Liputan6.com, Jakarta Melihat banyaknya isu perselingkuhan dalam pernikahan mungkin akan membawa Anda pada pertanyaan, "Kenapa memilih selingkuh bukannya bercerai?".
Padahal, jika dilihat dari kacamata yang sederhana, cerai saat sudah tidak puas dan bahagia dalam pernikahan bisa dijadikan pilihan. Sayangnya, seringkali kondisi tak semudah yang terpikir.Â
Baca Juga
Sebuah studi yang dilakukan oleh sebuah situs kencan untuk orang yang sudah menikah Ashley Madison pun memberikan jawabannya.
Advertisement
Tim dari Ashley Madison menemukan bahwa 79 persen orang yang selingkuh memang ogah untuk bercerai dengan pasangannya, seperti dikutip dari laman The Sun, Selasa (16/5/2023).
46 persen partisipan dalam studi mengaku mereka terlalu mencintai pasangannya sehingga enggan untuk bercerai dan selingkuh yang jadi pilihan.
Tak berhenti di sana, 19 persen partisipan dalam studi milik Ashley Madison lainnya menyebut mereka tidak ingin mempersulit anak-anak mereka dengan adanya perceraian.
Serta, 58 persen mengaku mereka merasa egois jika memilih cerai, dan 67 persen lagi mengaku merasa bersalah jika memilih cerai.
Merasa Bersalah Jika Memilih Cerai
Para partisipan mengungkapkan bahwa rasa bersalah karena meminta cerai itu ternyata lebih besar daripada rasa bersalah karena selingkuh.
Studi tersebut juga menyimpulkan bahwasanya perselingkuhan menjadi solusi menurut beberapa pasangan yang menghadapi stres selama beberapa tahun terakhir kehidupannya.
Meskipun alasan perselingkuhan itu tampak ekstrem, secara keseluruhan, para partisipan mengaku selingkuh menghilangkan tekanan dari pernikahan yang tidak dapat mereka tinggalkan, dan membuat mereka akhirnya lebih bahagia dengan pernikahan mereka.
Kategori Utama terkait Penyebab Perselingkuhan
Pendapat lainnya diungkapkan dalam studi yang terbit dalam Journal of Sex Research. Penyebab perselingkuhan terbagi menjadi tiga kategori utama. Pertama masalah pribadi, kepercayaan, atau karakteristik.
Kedua, masalah dengan pasangan atau hubungan secara keseluruhan. Ketiga, faktor situasional seperti adanya akses yang mudah untuk melakukannya.
"Tapi salah satu alasan paling umum perselingkuhan adalah karena pasangan dianggap tidak dapat memuaskan," kata profesor psikologi, Ashley E Thompson mengutip laman Prevention.
Tidak memuaskan tersebut dalam artinya Anda dan pasangan berada dalam relasi yang semakin jauh, tidak sering memiliki sesuatu untuk dibicarakan, bahkan tidak ingat lagi kapan terakhir berhubungan seksual.
"Dalam kondisi itu, Anda atau pasangan mungkin akan mencari koneksi di luar hubungan daripada mencoba menyelesaikan masalah di rumah," ujarnya.
Advertisement
Selingkuh Bisa Terjadi Saat Ada Kesempatan
Selain itu, menurut psikiater dan sekaligus penulis Infidelity: Why Men and Women Cheat, Dr Kenneth Paul Rosenberg, selingkuh juga tak jauh dari adanya kesempatan.
"Ada banyak alasan mengapa orang berselingkuh. Cukup banyak orang yang selingkuh karena memang mereka bisa," kata Rosenberg.
Bertentangan dengan cerita yang sering Anda dengar tentang ketidakpuasan pada pasangan, menurut Rosenberg, pasangan yang berselingkuh mungkin relatif bahagia dengan hubungan utamanya.
Tetapi pasangannya tidak terbuka untuk hubungan yang bersifat non-monogami di saat salah satu pasangan menginginkan itu untuk mendapatkan sensasi baru. Alhasil, orang memilih untuk melakukannya secara diam-diam yakni dengan berselingkuh.
Selain itu, masih ada sederet alasan lain yang menyebabkan perselingkuhan. Hanya saja kesimpulannya, meski selingkuh bukan solusi dari masalah hubungan, selingkuh tetap bukan perkara sederhana mengingat ada banyak faktor yang bisa berkontribusi dibaliknya.
Batasan Selingkuh Bisa Berbeda untuk Tiap Orang
Lebih lanjut Rosenberg mengungkapkan bahwa sebenarnya hal lain yang membuat perselingkuhan jadi rumit lantaran batasannya yang bisa berbeda pada tiap orang.
"Lebih rumitnya lagi, terkadang batasan selingkuh bagi setiap orang itu berbeda," ujar Rosenberg.
Selain itu, seseorang yang tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup dinilai tidak dapat mengatasi masalah dengan cara yang sehat. Sehingga, seringkali orang-orang tersebut memilih mengakhiri hubungan dengan konflik.
Salah satunya dengan perselingkuhan, mencari orang lain yang bisa memenuhi egonya yang sebelumnya sudah goyah.
"Mereka mungkin mencari orang lain untuk meningkatkan ego mereka yang goyah atau membangun rasa kendali atas hidup mereka, walaupun mereka tahu cara itu sebenarnya merusak diri mereka sendiri," ujar terapis keluarga dan pernikahan, Gilza Fort Martinez.
Advertisement