Liputan6.com, Jakarta - Isu perubahan iklim sudah lama menjadi perbincangan dunia. Dalam mencegah terjadinya dampak perubahan iklim, semua pihak perlu mengambil peran, termasuk anak muda.
Terlebih, sebagai negara kepulauan, Indonesia menjadi salah satu negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Sehingga, menurut koalisi Voices for Just Climate Action (VCA) Indonesia, keterlibatan anak muda menjadi sangat penting. Perannya termasuk untuk menyebarluaskan edukasi mengenai mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Baca Juga
Untuk membicarakan isu perubahan iklim, lima anak muda Indonesia telah berangkat ke Lebanon. Lima anak muda perwakilan koalisi VCA Indonesia ini terpilih untuk mengikuti Climate Justice Camp 2023 yang berlangsung pada 28 Agustus hingga 2 September.
Advertisement
Kegiatan ini mempertemukan 450 pemimpin muda dari hampir 100 negara untuk mengembangkan strategi dan tuntutan bagi para pengambil keputusan. Tujuannya, menempatkan keadilan iklim sebagai inti kebijakan, khususnya menjelang konferensi perubahan cuaca internasional COP28.
Kelima anak muda yang terpilih merupakan perwakilan dari setiap koalisi yang tergabung dalam Aliansi VCA Indonesia yakni:
- Ayu Rahayu mewakili Koalisi Pangan BAIK
- Eulis Utami mewakili KOPI (Koalisi Orang Muda untuk Perubahan Iklim)
- Ullya Farah mewakili Koalisi Adaptasi
- Christa Gabriela dan Maria B. Tukan mewakili Koalisi SIPIL.
Dalam kegiatan ini, peserta diberikan peningkatan kapasitas yang dikemas dalam lokakarya interaktif mengenai topik-topik berikut:
- Loss and damage
- Polusi plastik
- Deforestasi
- Penghapusan bahan bakar fosil
- Mendapatkan cerita inspiratif mengenai perjuangan aktivisme anak muda dari negara lain
- Adaptasi iklim.
Bagikan Cerita Soal Aksi Iklim di NTT dalam Forum di Lebanon
Membawa semangat aksi iklim yang berkeadilan untuk disuarakan di Lebanon, lima anak muda ini berkesempatan menyelenggarakan sesi workshop. Pertemuan ini membahas praktik baik mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim yang sudah dilakukan di Nusa Tenggara Timur (NTT).
NTT merupakan salah satu provinsi yang dikelilingi wilayah pesisir dan paling terdampak dari perubahan iklim. Salah satu contohnya adalah badai tropis seroja yang menerjang sejumlah wilayah NTT pada 2021.
Namun, dengan kekayaan kearifan lokal yang ada di NTT, banyak praktik baik mengenai adaptasi dan mitigasi yang sudah dilakukan seperti:
- Ketahanan pangan melalui budidaya sorgum dan pangan lokal lainnya oleh masyarakat adat
- Ritual adat jaga hutan untuk keberlangsungan sumber air
- Penanaman mangrove oleh masyarakat pesisir
- Kampanye aksi iklim yang digerakkan oleh sejumlah anak muda di NTT.
Advertisement
Kesan-Kesan Perwakilan NTT
Salah satu perwakilan aliansi VCA Indonesia dari Nusa Tenggara Timur, Maria B. Tukan menyampaikan rasa bahagia dan bangganya bisa mengamplifikasi suara masyarakat lokal di tingkat global.
“Sesi berbagi mengenai praktik baik di NTT tersebut mendapat respons positif khususnya dari peserta Asia-Pasifik yang mayoritas memiliki isu yang sama sebagai wilayah kepulauan. Sebagai anak muda NTT saya senang dan bangga bisa berbagi solusi iklim berbasis lokal untuk menjadi inspirasi di tingkat global,” kata Maria mengutip keterangan pers, Senin (25/9/2023).
“Selain itu kami juga berkesempatan mendengar cerita adaptasi dan mitigasi dari berbagai negara yang juga tentu menjadi pembelajaran penting bagi kami,” tambahnya.
Krisis Iklim Jadi Masalah Bersama
Kegiatan yang berlangsung selama enam hari ini selain menjadi wadah pembekalan, juga menjadi ajang berjejaring dan membangun solidaritas secara internasional.
Semangat solidaritas ini dituangkan bersama dalam sebuah karya seni. Karya ini berupa patung tangan raksasa yang dihiasi berbagai kain dengan cerita aktivisme. Dan pesan kampanye yang dibawa peserta dari berbagai negara.
Christa Gabriela yang juga salah satu perwakilan anak muda dari Nusa Tenggara Timur menuturkan semangat dan solidaritas dalam menuntut keadilan iklim sangat terasa dalam kegiatan Climate Justice Camp tahun ini.
“Saya merasakan kekuatan kolaborasi dan gerakan anak muda yang luar biasa di acara ini. Kita sadari solidaritas yang kuat memang sangat dibutuhkan saat ini, karena terlepas budaya, negara, dan bahasa, kita semua menghadapi isu yang sama, yaitu krisis iklim,” kata staf advokasi di koalisi SIPIL itu.
“Hal ini tentu sangat memotivasi saya untuk terus mengkampanyekan keadilan iklim di tingkat lokal. Semoga suara kami dari Timur Indonesia bisa semakin didengar, diingat, dan dapat dipertimbangkan dalam menyusun kebijakan yang Adil untuk Bumi,” tutup Christa.
Advertisement