Guru Pegang Tangan hingga Tarik Rok Murid, Termasuk Pelecehan Seksual?

Belum lama ini, seorang guru viral di media sosial lantaran membuat konten Tiktok yang dinilai menyimpang.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 08 Feb 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2023, 20:00 WIB
Ilustrasi pelecehan seksual
Ilustrasi pelecehan seksual. Foto: Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta Belum lama ini, seorang guru viral di media sosial lantaran membuat konten Tiktok yang dinilai menyimpang.

Dalam beberapa video yang diunggah ulang di Twitter, guru tersebut memegang tangan murid perempuan sambil dubbing lagu dewasa. Di video lainnya, ia bahkan menarik rok muridnya.

Lantas, apakah tindakan guru ini termasuk dalam pelecehan seksual?

Terkait hal ini, kriminolog Haniva Hasna memberi tanggapan dengan lebih dulu memberikan penjelasan soal definisi pelecehan seksual.

“Kita kembalikan pada definisi pelecehan seksual dulu ya. Pelecehan seksual merupakan tindakan bernuansa seksual yang kemudian disampaikan melalui kontak fisik atau kontak non-fisik, yang menyasar kepada bagian tubuh seksual atau seksualitas seseorang,” ujar perempuan yang juga pemerhati anak dan keluarga itu kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks belum lama ini.

Tindakan bernuansa seksual yang dimaksud oleh Iva (panggilan karib Haniva) bisa berbentuk siulan, main mata, komentar ataupun ucapan yang bernuansa seksual. Termasuk pula mempertunjukkan materi-materi pornografi serta keinginan seksual, colekan, atau sentuhan pada bagian tubuh, gerakan atau isyarat yang bersifat seksual.

“Sehingga kemudian mengakibatkan rasa tidak nyaman, tersinggung, atau merasa direndahkan martabatnya. Dan mungkin hingga menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan keselamatan. Ini poinnya.”

“Tapi bukan berarti yang nyaman-nyaman saja bukan bentuk pelecehan seksual ya. Jangan-jangan korbannya tidak faham bila dipegang-pegang orang lain merupakan pelanggaran moral yang merugikan korban, tergantung dari pemahaman anak,” jelas Iva.

Terkait Sentuhan

Iva pun menggarisbawahi soal sentuhan. Dalam kasus ini, perlu diperhatikan apa yang disentuh, tempat kejadiannya di mana, caranya seperti apa, dan respons anak tersebut bagaimana.

“Ada beberapa sentuhan yang harus diketahui anak. Sentuhan boleh adalah tangan dan kepala (usapan kepala), sentuhan membingungkan adalah sentuhan yang dilakukan pada pundak, punggung, paha, pipi atau bagian anggota tubuh yang membuat rancu antara sayang atau seram.”

Sedangkan, bagian tubuh yang tidak boleh disentuh adalah alat vital yaitu dada, alat kelamin dan pantat.

Sedangkan, sentuhan guru tersebut kepada muridnya bisa terjadi akibat adanya relasi kuasa. Guru tersebut merasa lebih berkuasa ketimbang muridnya.

“Bisa jadi berdalih sayang dan keakraban.”

Niat dan Respons

Sentuhan yang terjadi antara guru dan murid perlu dikembalikan pada niat guru menyentuh dan bagaimana respons anak tersebut.

“Dalam beberapa kasus, pelecehan yang dilakukan oleh guru biasanya ada doktrin khusus yang membuat siswa ketakutan bila tidak memenuhi perintah guru, lalu tidak berani pula melaporkan kepada orangtua karena ada ancaman yang menyertai.”

Dalam video lainnya, guru itu mengatakan bahwa perlakuan tersebut hanyalah upaya menghibur murid yang suasana hatinya sedang tidak baik.

“Menghibur itu konotasinya positif, sebuah perilaku menyenangkan dan menggembirakan. Nah, siswa tersebut merasa terhibur atau justru merasakan emosi negatif?” kata Iva.

“Bila tidak sesuai dengan tujuan, berarti cara menghiburnya kurang tepat. Apalagi bila sudah berhubungan dengan sentuhan membingungkan yang direkam lalu menimbulkan respons negatif pula.”

Respons Warganet

Video itu pun mendapat berbagai respons dari warganet. Ada komentar negatif, ada pula komentar positif.

Terkait respons yang beragam, Iva mengatakan bahwa masyarakat bebas merespons. Sedangkan, baik dan buruknya siapa pun tidak pernah tahu bila tidak dilakukan interview khusus terhadap pelaku.

Respons positif bisa diberikan karena masyarakat melihat proses interaksi guru dan murid yang menyenangkan, sehingga dianggap sebagai interaksi yang wajar dan ungkapan sayang terhadap murid.

Namun, tidak salah juga ketika masyarakat khususnya orangtua menjadi sensitif terhadap sikap yang menjurus ke bahaya isu kekerasan dan pelecehan seksual yang semakin santer terdengar.

“Agak susah bila tidak tahu langsung kejadiannya, tidak melakukan observasi dan menilai berdasarkan pengamatan saja. Karena motifnya tidak akan bisa diketahui dengan jelas.”

“Namun hal ini sangat baik, artinya respons masyarakat bisa digunakan sebagai kontrol sosial. Sehingga apapun motifnya, baik hanya sebab interaksi positif maupun unsur pelecehan, ketika kontrol sosial berjalan dengan baik maka norma-norma di masyarakat akan lebih tegak lagi,” pungkas Iva.

Infografis Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Kasus Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya