Makna Upacara Tompo Koyo dalam Pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono

Upacara tompo koyo yang dilangsungkan di pernikahan Kaesang dan Erina miliki makna dalam bagi kehidupan rumah tangganya.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Des 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 10 Des 2022, 20:45 WIB
Upacara Tompo Koyo
Upacara Tompo Koyo dalam pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono.

Liputan6.com, Jakarta - Kaesang Pangarep dan Erina Gudono resmi menjadi sepasang suami istri setelah melaksanakan akad nikah di Pendopo Agung Royal Ambarrukmo, Yogyakarta pada Sabtu, 10 Desember 2022. 

Dalam momen akad nikah tersebut, kakak Erina, Allen Adam Rinaldy Gudono bertindak sebagai wali nikah. Kaesang memilih Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono dan Menteri Sekretaris Negara, Pratikno menjadi saksi nikah.

Tidak dapat dimungkiri bahwa prosesi ijab kabul sukses membuat Kaesang tegang. Kendati demikian, adik dari Gibran Rakabuming Raka dan Kahiyang Ayu ini berhasil mengucapkan ijab kabul dalam satu satu tarikan napas dengan lantang.

Kaesang juga diketahui menyerahkan mas kawin berupa seperangkat alat sholat, logam mulia seberat 10, 12, 20 dan 22 gram serta uang tunai sebesar Rp300 ribu. Berat logam mulia tersebut merupakan tanggal pernikahan mereka.

Usai ijab kabul, Kaesang dan Erina melanjutkan dengan upacara adat. Salah satu upacara yang dilakukan yaitu tompo koyo.

Menurut pembawa acara dalam sesi tersebut, upacara tompo koyo atau yang disebut juga kacar-kucur merupakan prosesi kala pengantin putra menuangkan benih-benih pilihan, bibit-bibit yang berbobot, seperti padi, jagung, kedelai dan aneka palawija lainnya. Jumlahnya ada 25 jenis.

Harapannya, bibit-bibit berbobot tumbuh bersemi berbunga dan berbuah kebahagiaan untuk kedua mempelai beserta keluarga besarnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ada Mata Uang Nilai Kecil

Mata uang dengan nilai yang kecil juga disertakan. Mata uang yang kecil mengingatkan bahwa di dunia tidak pernah ada yang besar tanpa mulai dari yang kecil. Lalu, tidak ada yang banyak tanpa mulai dari sedikit, tidak ada yang pintar tanpa belajar dan mustahil ada kemuliaan tanpa kerja keras.

Persembahan ini kemudian diserahkan oleh mempelai wanita kepada sang ibu yakni Erina Gudono.

Empon-empon juga menyertai tompo koyo. Jahe, kunyit, lempuyang, dituang ke pangkuan istri sebagai piwulang bahwa tidak ada benih suami yang tidak diterima oleh istri.


Dhahar Klimah

Dhahar Klimah
Dhahar Klimah

Selain upacara tompo koyo, ada juga dhahar klimah. Dalam prosesi ini, mempelai pria yakni Kaesang memberikan tiga kepal nasi kuning pada mempelai wanita. Sementara mempelai wanita akan memakannya satu persatu sebagai lambang seorang istri yang mensyukuri nafkah dari suami yang berupa sandang, pangan, dan papan.

Yang pertama yaitu sandangan. Sandangan lahir berupa pakaian, sedangkan sandangan batin berupa budi pekerti dan iman serta taqwa.

Yang kedua, merupakan lambang pangan. Makanan lahir adalah makanan halal yang toyyib dan higienis yang diperoleh dari cara-cara yang luhur dan mulia. Sementara makanan batin adalah ajaran agama serta nasihat ayah dan ibu.

Yang terakhir yaitu papan. Papan lahir adalah rumah, sedangkan papan batin adalah tempat di dalam hati di mana keduanya merasakan keteduhan, ketentraman dan kedamaian.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

Infografis Anak Muda Sayangi Lansia, Ayo Temani Vaksinasi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Anak Muda Sayangi Lansia, Ayo Temani Vaksinasi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya