Ramai Anak Artis Terseret Kasus Bullying, Psikolog: Pengaruh Peer Group Begitu Besar

Mengapa seorang anak jadi pelaku bullying? Psikolog ungkap bahwa perkembangan anak terutama remaja bukan hanya hasil dari parenting atau pengasuhan semata tapi juga peer group dan media sosial.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 22 Feb 2024, 06:09 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2024, 13:00 WIB
Ilustrasi kenakalan remaja, bullying
Ilustrasi nama anak artis Vincent Rompies terseret kasus bullying. Mengapa seorang anak jadi tukang bully? (Image by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Bullying yang terjadi di sekolah internasional di Serpong, Tangerang Selatan menyeret nama presenter Vincent Trompies.  Diduga salah satu anaknya terlibat dalam perundungan yang sampai menyebabkan korban mengalami luka fisik berupa memar dan luka bakar.

Selain Vincent Rompies, eks presenter Arief Suditomo juga ikut terseret dalam kasus ini. Lantaran putranya juga masuk dalam geng tersebut yang diduga melakukan aksi kekerasan ke korban.

Berbicara bullying, banyak orangtua yang syok saat mengetahui anak menjadi pelaku perundungan. Terlebih, orangtua sudah berusaha sebaik mungkin memberikan nilai-nilai yang baik kepada anak.

Ternyata perkembangan seorang anak tidak sekadar hasil dari parenting atau pengasuhan orangtua dan keluarga semata.

"Jika anak sudah beranjak remaja, maka pengaruh peer group (kelompok teman sebaya) dan informasi dari media sosial sangatlah besar," kata psikolog klinis Efnie Indrianie dalam pesan teks ke Liputan6.com pada Rabu, 21 Februari 2024.

Khusus pada perilaku bullying yang dilakukan seorang remaja, Efnie mengatakan, bahwa hal tersebut biasanya terjadi karena kebersaamaan dalam sebuah kelompok atau geng.

Terlebih anak masuk dalam geng atau kelompok yang dianggap superior dibandingkan anak lain atau kelompok lain.

"Kebersamaan di dalam kelompok yang merasa lebih superior membuat seorang remaja rentan melakukan tindakan kekerasan," kata Efnie yang juga dosen Fakultas Psikologi Universitas Maranatha Bandung, Jawa Barat.

Antar Anak Pelaku Bullying untuk Dapatkan Terapi Perilaku

Selain mendapatkan konsekuensi hukuman sesuai dengan batasan usia, Efnie menekankan anak pelaku bullying  perlu mendapatkan rehabilitasi mental.

"Anak yang menjadi pelaku bullying perlu mendapatkan pendampingan khusus dan sebaiknya tidak sekedar mendapatkan konsekuensi hukuman, namun perlu diberikan terapi perilaku," kata Efnie.

Terapi perilaku diperlukan lantaran pada perilaku bullying rentan terjadi kerusakan pada otak. 

Maka dari itu, Efnie mengingatkan kepada orangtua yang anaknya melakukan kekerasan atau bullying untuk bisa mendatangi psikolog atau psikiater yang bisa membantu mentalnya.

"Bentuk dukungannya adalah bekerja sama dengan profesional dalam memberikan rehabilitasi pemulihan mental agar kerusakan otak tidak semakin parah," kata Efnie.

Polisi: Pelaku Perundungan Lebih dari Satu Orang

Kepolisian mengungkapkan terdapat luka memar dan luka bakar di sebagian tubuh korban dalam kasus perundungan (bullying) terhadap siswa yang terjadi di sekolah kawasan Serpong, Tangerang Selatan, Provinsi Banten.

"Di sebagian tubuhnya ada banyak luka memar, juga ada luka bakar akibat terkena suatu benda yang panas," kata Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Metro Tangerang Selatan Kota, Ipda Galih Dwi Nuryanto mengutip Antara.

Galih juga menjelaskan, pihaknya sudah melakukan visum terhadap korban dan pelaku diduga lebih dari satu orang.

"Akibat dari perbuatan kekerasan yang dilakukan oleh lebih dari satu pelaku yang saat ini masih kita lakukan proses penyelidikan," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya