Bos BPJS Kesehatan: Sekarang Jarang Terdengar Orang Jual Sapi untuk Bayar Perawatan RS

Cakupan kepesertaan JKN yang diselenggarakan BPJS Kesehatan sudah nyaris 250 juta. Semakin banyak orang di Indonesia yang bisa berobat dan mendapatkan layanan kesehatan tanpa membuat harta benda habis karena sakit.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 30 Jan 2023, 19:00 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2023, 19:00 WIB
Ilustrasi BPJS Kesehatan
Ilustrasi BPJS Kesehatan

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) Ali Ghufron mengatakan bahwa hingga akhir Januari 2023 sudah ada 248 juta peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Dengan terus meningkatnya peserta JKN, membuat orang sakit tidak takut lagi berobat ke puskesmas maupun rumah sakit (RS) karena masalah biaya. Bahkan, sudah jarang terdengar orang yang mesti menjual aset yang dimiliki untuk membayar biaya rumah sakit yang terkadang amat mahal untuk penyakit-penyakit tertentu seperti disampaikan Ghufron.

"Dulu ada buku berjudul, 'Orang Miskin Dilarang Sakit'. Saya ingat betul, kalau ada orang yang sakit itu bisa jual aset seperti kerbau, sapi, rumah itu sering sekali saya dengar dulu. Namun, sekarang jarang kedengaran," kata Ghufron dalam Outlook 2023 pada Senin, 30 Januari 2023.

Hal ini menunjukkan asuransi kesehatan yang mengusung konsep gotong royong yang diusung oleh JKN meringankan pembiyaan orang sakit. Biaya pengobatan yang bisa menguras dompet sebagian ditanggung oleh BPJS Kesehatan asalkan sudah menjadi peserta dan rutin membayar iuran setiap bulan.

Salah satu masalah kesehatan yang bisa ditanggung BPJS Kesehatan adalah stroke. Peserta JKN kelas 1, 2, 3 ditanggung pengobatan stroke asal sesuai indikasi medis.

Di usia BPJS Kesehatan dalam memberikan pelayanan JKN yang nyaris berusia 10 tahun, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Kunta Wibaha Dasa mengingatkan juga untuk instansi ini untuk memperbaiki layanan. Tujuannya demi membuat para peserta merasa puas menggunakan JKN.

"Saya setuju mengenai meningkatkan cakupan demi mencapai universal health coverage tapi sekarang juga saatnya kita mulai meningkatkan layanan ke masyarakat. Kalau orang antre lama ya protes-protes juga," kata Kunta di kesempatan yang sama.

Bila layanan dari BPJS Kesehatna serta fasilitas kesehatan yang antre panjang bisa membuat orang enggan memakai JKN. Alhasil, banyak orang nantinya ogah datang ke fasilitas layanan kesehatan.

"Kalau antre, ujung-ujungnya ya kaya ke luar negeri lalu yang miskin lari ke dukun," kata Kunta.


Banyak Negara Tertarik Program JKN

Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti
Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti (dok: Tira)

Ghufron menceritakan bahwa banyak negara yang tertarik dengan pelaksanaan JKN. Saat Ghufron menghadiri sebuah acara mengenai asuransi di Bangkok, Thailand baru-baru ini banyak negara yang ingin tahu lebih lanjut tentang program asuransi gotong royong ini.

"Banyak negara sangat tertarik dengan BPJS Kesehatan, sebagai program gotong royong dengan manfaat yang langsung diarasakan masyarakat, dengan pembayaran dan data terintegrasi," kata Ghufron.

Bahkan, beberapa negara ada yang berkomitmen untuk mengetahui lebih dalam mengenai seluk beluk penyelenggaran JKN dari BPJS Kesehatan.

 


Bisakah Capai UHC di 2024?

Iuran Naik, Peserta BPJS Kesehatan Diprediksi Pilih Turun Kelas
Petugas melayani warga yang mengurus iuran BPJS Kesehatan di Kantor BPJS Jalan Raya Pasar Minggu, Jakarta, Senin (4/11/2019). Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia memprediksi akan terjadi migrasi turun kelas pada peserta akibat kenaikan iuran 100 persen pada awal 2020. (merdeka.com/Arie Basuki)

BPJS Kesehatan memiliki target universal health coverage (UHC) atau sekitar 98 persen penduduk Indonesia adalah peserta JKN. Ghufron mengakui untuk mencapai hal itu tidak mudah. Ada beberapa sektor pekerja yang tidak mendaftarkan diri sebagai peserta JKN.

"Ada missing, ini di salah satunya sektor informal yang tidak masuk PBI. Ini tidak mudah," lanjutnya.

Namun, untuk capaian yang saat ini dimiliki yakni 248.771.083 juta peserta JKN juga bukan hal yan biasa. Ini hal luar biasa dalam menarik masyarakat untuk bisa menjadi peserta dan merasakan manfaat menjadi peserta JKN.

Bila dibandingkan dengan negara lain, paling cepat adalah melihat Korea Selatan yang UHC bisa tercapai dalam waktu 16 tahun.

"Indonesia sudah bisa mau mencapai UHC dan sekarang sudah 90 persen," tuturnya.

Infografis 12 Cara Sehat Hadapi Stres Era Pandemi Covid-19
Infografis 12 Cara Sehat Hadapi Stres Era Pandemi Covid-19 (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya