Liputan6.com, Jakarta Kanker serviks adalah salah satu kanker yang dapat dicegah dengan vaksinasi. Maka dari itu, menurut dokter kandungan ahli onkologi ginekologi Brahmana Askandar Tjokroprawiro, seharusnya kanker ini tidak terjadi.
Jika pun terjadi, maka perlu segera ditangani tanpa harus menunggu gejala semakin parah. Pasalnya, setiap keterlambatan penanganan akan memengaruhi ketahanan hidup pasien. Ukuran yang diterapkan pada kanker adalah prognosis, angka ketahanan hidup lima tahun.
Baca Juga
“Semua kanker itu selalu demikian untuk menggambarkan tingkat kesembuhan. Contoh, pada kanker serviks stadium satu angka ketahanan hidup lima tahun mencapai 90 persen,” kata Brahmana menjawab pertanyaan Health Liputan6.com dalam Media Briefing Hari Kanker Sedunia bersama Kementerian Kesehatan, Kamis (22/2/2024).
Advertisement
Angka ketahanan hidup 90 persen artinya jika ada 100 orang yang terkena kanker serviks stadium satu, maka lima tahun kemudian 90 orang masih hidup.
“Itu menggambarkan kanker prognosisnya demikian. Otomatis, semakin tinggi stadium, semakin terlambat, prognosis juga semakin turun alias angka ketahanan hidupnya semakin rendah.”
Contoh, kanker serviks stadium satu angka ketahanan hidupnya 90 persen, sementara kanker serviks stadium empat angka ketahanan hidupnya turun jadi 20 persen.
Mengobati Sekarang Tidak Sama dengan Mengobati Nanti
Brahmana menambahkan, pengobatan kanker serviks sekarang atau secepatnya akan berbeda dengan mengobati kanker serviks tiga bulan kemudian.
Pasalnya, sel kanker berkembang dengan cepat. Jika sekarang masih stadium satu, bisa saja enam bulan kemudian sudah stadium tiga.
“Modalitas pengobatannya sudah berbeda, efektivitas pengobatannya berbeda, tingkat kesembuhannya juga berbeda. Artinya lebih cepat terdiagnosis, lebih baik. Karena pengobatan pada stadium lebih dini, hasilnya lebih baik, angka ketahanan hidup juga lebih baik,” papar Brahmana.
Advertisement
Cegah Kanker Serviks
Guna mencegah terjadinya kanker serviks, Brahmana menyarankan masyarakat terutama perempuan untuk melakukan vaksinasi HPV pada usia muda.
“Kemudian lakukan skrining rutin, ada keluhan maupun tak ada keluhan, jangan menunggu keluhan. Karena apa? Lesi pra kanker tidak selalu datang dengan keluhan. Jadi ada atau tidak ada keluhan tetap harus skrining.”
Lesi pra kanker yang dimaksud Brahmana artinya sudah ada perubahan sel tapi belum ada benjolan kankernya.
Gejala Bisa Mirip dengan Miom dan Kista
Lebih lanjut Brahmana menerangkan bahwa gejala kanker serviks bisa mirip dengan miom dan kista.
“Kita selalu mengajarkan kepada calon-calon dokter dan calon-calon spesialis kandungan, setiap kali perempuan dengan pendarahan abnormal lewat vagina dan sudah seks aktif, maka dokternya harus benar-benar memeriksa salah satunya serviks.”
“Artinya melakukan pemeriksaan dalam untuk memeriksa serviksnya, itu sudah prinsip. Setiap kali perempuan ada pendarahan abnormal.”
Pendarahan abnormal sendiri bisa macam-macam. Seperti masa haid yang lebih panjang, haid sebelum waktunya, usai hubungan seks keluar darah.
“Bisa sama enggak dengan keluhan miom? Bisa. Miom bisa menimbulkan pendarahan tapi kan dengan mudah dokternya akan melakukan pemeriksaan serviks, memasukan alat ke dalam vagina kemudian lihat serviksnya. Kalau serviksnya normal berarti bukan kanker serviks.”
“Jadi kalau saya ditanya (gejalanya) ‘bisa mirip enggak?’ Bisa mirip, tapi dengan sangat mudah dokter akan bisa membedakan apakah itu miom atau kanker serviks dengan pemeriksaan yang sederhana,” tutup Brahmana.
Advertisement