Liputan6.com, Jakarta Lupus adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan pada organ yang terdampak.
Autoimun sendiri adalah kondisi ketika sel-sel kekebalan tubuh keliru mengenali jaringan sehat dalam tubuh sebagai zat asing, sehingga berusaha menghancurkannya.
Baca Juga
Kesempatan Bertemu Wedha Sang Ilustrator Lupus di JICAF 2024, Tampil Perdana di Publik Setelah 15 Tahun Pensiun
Kapan Timnas Indonesia Main Lagi di Kualifikasi Piala Dunia 2026? Ini 4 Laga Sisa yang Menanti
Profil Ketua KPK Baru Setyo Budiyanto, Jenderal Polri Yang Janji Hapus Lift VIP di Gedung Merah Putih
Menurut dokter spesialis penyakit dalam konsultan alergi dan imunologi Eka Hospital Bekasi, Anshari Saifuddin Hasibuan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau lupus setidaknya memiliki empat faktor risiko. Faktor risiko adalah hal-hal yang menyebabkan peluang seseorang mengalami lupus menjadi lebih besar, keempat faktor risiko itu adalah:
Advertisement
Jenis Kelamin
Walau dapat menyerang siapa saja, lupus lebih berisiko dialami oleh perempuan. Diketahui, sekitar lebih dari 80 persen kasus SLE ditemukan pada perempuan.
Usia
Orang usia berapa pun bisa terkena lupus, mulai dari bayi baru lahir sampai lansia. Meski begitu, sekitar 80 persen kasus lupus ditemukan pada orang usia 15-45 tahun.
Ras
Beberapa ras lebih berisiko mengalami lupus dibandingkan ras lainnya, seperti orang kulit hitam, Asia, Hispanik (Spanyol), dan Amerika.
Keturunan
“Orang yang memiliki orang tua dengan lupus lebih berisiko mengalami lupus,” kata Anshari dalam keterangan pers, dikutip Senin (11/3/2024).
Dampak Lupus Bisa Dirasakan di Seluruh Tubuh
Lupus, atau biasa juga dikenal dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah salah satu penyakit autoimun yang dampaknya bisa dirasakan oleh seluruh tubuh.
Pasalnya, penyakit ini dapat memengaruhi berbagai organ tubuh, seperti persendian, kulit, otak, paru, ginjal, jantung, dan pembuluh darah. Itu sebabnya, gejala yang muncul bisa sangat beragam bergantung pada area mana yang terdampak, baik dalam skala ringan maupun berat.
Pada kulit, salah satu gejala lupus yang paling khas adalah munculnya ruam di wajah, tepatnya melebar antara pipi dan hidung, yang menyerupai kupu-kupu, sehingga disebut butterfly rush.
Advertisement
Gejala Lupus
Beberapa gejala lain yang dapat timbul akibat lupus yakni:
- Nyeri sendi dan bengkak (artritis)
- Persendian kaku di pagi hari
- Demam
- Kelelahan
- Ruam yang melebar di area hidung dan pipi yang menyerupai kupu-kupu
- Ruam bersisik, berbentuk bulat yang dapat muncul di bagian tubuh mana pun
- Ruam kulit dan semakin memburuk akibat paparan sinar matahari
- Rambut rontok
- Muncul luka yang biasanya tidak terasa sakit di area hidung dan mulut
- Perubahan warna jari tangan dan kaki menjadi biru keunguan, putih, atau merah saat dingin atau stres (sindrom Raynaud’s)
- Pembengkakan kelenjar
- Pembengkakan kaki atau sekitar mata
- Nyeri dada saat bernapas atau berbaring
- Sakit kepala, pusing, linglung, atau kejang
- Sakit perut.
“Pada awalnya, Anda mungkin hanya merasakan beberapa gejala. Seiring waktu, sangat mungkin untuk Anda mengalami beberapa gejala sekaligus yang sifatnya kambuhan. Dengan pengobatan yang tepat, gejala ini bisa dikendalikan agar lebih jarang muncul,” ujar Anshari.
Lupus Tidak Bisa Sembuh Total
Sayangnya, lupus tidak bisa sembuh secara total. Walau demikian, pengobatan yang tepat dapat membantu meredakan gejalanya sehingga kualitas hidup pasien dapat meningkat.
Di Indonesia, angka kejadiannya mengalami peningkatan setiap tahun. Ada banyak hal yang menyebabkan angka kasus lupus ini meningkat. Beberapa di antaranya adalah paparan zat kimia dari makanan dan lingkungan, serta polusi udara.
“Meski demikian, lupus bukanlah suatu hal yang tidak bisa dikontrol, apalagi dengan kemajuan teknologi kesehatan saat ini. Memahami penyebab dan gejala lupus dapat membantu Anda mendeteksinya sejak dini sehingga pengobatannya pun dapat tepat sasaran,” pungkas Anshari.
Advertisement