Liputan6.com, Jakarta Lesi cacar monyet berupa benjolan nanah di kulit yang mulai mengelupas menjadi salah satu tanda pasien monkeypox mulai beranjak sembuh dan bersiap selesai masa isolasi. Kriteria ini termasuk rekomendasi yang dikemukakan Satgas Monkeypox Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI).
Ketua Satgas Monkeypox PB IDI Hanny Nilasari menyampaikan, kriteria sembuh cacar monyet dilihat berdasarkan perkembangan klinis dan perjalanan penyakitnya. Bahwa seluruh kulit akan mencapai fase keropeng, mengelupas, dan tumbuh lapisan kulit baru.
Baca Juga
"Fase sampai mencapai tumbuh lapisan kulit baru, yaitu 2 - 4 minggu sesudah terjadinya infeksi. Untuk kriteria sembuh, tidak diperlukan pemeriksaan ulang PCR monkeypox," ujar Hanny saat konferensi pers PB IDI: Update on Monkeypox pada Rabu, 21 September 2022.
Advertisement
"Kalau pasiennya diamati sudah tidak ada gejala klinis, kemudian fase erupsi kulitnya sudah dalam fase keropeng, mengelupas, lalu lapisan kulit yang baru ini tumbuh ya sudah bisa dinyatakan bebas dari isolasi atau dinyatakan sebagai sembuh."
Serupa dengan kriteria sembuh, masa isolasi dinyatakan selesai juga berdasarkan perkembangan klinis, yaitu bebas demam dan gejala respirasinya tidak ada dalam waktu 48 jam.
"Tidak ada lesi baru dalam 48 jam. Kemudian lesi kulit sudah mencapai fase keropeng dan sudah mengelupas serta lapisan kulit yang baru tumbuh, umumnya berlangsung 2 - 4 Minggu sejak mulai munculnya gejala prodromal,"
Prodromal merupakan gejala yang muncul sebelum terjadi suatu gangguan, di antara rentang waktu gejala pertama hingga gejala lainnya.
Gejala cacar monyet prodromal yang muncul antara lain demam, limfadenopati, letargi, myalgia (nyeri otot), nyeri kepala dan nyeri tenggorokan. Kemudian ruam vesikulopustular muncul dengan rasa nyeri dan adanya umbilikasi. Ruam menyebar dari wajah, lalu menyebar secara sentrifugal.
Perubahan Gejala Klinis Lesi
Rekomendasi Tim Satgas Monkeypox PB IDI mengusulkan tentang alur penatalaksanaan pasien serta alur pemeriksaan molekular untuk cacar monyet. Pada penatalaksanaan pasien disampaikan bahwa diperlukan skrining.
"Diperlukan skrining atau penapisan, yaitu dengan tanda orang dengan gejala akut dan demam dengan konsep yang akut ditandai adanya gejala kelenjar getah bening, ditambah dengan gejala-gejala lain," Hanny Nilasari memaparkan.
"Kemudian harus dilakukan pemeriksaan klinis secara akurat, tidak ada kecurigaan erupsi kulit karena yang lain. Misalnya, karena Varicella Zoster (cacar ular) dan herpes, sifilis dan penyakit tangan kaki dan mulut dan."
Apabila sudah dilakukan penapisan dan gejala klinis kulit menandakan ruam akut khas cacar monyet, maka perkembangan ruam perlu diperhatikan. Urutannya, yakni ada bercak atau ruam, lalu akan berubah menjadi ada penonjolan di atas permukaan kulit.
Fase berikutnya, lesi akan berubah menjadi melenting, kemudian ada ujungnya terdapat nanah, lantas lama-lama akan berkeropeng.
"Selanjutnya, lesinya akan perlahan-lahan memperbaiki diri dalam waktu 2 sampai 3 minggu (dengan mengelupas dan tumbuh kulit baru)," lanjut Hanny.
Advertisement
Area Sebaran Lesi
Sebaran lesi cacar monyet, lanjut Hanny Nilasari, umumnya menyebar di wajah atau alat kelamin. Jumlah lesi pada setiap pasien juga bervariasi, tetapi umumnya kurang dari 10 lesi.
"Lokasi ini (area sebaran lesi) dapat melibatkan membran mukosa -- selaput lendir kulit dalam -- sehingga perlu juga dilakukan pemeriksaan secara akurat," katanya.
"Selain lesi kulit, perlu pemeriksaan lesi di mukosa mata, misalnya di konjungtiva --Â selaput bening yang menutupi bagian putih mata -- serta kelainan di kelamin atau genital."
Secara umum, semua lesi cacar monyet berada dalam tahap yang sama menyebar secara sentrifugal atau meluas di telapak tangan dan kaki. Setelah menyebar, penatalaksanaan pasien dapat digolongkan dalam kriteria gejala klinis lesi monkeypox ringan atau tanpa komplikasi.
"Kemudian bisa juga kita masukkan dalam monkeypox sedang dan berat atau dengan komplikasi. Jadi, kita lakukan triase untuk identifikasi keparahan atau kelompok risiko tinggi," terang Hanny yang juga dokter spesialis kulit dan kelamin.
Skor keparahan lesi dilihat dari jumlah lesi pada kulit sebagaimana rekomendasi Satgas Monkeypox PB IDI, antara lain:
- Ringan (kurang dari 25 lesi)
- Sedang (25 - 99 lesi)
- Berat (100 - 250 lesi)
- Sangat berat (lebih dari 250 lesi)
Lokasi Isolasi dan Pemantauan
Pada tindak lanjut pasien cacar monyet, Hanny Nilasari menegaskan harus menjalani masa isolasi. Melihat kebanyakan kasus monkeypoy bergejala ringan, maka isolasi dapat dilakukan di rumah.
Pemantauan pasien yang isolasi, menurut Rekomendasi Tim Satgas Monkeypox PB IDI juga harus dilakukan oleh tenaga medis.
"Tentunya isolasi di rumah, terpisah dari anggota rumah lainnya dan dilakukan pengobatan simptomatik dengan pemantauan dari fasilitas kesehatan terdekat. Pemantauan harian oleh tenaga medis dan ditunjuk asisten untuk perawatan diri pasien," terang Hanny.
Apabila tidak layak dirawat di rumah, dokter akan melakukan identifikasi sebagai monkeypox dengan kriteria berat dengan komplikasi. Isolasi dapat dilakukan di rumah sakit atau di fasilitas kesehatan lain.
Pasien nanti diberikan obat simptomatik untuk mengatasi nyeri, demam, diberikan asupan nutrisi, dan perawatan kulit.
"Kemudian dilakukan perawatan suportif yang optimal dan diindikasikan pemberian antivirus sesuai dengan indikasi dan dilakukan pemantauan," ucap Hanny yang berpraktik di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Advertisement