Liputan6.com, Jakarta Setiap tahunnya, bulan Juni selalu diperingati sebagai Myasthenia Gravis Awareness Month. Bagi beberapa orang, Myasthenia Gravis atau yang kerap disingkat MG mungkin masih sangat asing.
Mengutip keterangan pada laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, Kamis (1/6/2023), myasthenia gravis di Indonesia memang belum tercatat dengan jelas berapa jumlah pasiennya. Namun, myasthenia gravis diperkirakan memengaruhi 30 per 1 juta orang per tahunnya secara global.
Baca Juga
Lantas, apa itu myasthenia gravis?
Advertisement
Myasthenia gravis merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan kelemahan muskular akibat gangguan transmisi neuromuskular. Secara sederhana, myasthenia gravis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel normal seseorang.
Alhasil, otot menjadi mudah lelah dan melemah setelah melakukan aktivitas fisik, terutama pada otot lurik (otot rangka).
Penyebab Myasthenia Gravis
Hingga kini belum diketahui secara pasti apa sebenarnya yang menyebabkan terjadinya gangguan autoimun pada pasien myasthenia gravis. Namun, diduga faktor penyebabnya berkaitan dengan kelainan pada kelenjar timus.
Kelenjar timus adalah suatu kelenjar pada bagian dada yang punya tugas menghasilkan antibodi. Kelainan pada kelenjar timus itulah yang disebut-sebut meningkatkan risiko munculnya penyakit autoimun yang berkaitan dengan otot manusia ini.
Sebagian pasien myasthenia gravis juga mengalami pembesaran pada kelenjar timus akibat tumor atau pembengkakan kelenjar.
Gejala Awal yang Dirasakan Pasien Myasthenia Gravis
Seperti diketahui, myasthenia gravis akan menimbulkan gejala berupa melemahnya otot usai beraktivitas yang mana akan hilang usai beristirahat. Namun seiring berjalannya waktu, otot yang digunakan bisa makin melemah dan tidak lagi membaik meski pasien sudah beristirahat.
Myasthenia gravis akan mulai menimbulkan gejala dari sisi atas tubuh, baru kemudian menyerang bagian bawah. Pada separuh pasien MG, gejalanya turut melibatkan gangguan pada mata.
Gangguan pada mata meliputi penglihatan ganda dan kelopak mata yang mengendur atau tampak turun, seperti dikutip dari laman Klikdokter.
Gejala lain pun bisa meliputi bagian wajah dan tenggorokan. Serta, memengaruhi bagian otot leher dan tungkai.
Misalnya, pasien mengalami perubahan nada bicara menjadi lembut atau sengau, sulit menelan, mudah tersedak, ekspresi wajah yang jadi terbatas, melemahnya otot di leher, lengan, dan kaki.
Advertisement
Apa yang Perlu Dilakukan Pasien Myasthenia Gravis?
Pasien myasthenia gravis dianjurkan untuk menjalani beberapa hal agar tetap bisa menjalani kehidupan sehari-hari. Salah satunya dengan lebih dulu mengenali tubuh.
Biasanya, setiap pasien myasthenia gravis punya ambang batas kelelahan, gejala, dan penanganannya masing-masing. Sehingga, dengan mengenali tubuh, pasien MG bisa lebih tahu kapan harus beraktivitas dan beristirahat.
Dalam hal berolahraga, pasien myasthenia gravis masih diizinkan. Hanya saja, olahraga harus dimulai dengan intensitas paling ringan dengan durasi pendek tiap sesinya.
Pasien Myasthenia Gravis Dianjurkan Rutin Kontrol
Selain itu, pasien myasthenia gravis dianjurkan untuk melakukan kontrol rutin seumur hidup. Rangkaian pengobatannya bisa berubah-ubah seiring berjalannya penyakit.
Kontrol rutin sendiri dapat memantau perkembangan penyakit dalam tubuh pasien. Hal penting lainnya adalah pasien myasthenia gravis sebaiknya tak ragu untuk mengunjungi IGD jika memang mengalami sesak napas.
Sebab, sesak napas pada pasien myasthenia gravis bisa berkembang jadi henti napas sehingga pasien membutuhkan alat bantu pernapasan secepat mungkin.Â
Advertisement