Terungkap! Ini Pola Hidup ala Masyarakat Negara dengan Tingkat Obesitas Rendah

10 Negara dengan Tingkat Obesitas Terendah di Dunia, Apa Rahasianya?

oleh Rahil Iliya Gustian diperbarui 24 Feb 2024, 17:00 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2024, 17:00 WIB
Jepang Salah Satu Negara dengan Tingkat Obesitas Terendah di Dunia, Ini Rahasianya! (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)
Jepang Salah Satu Negara dengan Tingkat Obesitas Terendah di Dunia, Ini Rahasianya! (Foto: Aditya Eka Prawira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Data World Population Review mencatat 10 negara dengan tingkat obesitas paling rendah di dunia, dengan melihat rata-rata indeks massa tubuh (BMI). Di antaranya Madagaskar (21.1), Eritrea (21.1), Ethiopia (21.1), Timor-Leste (21,3), Burundi (21,6), Jepang (21,8), Cina (21,9), India (21,9), Bangladesh (22,0), dan Burkina Faso (22,1)

WHO menyebutkan penyebab mendasar dari kelebihan berat badan dan obesitas adalah ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi dan kalori yang dikeluarkan. Hal ini terjadi ketika peningkatan asupan makanan padat energi yang tinggi lemak dan gula diikuti dengan aktivitas fisik yang kurang sehingga tubuh jadi tidak banyak bergerak.

Oleh karena itu lingkungan yang mendukung sangat penting dalam membentuk pola hidup masyarakat agar mencegah obesitas, dengan menjadikan pilihan makanan yang lebih sehat dan aktivitas fisik yang teratur.

Konsumsi Buah dan Sayur Tinggi Serat

WHO merekomendasikan untuk mengonsumsi banyak buah dan sayuran. Mendapatkan nutrisi yang tepat sangat penting untuk menjaga tubuh Anda tetap sehat. Makan setidaknya 400 gram atau lima porsi buah dan sayuran setiap hari, mengurangi risiko obesitas dan membantu memastikan asupan serat makanan yang cukup setiap hari. 

Jepang, salah satu negara dengan tingkat obesitas paling rendah, mayoritas masyarakatnya gemar mengonsumsi buah dan sayuran setiap harinya. Dilansir Statista pada Sabtu, 24 Februari 2024, sore, setiap orang Jepang mengonsumsi sekitar 90 kilogram (kg) sayuran per tahun. Biasanya dijadikan acar (tsukemono) untuk mendampingi lauk dan nasi.

Dikutip dari Healthline, berikut ini adalah buah dan sayuran yang tinggi serat:

  1. Buah pir (3.1 gram)
  2. Stroberi (2 gram)
  3. Alpukat (6.7 gram)
  4. Raspberry (6.5 gram)
  5. Oats (10.1 gram)
  6. Wortel (2.8 gram)
  7. Brokoli (2.6)
  8. Bayam (2.2 gram)

Hindari Konsumsi Makanan Cepat Saji

Sebagian besar makanan cepat saji mengandung sedikit bahkan hampir tidak ada sarat dan karbohidrat. Banyak minuman cepat saji yang mengandung lebih dari jumlah gula yang direkomendasikan setiap hari. Bahan makanan cepat saji lainnya yang umum ditemukan adalah lemak trans, yaitu lemak buatan yang dihasilkan selama proses pengolahan makanan. Tidak ada jumlah lemak trans yang baik atau sehat.

Mengonsumsi makanan yang mengandung lemak trans dapat meningkatkan kolesterol jahat, meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.Lemak trans biasanya ditemukan dalam makanan gorengan seperti kentang goreng dan ayam goreng, pizza, serta burger.

Daripada konsumsi makanan cepat saji, cobalah beralih ke menu makanan tradisional yang bergizi. Sebuah studi dalam jurnal Nutrients Trusted Source menunjukkan bahwa berfokus pada sisi positif dari makanan sehat lebih efektif daripada berfokus pada kebutuhan untuk menghilangkan junk food.

Menjadikan Jalan Kaki sebagai Kebiasaan

Penelitian oleh Universitas Stanford yang dipublikasikan di journal Nature pada Juli 2017 menyebutkan bahwa warga negara China rata-rata berjalan 6.189 langkah atau sekitar 4,8 kilometer setiap hari, diikuti penduduk Jepang, Spanyol, dan Inggris.

Berjalan kaki dapat membantu mengurangi indeks massa tubuh, dan persentase lemak tubuh. American Heart Association merekomendasikan agar setiap orang melakukan setidaknya 150 menit olahraga intensitas sedang, seperti jalan cepat setiap minggunya.

Olahraga seperti jalan kaki meningkatkan kebugaran kardiovaskular dan membakar kalori. Tubuh harus bekerja dan membakar kalori untuk menggerakkan otot-otot ketika melakukan aktivitas seperti berjalan.

Konsep kalori masuk, kalori keluar hanyalah salah satu bagian dari manajemen berat badan. Pada kenyataannya, manajemen berat badan adalah sistem yang kompleks yang berkaitan dengan hormon dan metabolisme. Jadi, membakar lebih banyak kalori daripada yang dikonsumsi dapat membantu menurunkan berat badan dan risiko obesitas.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya