Virus Marburg Sudah Sampai Tanzania, Indonesia Harus Khawatir?

Virus Marburg adalah salah satu virus mematikan yang memiliki fatalitas mencapai 88 persen

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 29 Mar 2023, 11:21 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2023, 11:21 WIB
Virus Marburg Adalah Salah Satu Virus Mematikan yang Bisa Menyebabkan Perdarahan Internal dan Gagal Ginjal. Penyakit Virus Marburg Adalah Penyakit Demam Berdarah yang Jarang Terjadi. (Foto: DCstudio from Freepik)
Virus Marburg Adalah Salah Satu Virus Mematikan yang Bisa Menyebabkan Perdarahan Internal dan Gagal Ginjal. Penyakit Virus Marburg Adalah Penyakit Demam Berdarah yang Jarang Terjadi. (Foto: DCstudio from Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Virus Marburg (filovirus) yang kembali ditemukan di Guinea Ekuatorial merupakan salah satu virus paling mematikan dengan fatalitas mencapai 88 persen.

Baru-baru ini, virus Marburg yang mematikan telah sampai ke Tanzania dan Guinea Khatulistiwa. Kedua negara tersebut mengonfirmasi jumlah keseluruhan mencapai 17 kasus.

Diketahui, virus Marburg yang dapat menyebabkan perdarahan internal serta gagal ginjal ini bisa mematikan sembilan dari 10 orang yang terinfeksi. Hal ini berdasarkan data dari wabah sebelumnya.

Penyakit Virus Marburg merupakan penyakit demam berdarah yang jarang terjadi. Virus ini satu family dengan virus ebola.

Sebelumnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang telah menerima laporan kasus penyakit Marburg yang berasal dari Guinea Ekuatorial pada Senin 13 Februari 2023.

Berdasarkan laporan kasus yang diterima WHO, terdapat sembilan kematian dan 16 kasus suspek yang dilaporkan di Provinsi Kie Ntem. Adapun gejala yang dialami beberapa di antaranya adalah:

  1. Demam
  2. Kelelahan (fatigue)
  3. Muntah berdarah, dan
  4. Diare.

Dari delapan sampel yang diperiksa, satu sampel dinyatakan positif virus Marburg. Kejadian Luar Biasa (KLB) di Guinea Ekuatorial yang terjadi diperkirakan telah dimulai sejak 7 Februari 2023.

Virus mematikan ini ini menular kepada manusia melalui kontak langsung dengan orang ataupun hewan yang terinfeksi, atau melalui benda yang terkontaminasi oleh virus Marburg.

Gejala Penyakit Virus Marburg

Virus Marburg menular lewat cairan tubuh langsung dari kelelawar atau primate. Kelelawar host alami virus Marburg yaitu rousettus aegyptiacus bukan merupakan spesies asli Indonesia dan belum ditemukan di Indonesia, tapi Indonesia masuk jalur mobilisasi kelelawar ini.

Gejalanya mirip dengan penyakit lain seperti malaria, tifus, dan demam berdarah yang banyak ditemukan di Indonesia. Hal ini menyebabkan penyakit virus Marburg susah diidentifikasi.

Gejala tersebut berupa demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, mual muntah, diare, dan perdarahan. Penyakit ini juga dapat menyebabkan perdarahan pada hidung, gusi, vagina atau melalui muntah dan feses yang muncul pada hari kelima sampai hari ketujuh.

Penyakit Virus Marburg Belum Ditemukan di Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengonfirmasi bahwa hingga saat ini virus Marburg belum terdeteksi di Tanah Air.

"Sampai saat ini belum dilaporkan kasus atau suspek penyakit Marburg di Indonesia namun pemerintah tetap meminta masyarakat untuk waspada," mengutip keterangan pers Kemenkes, Rabu (29/3/2023).

Indonesia melakukan penilaian risiko cepat (rapid risk assessment) penyakit virus Marburg pada 20 Februari 2023.

Hasilnya didapatkan bahwa kemungkinan adanya importasi kasus virus Marburg di Indonesia adalah rendah.

Vaksin untuk Melawan Virus Marburg Belum Ditemukan

Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Mohammad Syahril mengingatkan pemerintah dan masyarakat jangan sampai lengah terhadap virus tersebut.

"Kita perlu tetap melakukan kewaspadaan dini dan antisipasi terhadap penyakit virus Marburg," ujarnya mengutip keterangan yang sama.

Belum ada vaksin yang tersedia di dunia untuk melawan virus Marburg, vaksin masih dalam pengembangan.

Saat ini ada 2 vaksin yang memasuki uji klinis fase 1 yakni vaksin strain Sabin dan vaksin Janssen.

"Belum ada obat khusus, pengobatan bersifat simtomatik dan suportif, yaitu mengobati komplikasi dan menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit," kata Syahril.

Infografis Cuci Tangan Pakai Sabun Bunuh Virus Penyebab Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Cuci Tangan Pakai Sabun Bunuh Virus Penyebab Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya