Liputan6.com, Jakarta - Kelelahan atau burnout di tempat kerja dapat menjadi masalah serius. Kondisi ini berhubungan dengan pekerjaan yang diakibatkan oleh stres kronis di tempat kerja yang belum berhasil dikelola.
Untuk diketahui, burnout bukanlah sekadar "kelelahan" yang biasa kita gunakan dalam percakapan sehari-hari.
Baca Juga
Kelelahan di tempat kerja yang sebenarnya adalah spesifik untuk pekerjaan dan lebih mengkhawatirkan dan merugikan daripada kelelahan harian yang dialami setiap orang dan sebagian besar dari kita.
Advertisement
Ada tiga dimensi burnout di tempat kerja, dikutip dari American Psychological Association (APA) pada 12 Oktober 2023, yakni:
- Perasaan kehabisan energi atau kelelahan emosional
- Perasaan negatif atau sinis terhadap pekerjaannya
- Berkurangnya rasa keberhasilan di tempat kerja
Beban Kerja Berlebihan
Profesor psikologi di University of Central Florida dan associate editor of the Journal of Occupational Health Psychology, Mindy Shoss PhD, mengatakan, ada potensi penyebab kelelahan di tempat kerja.
Misalnya, beban kerja yang berlebihan, rendahnya dukungan, tidak memiliki kontrol atas masalah-masalah di tempat kerja, kurangnya pengakuan atau imbalan atas usaha seseorang, dan lingkungan kerja yang beracun dan tidak adil secara interpersonal.
"Ditambah lagi dengan ketidakpastian yang terus menerus mengenai kemungkinan resesi, maka tidak mengherankan jika kelelahan meningkat di banyak tempat kerja," kata Mindy Shoss.
Siapa saja bisa mengalami burnout atau kelelahan bekerja, yang mana kondisi ini lebih banyak terjadi pada orang yang sering memaksa diri untuk terus bekerja.
Mengapa Burnout di Tempat Kerja Itu Masalah Serius?
Studi menunjukkan adanya hubungan antara burnout di tempat kerja dengan sejumlah konsekuensi negatif secara organisasi, psikologis, dan bahkan fisik.
Burnout dalam pekerjaan tidak hanya berpengaruh pada hasil kerja, tapi juga dapat meregangkan hubungan dengan orang-orang di sekitar Anda dan menurunkan kesehatan.
Organisasi
- Ketidakhadiran
- Ketidakpuasan kerja
- Mangkir
Psikologis
- Depresi
- Insomnia
- Tekanan psikologis
Fisik
- Penyakit jantung
- Sakit kepala
- Nyeri muskuloskeletal
Advertisement
Gejala Burnout
Secara lengkap, gejala seseorang yang mengalami burnout di tempat kerja, menurut informasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, sebagai berikut:
- Kelelahan dan menghindari pekerjaan, seseorang akan merasa lelah dan merasa stres dengan pekerjaannya sehingga cenderung akan menghindari kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaanya dan juga merasa lelah secara emosional dan tidak bersemangat dalam pekerjaannya.
- Seseorang dengan burnout dapat juga mengalami kelelahan secara fisik seperti sakit perut dan sakit kepala.
- Performa kerja yang menurun seseorang yang mengalami burnout memengaruhi kinerjanya karena sulit dalam berkonsentrasi.
- Mudah marah, seseorang cenderung mudah untuk marah jika semuanya tidak berjalan sesuai dengan ekspektasi.
- Menarik diri dari lingkungan sosial, stres, dan frustasi akan pekerjaannya membuat penderita bersikap sinis terhadap orang yang bekerja dengan mereka.
- Mudah sakit, burnout yang terjadi berkepanjangan dapat membuat imunitas tubuh menurun sehingga membuat rentan terkena flu, pilek, sakit kepala, dan sakit perut serta gangguan tidur, kecemasan dan depresi meningkat.
Apa yang Dapat Anda Lakukan?
Salah satu pakar terkemuka dalam bidang burnout di tempat kerja, Christina Maslach PhD, telah menekankan bahwa solusi untuk masalah kelelahan perlu mempertimbangkan tempat kerja, pekerja, dan kecocokan antara tempat kerja dan pekerja.
"Kita perlu membingkai ulang pertanyaan dasar dari siapa yang mengalami burnout menjadi mengapa mereka mengalami burnout. Tidak cukup hanya berfokus pada pekerja yang mengalami masalah," kata Christina.
"Itulah mengapa hubungan antara pekerja dan pekerjaan sangat penting. Apakah ada kecocokan yang baik antara pekerja dan lingkungan tempat kerja, yang memungkinkan pekerja untuk berkembang dan bekerja dengan baik?," dia melanjutkan.
Pengusaha atau atasan dapat:
- Secara berkala mengukur, apakah burnout di tempat kerja terjadi di organisasi mereka melalui survei yang cermat dan sistematis.
- Melacak beban kerja, secara teratur menanyakan kepada pekerja tentang bagaimana keadaan mereka, dan mendorong mereka untuk mengambil cuti.
- Mencermati praktik-praktik organisasi mereka untuk memastikan bahwa mereka memberikan kontrol, fleksibilitas, dan sumber daya yang dibutuhkan pekerja untuk mengelola beban kerja dan stres kerja.
Karyawan dapat:
- Memprioritaskan perawatan diri, termasuk merawat kesehatan fisik dan emosional.
- Menetapkan batasan yang tepat, termasuk memberikan izin kepada diri mereka sendiri untuk benar-benar melepaskan diri dari pekerjaan untuk jangka waktu yang wajar.
- Memprioritaskan hubungan sosial. Hubungan yang sehat dengan rekan kerja, teman, dan keluarga dapat membantu meredam stres di tempat kerja.
- Terapkan gaya hidup sehat dengan cara mengonsumsi makanan sehat, rutin berolah raga dan tidur yang cukup.
Advertisement