Wamenkes Dante soal Viral Pandemi 2.0 Picu Lockdown: Itu Hoaks

Viral kabar Pandemi 2.0 yang dapat memicu lockdown dipastikan hoaks.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 08 Sep 2023, 18:45 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2023, 18:45 WIB
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono menanggapi viralnya pandemi 2.0 usai menghadiri Koalisi Bersama (Kobar) Lawan Dengue di DPR RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta pada Jumat, 8 September 2023. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dante Saksono Harbuwono menanggapi adanya kabar viral Pandemi 2.0 yang dikatakan dapat memicu lockdown pada tahun 2023 di Indonesia. Bahwa informasi yang beredar tersebut dipastikan tidak benar alias hoaks.

Ditegaskan Wamenkes Dante, tidak ada yang namanya Pandemi 2.0. Apalagi sampai diperkirakan akan terjadi lockdown di Indonesia.

"Enggak ada, enggak ada yang seperti itu. Hoaks itu," ucap Dante dengan santai kepada Health Liputan6.com saat ditemui usai menghadiri peluncuran Koalisi Bersama "KOBAR" Lawan Dengue di DPR RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta pada Jumat, 8 September 2023. 

Bermula dari Cuitan Dokter Tifa

Viralnya Pandemi 2.0 ini bermula dari cuitan Tifauzia Tyassuma atau yang dikenal dengan sapaan dokter Tifa. Melalui platform Twitter X pribadinya, ia menulis soal adanya Pandemi 2.0.

 

Pandemi 2.0 yang dijadwalkan tahun 2025, ternyata dimajukan, bukan di 2024, tetapi di 2023, tulis Dokter Tifa pada Rabu 6 September 2023.

Dalam sebulan dua bulan, akan ada peraturan lockdown, WFH (kerja dari rumah), dan aturan pakai masker.

 

Kaitan dengan Polusi Udara

Dalam cuitan lanjutan, dokter Tifa juga menuliskan soal kaitannya dengan polusi udara. Hal ini alih-alih agar masyarakat tidak protes.

Pertama agar masyarakat tidak protes, maka alasannya adalah polusi udara, tulis Tifa.

Bahkan, Tifa berpendapat bahwa polusi udara yang terjadi saat ini seakan-akan sengaja dibuat.  

Chemtrails (jejak pesawat) terus ditaburkan, DEW (senjata energi) dengan hasil kebakaran hutan dan gedung-gedung, langit dibuat jadi forecast, seakan-akan menghitam karena jelaga batubara atau BBM (bahan bakar minyak,” tulisnya.

Cuitan Dokter Tifa Itu Pendapat Personal

Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi menanggapi cuitan dokter Tifa soal Pandemi 2.0. (Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin)

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi menanggapi cuitan Dokter Tifa soal Pandemi 2.0. Menurutnya, itu bukan pernyataan yang mewakili IDI melainkan pendapat personal.

"Bukan (dari IDI), itu pendapat personal," kata Adib saat ditemui di Jakarta Pusat, Kamis (7/9/2023).

Harus Berdasarkan Evidence Based

Adib mengatakan, masyarakat tak boleh percaya begitu saja pada informasi-informasi yang belum jelas pembuktian ilmiahnya.

"Saya kira dasar di dalam kita menyikapi problema kesehatan itu tentunya yang berdasar pada evidence based (berbasis bukti penelitian)," kata Adib Khumaidi usai membuka acara media briefing Hari Olahraga Nasional (Haornas) 2023.

"Kita tidak melihat satu dasar dalam konteks informasi yang belum ada dasar-dasar ilmiah."

Masyarakat Jangan Langsung Percaya

Adib Khumaidi mengimbau masyarakat untuk mencari informasi dari sumber yang terpercaya.

"Jangan langsung percaya terhadap sesuatu yang belum jelas kebenarannya, termasuk lockdown September 2023 akibat Pandemi 2.0," pesannya.

"Kami ingin mengimbau kepada masyarakat untuk mencari referensi terkait problematika kesehatan dari referensi utama. Artinya, kami dari Ikatan Dokter Indonesia atau himpunan dokter spesialis."

Sementara, informasi dari Dokter Tifa tergolong dalam informasi personal.

"Kalau informasi personal yang belum ada frame ilmiahnya, kami tentunya tidak bisa menjadikan itu sebagai dasar," sambung Adib.

Infografis Bye Bye Status Pandemi Covid-19 dari Indonesia
Infografis Bye Bye Status Pandemi Covid-19 dari Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya