Liputan6.com, Jakarta Sebagian warga Cianjur sudah lebih dari sepekan mengungsi sejak gempa Cianjur bermagnitudo 5,6 itu. Gempa yang berpusat di 10 km barat daya Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat itu menyebabkan kerusakan infrastruktur di beberapa daerah terdampak. Hal ini membuat warga mau tak mau harus mengungsi.
Berada di tempat pengungsian sudah lebih dari seminggu, ribuan pengungsi mulai mengalami masalah kesehatan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, melaporkan sekitar 2.000-an pengungsi di sana kena penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Lalu disusul diare dan hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Baca Juga
"ISPA itu kalau untuk kumulatif sudah ada 2.000-an orang, diare di bawah 2.000 dan hipertensi 1.000-an," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur dokter Irvan Nur Fauzy mengutip Antara.
Advertisement
Selain itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur juga memberikan perhatian kepada pengungsi yang memiliki komorbid seperti diabetes, hipertensi dan tuberkulosis.
"Kami juga memperhatikan pasien kormobid, terutama yang diabetes dan hipertensi serta TBC. Serta bagaimana kelanjutan pengobatan bagi pasien dengan gangguan jiwa," kata Irvan.
Dirikan 4 Puskesmas Lapangan
Sudah sembilan hari setelah gempa bumi, Dinkes Cianjur memfokuskan upaya pencegahan agar pengungsi tidak terkena penyakit berbasis lingkungan yang berpotensi KLB seperti ISPA, diare dan hipertensi. Salah satu upaya Dinkes Cianjur dengan mendirikan empat puskesmas lapangan di wilayah Cijedil, Cugenang, Nagrak dan Warung Kondang, Kabupaten Cianjur.
"Puskesmas utamanya itu ada di Cijedil, Nagrak, Cugenang dan Warung Kondang. Itu tetap berjalan. Lalu kita support di empat titik, yakni Nagrak satu puskemas lapangan, Cugenang dua puskesmas lapangan dan Warung Kondang satu puskesmas lapangan," kata dia.
Advertisement
Keluhan Para Lansia: Linu dan Nyeri Sendi
Sementara itu, dari pihak swasta turut ikut membantu penanganan kesehatan korban gempa Cianjur.
Tim Medis PT Pertamina Bina Medika Indonesia Healthcare Corporation (IHC) yang bertugas di posko di sana menjumpai beberapa gangguan kesehatan masyarakat dengan kondisi sarana dan prasarana yang minim di pengungsian.
Pada lansia, selain mengeluh pegal dan linu, banyak juga yang mengeluhkan nyeri lambung karena pola makan yang tidak teratur serta asupan gizi yang kurang baik.
Dokter Yan Fernandez Sembiring Sp.EM dari RS PELNI yang menjadi bagian Tim Medis IHC menyampaikan dari segi kesehatan warga di pengungsian memerlukan perhatian khusus mengingat setiap orang memiliki keluhan yang berbeda. Saat itulah penting bagi tim medis untuk memahami kondisi pasien ketika melakukan penanganan di posko pelayanan kesehatan setempat.
“Kami menemukan beberapa kasus seperti bayi dengan pneumonia berat dan korban bencana dengan luka yang tidak terawat. Sangat penting bagi kami menentukan apakah korban masih dapat ditangani di posko pelayanan kesehatan setempat atau perlu dirujuk ke rumah sakit terdekat” kata Yan dalam keterangan tertulis yang diterima Health-Liputan6.com.
Tak hanya lansia, anak-anak di pengungsian mulai mengalami diare dikarenakan faktor kebersihan yang minim, serta demam karena pola tidur dan gizi yang kurang seimbang.