Liputan6.com, Jakarta - Video mukbang adalah konten makan di depan kamera yang disebarkan melalui media sosial. Kata ‘mukbang’ sendiri merupakan istilah bahasa Korea yang menggabungkan kata ‘makan’ dan ‘siaran’.
Bukan makan biasa, mukbang biasanya dilakukan dengan porsi makan yang besar. Misalnya, makanan gorengan yang disajikan prasmanan, selusin lobster ukuran penuh, atau ramen seukuran keranjang belanja.
Baca Juga
Video mukbang sering ditonton banyak orang karena disebut mendatangkan rasa puas bagi orang tertentu.
Advertisement
Meski begitu, banyak pakar yang mengungkap kerugian dari terlalu sering menonton video mukbang. Salah satunya, video mukbang dapat berdampak buruk pada pola pikir tentang makanan. Hal ini sangat mungkin terjadi, terutama jika untuk para penonton dengan eating disorder.
Gangguan makan atau eating disorder adalah kondisi perilaku makan yang menyimpang dan dapat membahayakan kesehatan baik fisik maupun mental, seperti melansir Klikdokter. Adapun beberapa jenis gangguan makanan, yakni bulimia, anoreksia, dan binge eating disorder.
Ahli diet asal California, Amerika Serikat (AS), Shelby Joanna Becker mengungkap bahwa terlalu sering menonton video mukbang dapat membuat otak seseorang menormalisasi perilaku makan dalam video itu.
“Normalisasi perilaku ini dapat berdampak pada orang dengan eating disorder, karena dapat dilihat sebagai bentuk konsumsi yang dapat diterima,” katanya kepada Health.
Menimbulkan Rasa Rendah Diri pada Orang dengan Eating Disorder
Becker juga menuturkan, rasa rendah diri dapat timbul pada penonton mukbang dengan eating disorder.
Hal ini dapat terjadi jika sang pembawa acara mukbang memiliki tipe tubuh yang lebih kurus, atau lebih sesuai dengan standar kecantikan dunia.
Selain rasa rendah diri, hal tersebut juga dapat menimbulkan kebingungan, rasa bersalah, dan rasa malu. Terutama, bagi mereka yang cenderung mudah mengalami kenaikan berat badan setelah makan banyak.
Padahal, menurut Becker, video mukbang tidak menunjukkan kenyataan pengalaman buruk dengan sistem pencernaan setelah makan dengan porsi besar.
"Video-video ini mendorong konsumsi berlebihan dengan tidak menunjukkan konsekuensi potensial seperti sakit perut, mual, peningkatan makan emosional, dan lain-lain," jelas wanita tamatan California State University, AS itu.
Advertisement
Mukbang Juga Dapat Berdampak Buruk bagi Orang Tanpa Gangguan Makan
Tak hanya untuk mereka yang memiliki gangguan makan, video mukbang juga dapat berdampak buruk bagi orang tanpa gangguan makan.
Menurut seorang ahli diet asal Virginia AS, Caroline Thomason, terlalu sering menonton konten mukbang juga dapat mengubah pemikiran seseorang tentang porsi makan yang realistis.
"Banyak orang tidak tahu bahwa binge eating (makan dengan porsi banyak) adalah salah satu gangguan makan. Perilaku dalam banyak video mukbang ini sangat mirip dengan gangguan makan itu,” tuturnya.
Alhasil, tanpa disadari, para penonton juga bisa mengembangkan gangguan makan.
Banyak Pembuat Konten Kemungkinan Besar Memuntahkan Makanan
Menurut Thomason, kemungkinan besar banyak pembuat konten mukbang yang memuntahkan makanan mereka di balik layar.
“Jika para pembuat konten ini tidak transparan mengenai apakah mereka memuntahkan makanan atau tidak, mereka bisa membentuk pandangan yang salah tentang berapa banyak makanan yang bisa dimakan seseorang dalam sekali duduk,” tutur wanita lulusan James Madison University, AS tersebut.
Manfaat Positif Konten Video Mukbang
Sebuah studi tahun 2020 yang diunggah di jurnal Culture, Medicine, and Psychiatry menunjukkan manfaat konten video mukbang untuk para penonton.
Menurut penelitian itu, beberapa orang merasa bahwa menonton mukbang membantu mereka mendorong nafsu makan. Tak hanya itu, konten mukbang juga mengurangi rasa kesepian bagi beberapa orang.
Meski begitu, menonton mukbang bukanlah strategi yang direkomendasikan untuk mengatasi gangguan makan, mengutip Thomason.
“Meskipun hal ini dapat menimbulkan perasaan senang pada awalnya, diperlukan perubahan yang lebih dalam lagi untuk benar-benar pulih dari makan berlebihan,” katanya.
“Bekerja dengan ahli diet, terapis, dan dukungan orang sekitar dalam kehidupan nyata adalah cara yang terbukti efektif untuk membantu pulih dari gangguan makan,” pungkas Thomason.
Advertisement