Liputan6.com, Jakarta - Pengasuhan yang baik adalah hal penting bagi anak. Sayangnya, empat dari 100 anak usia dini di Indonesia masih mendapatkan pengasuhan yang tidak layak dari orangtuanya.
Menurut Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN Nopian Andusti, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Di antaranya pendidikan orangtua, lingkungan, dan budaya.
Baca Juga
“Dalam lingkungan keluarga, anak akan mempelajari dasar-dasar perilaku yang penting bagi kehidupannya di masa depan," kata Nopian, Kamis (9/11/2023).
Advertisement
Dia menambahkan, di Indonesia, empat dari 100 anak usia dini pernah mendapat pengasuhan tidak layak. Persentasenya berkisar 3,73 persen di tahun 2018 dan menurun menjadi 3,64 persen di tahun 2020, berdasarkan Profil Anak Usia Dini tahun 2021.
Sedangkan, dalam Indeks Perlindungan Anak, Indonesia memiliki target 2024 sebesar 3,47 persen.
Pengasuhan yang tak layak dapat berdampak buruk bagi anak termasuk dari sisi kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang bisa timbul pada anak yakni stunting.
Dokter spesialis anak Fitri Hartanto memaparkan tentang pentingnya intervensi keluarga dalam pencegahan stunting.
"Sebetulnya terjadinya stunting berawal dari Weight Faltering yang menyebabkan anak gagal tumbuh, gagal perkembangan otak. Pada tahap inilah harus dilakukan intervensi dini di layanan kesehatan primer," kata dokter di Rumah Sakit dr. Karyadi, Semarang dalam kesempatan tersebut.
Fokus pada Pencegahan Ketimbang Mengobati
Lebih lanjut Fitri mengatakan, semua pihak harus fokus pada pencegahan ketimbang pengobatan stunting.
"Kita harus fokus pada pencegahan daripada mengobati. Lantas bagaimana cara mencegah angka stunting baru? Dengan upaya preventif primer, artinya ketika masih belum terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Melalui aspek promotif dan preventif, maka akan menghasilkan hasil yang optimal," ujar Fitri.
Selanjutnya dia mengatakan, kebutuhan anak akan asah, asih, dan asuh, tentu harus dipenuhi oleh orangtuanya.
Advertisement
Ungkapkan Rasa Sayang pada Anak dengan Cara yang Benar
Fitri menyampaikan, kadang dipahami bahwa rasa sayang diungkapkan dengan menuruti semua keinginan anak sehingga mengakibatkan anak gagal belajar.
Misalnya, anak tak suka makan ikan, kemudian orangtua malah sengaja tak pernah menyajikan ikan karena tahu anaknya tak suka. Padahal, ikan memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk anak.
"Stimulasi harus dioptimalkan di usia golden period anak, begitu diajarkan yang salah anak akan menganggap hal itu benar. Kalau sudah tertanam di diri anak, maka akan sulit diubah. Salah satunya picky eater atau anak hanya makan apa yang disukainya saja.”
“Misalkan anak tidak suka makan ikan maka orangtua sengaja tidak pernah memberi ikan. Padahal protein sangat penting untuk cegah stunting. Nah, yang harus membiasakan dan memberikan makanan gizi seimbang adalah lingkungan yang paling dekat yaitu orangtuanya," ujar Fitri.
Perhatikan Sanitasi
Dalam kesempatan yang sama, dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Institut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan pentingnya sanitasi dan kebersihan dalam mencegah stunting.
"Ada hasil penelitian dari Bangladesh yang mencengangkan. Di sana sudah ditekankan aspek pengetahuan edukasi pada orangtua dan pola pengasuhan. Namun, angka stunting negara itu justru tetap meningkat, ternyata mereka lupa akan aspek sanitasi sehingga tingkat kesakitan pada anak tinggi," kata Yulina.
Yulina menambahkan, ketika ditelaah, praktik pengasuhan yang dapat diterapkan yaitu pengasuhan yang penuh kehangatan, mengurangi hukuman, dan mengurangi tekanan. Orangtua juga perlu sehat secara fisik dan mental.
Advertisement