Liputan6.com, Jakarta Rasa sedih dan pilu diungkapkan Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Sarbini Abdul Murad lantaran adanya serangan Israel secara brutal ke RS Indonesia di Gaza, Palestina. Menurutnya, hal itu jelas melukai hati rakyat Indonesia.
Seperti diketahui, pembangunan RS Indonesia yang berlokasi di Gaza utara dari hasil sumbangan dan donasi rakyat Indonesia. Kehadiran rumah sakit pun sebagai bentuk bahwa Indonesia mendukung perjuangan Palestina.
Baca Juga
"Pada hari ini, Rumah Sakit Indonesia diobrak-abrik, dirusak oleh Israel dan ini sangat melukai hati rakyat Indonesia sebagai donatur abadi, sebagai pendukung abadi terhadap perjuangan rakyat Palestina," ucap Murad saat konferensi pers di Kantor Pusat MER-C Jakarta, Senin (20/11/2023) sore.
Advertisement
Resolusi Gencatan Senjata
Oleh karena itu, MER-C meminta khususnya kepada Dewan Keamanan Dunia (Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB) supaya Israel melakukan gencatan senjata.
"Gencatan senjata itu berupa pilihan yang sangat tepat untuk menekan dan menghilangkan terjadinya korban-korban sipil yang pada hari ini kita sama-sama melihat begitu mengenaskan," tegas Murad.
"Kami juga minta kepada Bapak Presiden (Joko Widodo/Jokowi) sebagai pemimpin bangsa ini untuk tidak segan-segan dan tidak ragu-ragu untuk sekali lagi meminta kepada Presiden Amerika Serikat (AS) supaya Israel melakukan gencatan senjata."
Selamatkan Warga Gaza
Sarbini Abdul Murad melanjutkan, gencatan senjata dapat menyelamatkan warga Gaza, Palestina dari serangan Israel.
"Karena gencatan senjata ini yang akan menyelamatkan warga Gaza dari keganasan Israel," katanya.
Ia juga meminta kepada International Committee of the Red Cross (ICRC) untuk mengirimkan obat-obatan dan pasokan medis ke RS Indonesia.
"Kami juga minta kepada ICRC supaya obat-obatan dan pasokan medis lainnya bisa dikirimkan ke RS Indonesia secara cepat dan akurat sehingga masyarakat, warga Gaza yang berdiam di rumah sakit bisa mendapatkan bantuan sesegera mungkin," pungkas Murad.
"Ya walaupun kita ketahui bersama, bahwa untuk mencapai ke utara Gaza ini sesuatu yang sulit, tetapi bukan berarti kita meragukan itu."
Advertisement
Cerita Pembangunan RS Indonesia di Gaza
Rumah Sakit Indonesia di Gaza memiliki sejarah pembangunan yang penuh keajaiban. Hal ini disampaikan mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari dalam sebuah keterangan video.
Siti Fadilah berkisah tatkala ia masih menjabat sebagai Menteri Kesehatan RI yakni periode 2004-2009. Ia menjalin persahabatan dengan menteri-menteri kesehatan di negara lain termasuk Palestina.
“Waktu itu, Palestina sedang dikuasai Hamas, jadi Palestina itu kadang dikuasai grup Hamas, kadang dikuasai grup Fatah. Nah, Menteri Kesehatan Palestina berbisik kepada saya, ‘Bu kalau saya kasih tanah di Gaza, bisa enggak Anda bikin rumah sakit?’,” kenang Siti Fadilah dalam video yang diunggah akun TikTok @abidzarghifari.2020, dikutip Rabu (15/11/2023).
Saat mendapat tawaran tersebut, Siti Fadilah belum mendapat bayangan terkait siapa yang akan dapat membangunnya.
“Saya enggak kebayang siapa yang mau membuat rumah sakit di sana. Ah pokoknya saya iyain dulu nanti saya cari yang bisa bikin rumah sakit di Gaza,” jelasnya.
Tanah di Gaza untuk Bangun RS
Pulang dari pertemuan dengan Menkes Palestina, Siti Fadilah pun menghubungi dokter yang sudah ia kenal sejak lama. Dokter itu adalah pendiri Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), Dr. Joserizal Jurnalis, SpOT.
“Begitu pulang dari sana saya memanggil yang namanya Joserizal. Joserizal memang kebetulan sudah dekat dengan saya sejak tsunami (2004). Saya cerita dengan Jose, dikasih tanah di Gaza untuk bangun rumah sakit,” ucap Siti.
Uang Sumbangan dari Pengajian
Cerita Siti Fadilah Supari sontak disambut antusias oleh Joserizal. Dia sangat bersyukur karena membangun rumah sakit di tanah Gaza adalah impiannya.
Singkat cerita, upaya pencarian dana pun dilakukan. Dana berasal dari sumbangan masyarakat Islam, dari pengajian ke pengajian.
“Kita kumpulin uang sedikit demi sedikit, ada juga donatur-donatur yang besar. Uang terkumpul kemudian kita rencanakan pembuatan itu," tutur mantan Menkes Siti Fadilah.
Untuk membuat gambar atau desain rumah sakit, Siti Fadilah mempercayakannya kepada Presidium MER-C, Faried Thalib.
“Yang merencanakan, yang membuat gambar, Pak Faried Thalib namanya. Sampai sekarang dialah yang ngurus rumah sakit itu," sambung Siti Fadilah.
Dibangun Bukan dengan Tukang Batu Biasa
Untuk pembangunan RS Indonesia pun memerlukan tukang batu. Yang terkumpul adalah mereka yang bukan tukang batu sehingga menjalani pelatihan terlebih dahulu sebagai tukang batu kemudian diterjunkan ke lapangan.
Dengan begitu, Rumah Sakit Indonesia di Gaza tidak dibangun oleh tukang batu biasa tapi oleh orang-orang yang ikhlas dan ingin beribadah kepada Allah.
“Alhamdulillah rumah sakit itu sudah jadi dua tingkat dan ketika hendak dijadikan tiga tingkat, terjadilah perang Israel dengan Hamas ini,” jelas Siti Fadilah.
“Ini suatu keajaiban Tuhan, antara yang menerima tanah, yang berkehendak pengen bikin rumah sakit, dan tenaga kerjanya itu masing-masing tidak ada hubungan tadinya. Jadi yang menghubungkan adalah Tuhan, kalau Tuhan berkehendak, apapun bisa terjadi."
Advertisement