kekebalan menyerang dan membunuh virus.

“Atau mungkin waktu kapan pengobatan dimulai mempengaruhi bagaimana sistem kekebalan bekerja,” kata Lara mengutip Channel News Asia.

Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan timbulnya rebound setelah terapi Paxlovid adalah obat tidak diminum sesuai resep. Sementara, penelitian penyebab rebound Paxlovid sedang berlangsung.

Studi tentang Rebound dan Paxlovid

Ilustrasi Covid-19, virus corona
Ilustrasi Covid-19, virus corona. Kredit: Miroslava Chrienova via Pixabay

Sebuah studi tentang rebound setelah Paxlovid yang dilakukan pada 11.000 orang menemukan bahwa tujuh hari setelah perawatan, 3,53 persen peserta memiliki tes PCR positif rebound dan 2,31 persen memiliki gejala rebound. Setelah 30 hari, 5,4 persen dinyatakan positif dan 5,87 persen memiliki gejala. Namun, studi ini belum ditinjau ulang oleh ahli lain.

“Jadi hanya karena Anda telah menerima pengobatan antivirus SARS-CoV-2, tidak secara otomatis berarti Anda sembuh.”

Sementara para ilmuwan dan dokter dalam tahap awal menyelidiki rebound Paxlovid, laporan awal menunjukkan rebound cenderung ringan. Gejala yang kembali biasanya adalah pilek, sakit tenggorokan atau batuk.

Infografis Ibu Hamil Sudah Bisa Dapatkan Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Ibu Hamil Sudah Bisa Dapatkan Vaksin Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya