Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Memaksakan Hubungan Intim Bisa Bikin Kualitas Sperma Anjlok

Pakar obstetri dan ginekologi mengatakan, berhubungan intim yang dipaksakan akan memengaruhi kualitas sperma sehingga tak disarankan bagi pasangan suami istri.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Okt 2023, 20:00 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2023, 20:00 WIB
Ilustrasi hubungan seks
Sebuah studi mengungkap, kualitas sperma pria bisa sangat berbeda ketika berhubungan intim dalam kondisi rileks. (dok. unsplash.com/Asnida Riani)

Liputan6.com, Jakarta - Segala sesuatu yang dipaksakan akan berdampak kurang baik, termasuk dalam hal berhubungan intim suami istri. Pakar Obstetri dan Ginekologi Dr Beeleonie, BMedSc, SpOG, KFER mengatakan, berhubungan intim yang dipaksakan akan memengaruhi kualitas sperma sehingga tak disarankan bagi pasangan suami istri.

"Frekuensi berhubungan yang disarankan itu setiap dua hingga tiga hari sekali. Berhubungan itu jangan dipaksa, misalkan banyak wanita ini waktu subur harus berhubungan padahal demikian bisa pengaruhi kualitas sperma," ujar Beeleoni, Sabtu, dilansir Antara.

Merujuk pada sebuah studi, Beeleoni menyampaikan, kualitas sperma pria bisa sangat berbeda bila dia diminta mengeluarkannya dalam kondisi rileks dan suasana yang menyenangkan ketimbang dalam situasi lain.

"Ternyata, kualitas spermanya dari pria yang sama itu anjlok berbeda. Jadi sebenarnya tidak baik memaksa berhubungan di waktu yang kita pikir adalah masa subur," tutur Beeleoni.

Posisi Hubungan Intim

Posisi berhubungan intim pun, kata Beeleoni, tidak menentukan peluang pembuahan, melainkan hanya sensasi yang ingin dicapai pasangan suami-istri.

Menurutnya, asalkan sperma dalam kualitas baik mampu mencapai sel telur, maka ada kemungkinan terjadi kehamilan.

"Enggak perlu miring kiri miring kanan, nunggung depan belakang, itu sama sekali enggak berpengaruh," kata dokter spesialis lulusan Universitas Indonesia ini.

 

Manfaat Merencanakan Kehamilan

Kementerian Kesehatan mengingatkan pasangan suami istri mengenai pentingnya perencanaan dalam kehamilan. Salah satunya agar perempuan dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman sehingga ibu sehat dan melahirkan bayi sehat yang dapat bertumbuh dan berkembang menjadi anak berkualitas.

Perencanaan kehamilan juga bermanfaat mendeteksi risiko atau masalah kesehatan yang mungkin terjadi pada ibu dan janin sedini mungkin.

Menurut Kemenkes, beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum merencanakan kehamilan yakni:

  • kesehatan fisik dan mental dalam kondisi layak untuk hamil seperti usia (20-35 tahun)
  • jarak kehamilan 2 tahun
  • jumlah anak kurang dari 3
  • tanpa penyakit penyerta

 

Kesiapan Mental Jadi Orangtua yang Bertanggung Jawab

Status gizi dan kesiapan mental menjadi orangtua yang bertanggung jawab juga penting diperhatikan. Hal ini agar keluarga terhindar dari tindak kekerasan dalam rumah tangga ketika memiliki anak.

Pasangan juga harus mudah mencapai dan mendapat fasilitas pelayanan kesehatan yang berkualitas, kesiapan keuangan (terpenuhinya kebutuhan dasar, memiliki jaminan kesehatan, dan kebutuhan transportasi ke fasilitas pelayanan kesehatan) serta dukungan suami, keluarga, dan lingkungan masyarakat

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya