5 Hal yang Penting Diketahui Usai COVID-19 Tak Lagi Berstatus Kedaruratan Kesehatan Global

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama, mengungkapkan beberapa hal usai COVID-19 tak berstatus Kedaruratan Kesehatan Global.

oleh Aditya Eka PrawiraBenedikta Desideria diperbarui 16 Jan 2024, 10:47 WIB
Diterbitkan 06 Mei 2023, 08:29 WIB
Ilustrasi COVID-19
Ilustrasi COVID-19. Foto: (Ade Nasihudin/Liputan6.com).

Liputan6.com, Jakarta Direktur Jenderal World Health Organization (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan COVID-19 tak lagi berstatus sebagai kedaruratan kesehatan global pada Jumat, 5 Mei 2023.

Pencabutan dilakukan berdasarkan rekomendasi COVID-19 Emergency Committee.

"Komite tersebut merekomendasikan pada saya untuk mengakhiri status kedaruratan global kesehatan (dari COVID-19). Saya menerima rekomendasi itu," kata Tedros.

"Dengan harapan besar, saya nyatakan COVID-19 berakhir sebagai darurat kesehatan global," kata Tedros dari Jenewa pada Jumat, 5 Mei 2023 dalam akun Twitter pribadi Tedros.

Terkait pernyataan WHO, ada beberapa hal yang penting untuk diketahui masyarakat mulai dari virus penyebab COVID-19 masih ada hingga kewaspadaan dengan menjaga kesehatan seperti disampaikan Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama. 

  1.  Walau COVID-19 bukan lagi Kedaruratan Kesehatan Global, tapi virusnya masih ada, penyakitnya masih ada, pasien masih akan tetap ada dan bahkan kematian akibat COVID-19 di Indonesia dan dunia masih akan ada. Hanya jumlahnya menjadi sedikit dan situasi kesehatan terkendali.
  2. Ilmu pengetahuan masih harus terus berkembang di bidang COVID-19 ini. Apalagi penyakitnya masih relatif baru, tiga tahun. Bandingkan dengan penyakit lain yang sudah puluhan dan ratusan tahun umurnya. Kita masih harus terus menggali ilmu tentang banyak hal, termasuk long COVID, sampai kapan vaksin perlu diulang, dan lain-lain.
  3. Kita semua tentu tetap harus waspada menghadapi apapun penyakit menular yang ada, termasuk COVID-19. Upaya pengendalian oleh pemerintah tetap harus dijalankan, sebagaimana juga pengendalian penyakit menular lainnya.
  4. Kita tahu pasti bahwa akan ada pandemi lagi di masa datang. Kita hanya tidak tahu kapan akan terjadi dan apa penyakit yang jadi penyebabnya. Jadi, program pencegahan dan persiapan (prevention and preparedness) tetap perlu dijalankan, supaya kalau ada pandemi lagi tidaklah seberat COVID-19.
  5. Untuk kita anggota masyarakat luas, marilah kita terus menjaga pola hidup sehat. Ingatlah bahwa kesehatan adalah aset amat berharga dan perlu kita pelihara baik-baik.

Tetap Ada Gelombang Baru COVID-19

Meski tak lagi menjadi kedaruratan kesehatan global, Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO, Dr Mike Ryan dan Pemimpin Teknis COVID-19 WHO, Dr Maria Van Kerkhove menyatakan virus SARS-CoV-2 terus menyebar, virus terus berevolusi, dan tetap menjadi ancaman kesehatan global.

"Hanya saja di tingkat yang lebih rendah," kata Mike dikutip dari situs CNN Internasional pada Jumat malam.

Maria, mengingatkan, Virus Corona yang menyebabkan COVID-19 tidak akan pergi dalam waktu dekat.

"Meski tidak dalam mode krisis, kita tidak boleh lengah," ujarnya.

"Secara epidemiologis, virus akan ini terus menimbulkan gelombang," Maria menambahkan.

"Yang kami harapkan adalah memiliki alat untuk memastikan bahwa gelombang di masa depan tidak mengakibatkan penyakit yang lebih parah, tidak mengakibatkan gelombang kematian dan kami dapat melakukannya dengan alat yang kami miliki.".

Dia lalu menekankan,"Kami hanya perlu memastikan bahwa kami melacak virus karena itu akan terus berkembang."

Bila Kasus dan Angka Kematian Naik Signifikan Akibat COVID-19

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Liputan6/AFP)

Tedros mengatakan tidak akan ragu untuk mengadakan pertemuan komite darurat lagi dan mengumumkan darurat kesehatan global lagi jika ada peningkatan kasus atau kematian COVID-19 yang signifikan di masa mendatang.

"COVID-19 telah pergi dan terus meninggalkan luka yang dalam di dunia kita. Bekas luka itu harus berfungsi sebagai pengingat permanen akan potensi munculnya virus baru dengan konsekuensi yang menghancurkan," kata Tedros.

Menurut Tedros, salah satu tragedi terbesar COVID-19 adalah tidak harus seperti ini. Sebab, WHO memiliki alat dan teknologi untuk mempersiapkan pandemi dengan lebih baik, mendeteksinya lebih awal, meresponsnya lebih cepat, dan mengomunikasikan dampaknya.

"Tapi secara global, kurangnya koordinasi, kurangnya kesetaraan, dan kurangnya solidaritas membuat alat-alat tersebut tidak digunakan seefektif mungkin," kata Tedros.

"Kita harus berjanji pada diri sendiri dan anak cucu kita bahwa kita tidak akan pernah melakukan kesalahan itu lagi," pungkas Tedros.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya