Liputan6.com, Jakarta Kelainan penis parafimosis yang diabaikan dan tidak mendapat tindakan segera ternyata dapat membuat Mr P 'mutilasi' sendiri. Parafimosis terjadi karena kulit atau kulup penis terjerat ke arah bagian belakang, yakni leher kepala penis.Â
Dokter spesialis bedah urologi RSUD Dr Soegiri Lamongan Budi Himawan menjelaskan, jika kelainan penis parafimosis dibiarkan lama, maka terjadi penyempitan, lalu bengkak. Kemudian dapat menyebabkan nekrosis berupa kerusakan jaringan penis.
Baca Juga
"Kalau dibiarkan akan terjadi nekrosis. Tentunya ya karena penyempitan tadi. Kalau sudah bengkak luar biasa dan itu sampai terjadi ulkus atau luka ada beberapa kasus," jelas Budi saat 'Media Briefing: Mengenal Parafimosis/Fenomena Sunat Jin,' ditulis Jumat (29/9/2023).
Advertisement
"Ya ada yang 'mutilasi' juga. Maksudnya itu kepala penis yang terjerat terlalu lama, nanti akan terjadi nekrosis, timbul warna hitam pada kulit penis. Lama-lama, dia akan otomatis lepas sendiri."
Belum Ada 'Mutilasi' Parafimosis di Indonesia
Hingga saat ini di Indonesia, menurut Budi, belum ada kasus parafimosis yang sampai terjadi auto mutilasi pada penis.
"Sampai detik ini, dari kasus yang kita, tangani belum ada yang sampai mutilasi. Saya sendiri belum pernah menangani kasus itu," lanjutnya.
"Tapi ada yang sampai kejadian 'mutilasi' penis itu di negara-negara seperti Afrika atau negara-negara yang belum berkembang."
Dua Kasus Parafimosis Sebulan Terakhir
Budi Himawan sendiri beberapa kali menangani kasus parafimosis di Lamongan, Jawa Timur. Menurutnya, sekitar 0,2 persen dari populasi usia antara 4 bulan sampai dengan 12 tahun mengalami parafimosis.
Namun, berdasarkan epidemiologi, data jumlah kasus parafimosis di Indonesia diakui Budi memang belum ada.
"Tapi kalau dari pengalaman saya sebagai urolog, dalam satu bulan terakhir ini, ada sekitar 2 kasus. Jadi kalau kita bisa rata-ratakan, hampir tiap bulan itu ada kejadian parafimosis, utamanya di daerah-daerah pedalaman, di daerah terpencil," beber Budi.
"Dan mungkin daerah-daerah di mana, sunat itu bukan suatu kewajiban."
Advertisement
Perlu Tindakan Sirkumsisi
Lebih lanjut, Budi Himawan menuturkan, tatkala dirinya menjadi dokter residen di Bali, ada beberapa kasus kejadian parafimosis, yang memerlukan tindakan sirkumsisi (sunat) segera.
"Karena memang di Bali kan sebagain besar Hindu dan banyak yang tidak sirkumsisi," tuturnya.
"Kalau di wilayah Lamongan biasanya memang sangat jarang. Tapi beberapa bulan terakhir ini kok kasus kejadian ada saja gitu. Ini sangat penting dilakukan supaya masyarakat bisa teredukasi dengan baik."
Dianggap sebagai Sunat Jin
Ada pula mitos yang berkembang di masyarakat, parafimosis seringkali dianggap sebagai 'sunat jin.' Penampilan kulup penis yang terjerat ke belakang seolah-olah membuat penis sudah disunat.
"Saya jumpai beberapa kasus, ada keluarga pasien yang anggap anaknya sudah sunat jin. Tapi lama-lama penisnya bengkak. Meskipun bengkak, masih bisa kita atasi kerusakan pada penis," imbuh Budi.
"Seandainya telat sedikit saja, mungkin terlambat -- makin parah."
Tips Hindari Parafimosis bagi yang Belum Sunat
Budi Himawan memberikan tips menghindari parafimosis bagi laki-laki yang belum sunat. Tipsnya antara lain:
- Bersihkan penis secara teratur dengan sabun dan air mengalir.
- Menghindari zat-zat yang menyebabkan iritasi serta pemakaian baju yang terlalu ketat.
- Menghindari retraksi yang lama pada kulup penis setelah berhubungan suami istri, setelah pembersihan yang dapat menyebabkan nyeri dan bengkak pada penis.
- Setelah prosedur medis dan pemeriksaan medis pada kulup penis, sesegera mungkin untuk mengembalikan ke posisi semula.
Advertisement