BPOM: 4 Obat Batuk Terkait Kasus di Gambia Tak Terdaftar di Indonesia

Obat batuk sirup mengandung parasetamol yang diduga terkait dengan kematian 69 anak di Gambia tidak terdaftar di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Okt 2022, 17:00 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2022, 17:00 WIB
WHO Terbitkan Peringatan atas Obat Batuk Produksi India, Diduga Sebabkan Kematian Anak di Gambia
Ilustrasi obat batuk. (dok. Towfiqu Barbhuiya/Unsplash.com)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia mengatakan bahwa empat obat batuk mengandung parasetamol produksi Maiden Pharmaceuticals Limited, India.India yang diduga memicu kematian 69 anak di Gambia tidak terdaftar di Indonesia.

"Berdasarkan penelusuran BPOM, keempat produk tersebut tidak terdaftar di Indonesia dan hingga saat ini produk dari produsen Maiden Pharmaceutical Ltd, India tidak ada yang terdaftar di BPOM," demikian keterangan resmi BPOM seperti yang diterima Health-Liputan6.com pada Rabu, 12 Oktober 2022.

BPOM terus melakukan pengawasan secara komprehensif pre market dan post market dari peredaran produk tersebut di Indonesia. Selain itu, lembaga ini juga bakal tersu memantau perkembangan mengenai sirup obat anak yang ada di Gambia. 

"BPOM RI terus memantau perkembangan kasus Substandard (contaminated) paediatric medicines mengenai produk sirup obat untuk anak terkontaminasi/substandard yang teridentifikasi di Gambia, Afrika serta melakukan update informasi terkait penggunaan produk sirup obat untuk anak melalui komunikasi dengan World Health Organization (WHO) dan Badan Otoritas Obat negara lain."

Lembaga ini juga mengingatkan masyarakat untuk selalu memeriksa produk obat sebelum membeli atau mengonsumsi obat. Pastikan produk obat yang terdaftar yang diperoleh dari sumber resmi, dan selalu ingat Cek KLIK (Kemasan, Label, Izin Edar, dan Kedaluwarsa).

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan terkait empatobat batuk yang dibuat oleh Maiden Pharmaceuticals, India. Peringatan tersebut dikeluarkan usai 69 anak di Gambia, Afrika Barat dilaporkan meninggal dunia usai mengonsumsi obat batuk tersebut.

Keempat produk obat batuk itu adalah Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup. Badan Kesehatan PBB pun telah memberikan peringatan, karena mungkin keempatnya telah didistribusikan di luar negara Afrika Barat.

Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan bahwa empat obat batuk yang dimaksud dikaitkan dengan cedera ginjal akut dan diduga menjadi penyebab dibalik kematian 69 anak di Gambia.

"Hilangnya nyawa anak-anak muda ini sangat memilukan bagi keluarga mereka," ujar Tedros mengutip The Guardian.

Bakteri E Coli Diduga Jadi Penyebabnya

Awalnya, anak yang dilaporkan meninggal dunia di Gambia sebanyak 66. Namun pada Minggu, 9 Oktober 2022, Menteri Kesehatan Gambia, Ahmadou Lamin Samateh melaporkan adanya tambahan sebanyak tiga anak. Sehingga totalnya kini menjadi 69.

Samateh, yang juga kehilangan keponakannya akibat cedera ginjal akut pada Rabu pekan lalu mengungkapkan bahwa ada tambahan tiga anak pada Sabtu, 9 Oktober 2022.

Padahal, satu hari sebelumnya, Presiden Gambia Adama Barrow mengungkapkan bahwa kasus dan kematian tengah terkendali.

Penyelidikan sementara yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Gambia sudah dilakukan sejak Juli dan masih berlangsung. Pihaknya menyebutkan bahwa bakteri E. coli menjadi kemungkinan penyebab adanya wabah gagal ginjal akut di sana.

"Hasil awal dari penyelidikan yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa kemungkinan besar sirup parasetamol dan prometazin itulah yang menyebabkan kasus cedera ginjal akut dalam wabah ini," ujar ahli nefrologi yang memimpin penyelidikan di Kementerian Kesehatan Gambia, Abubacarr Jagne.

Kenaikan Penyakit Ginjal pada Anak

Terdapat Gangguan Pada Ginjal
Ilustrasi Ginjal Credit: unsplash.com/Robina

Di sisi lain, Gambia sendiri sempat mengalami banjir terparah dalam beberapa tahun terakhir di bulan Juli lalu. Banyak selokan dan jamban yang meluap di sana.

"Sejak Juli 2022, telah terjadi peningkatan jumlah penyakit ginjal dengan kematian tinggi di kalangan anak-anak terutama setelah melaporkan adanya diare," ujar pihak kementerian dalam sebuah pertanyaan di bulan September.

"Sampai saat ini, produsen (keempat obat batuk) yang disebutkan belum memberikan jaminan kepada WHO tentang keamanan dan kualitas produk ini."

IDAI Sebut Gagal Ginjal Akut di RI Tak Terkait dengan Obat Batuk Gambia

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyampaikan bahwa kasus gangguan ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI) di Tanah Air tidak terkait dengan obat-obatan serupa di Gambia. 

Hasil investigasi IDAI menyatakan, tidak ada obat-obatan yang serupa dengan obat batuk buatan India yang diduga menyebabkan kematian anak-anak Gambia.

“Mungkin ini akan ada rilis juga dari Kementerian Kesehatan bahwa tidak ada obat-obatan yang serupa dengan yang di Gambia," kata  Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati dalam konferensi pers, Selasa, 11 Oktober 2022.

Ia menambahkan, obat batuk yang diproduksi di India itu tidak beredar di Indonesia.  

“Obat-obat yang diproduksi di India itu tidak beredar di Indonesia, bahan baku obat di Indonesia juga tidak ada yang berasal dari India,” jelas Eka.

Infografis 6 Tips Bantu Anak Terbiasa Pakai Masker Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 6 Tips Bantu Anak Terbiasa Pakai Masker Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya