Hasil Riset Terbaru Ungkap Mayoritas Pasangan Muda Ingin Punya 1 Anak Saja

Pasangan dari delapan negara termasuk Singapura memperlihatkan pasangan lebih memilih punya anak satu saja.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 15 Mar 2024, 07:00 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2024, 07:00 WIB
keluarga bahagia
Ilustrasi pasangan punya anak satu saja makin banyak | copyright freepik.com/lifestylememory

Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi yang dilakukan di delapan negara menunjukkan banyak pasangan tak ingin punya banyak anak. Dalam riset tersebut, pasangan cenderung memiliki keinginan punya anak cukup satu saja.

Riset ini melibatkan 22 ribu orang di delapan negara yang ditanyai mengenai keluarga ideal mereka di era penurunan angka fertilitas di banyak negara. Ternyata, bukan tidak punya anak, mayoritas pasangan ingin memiliki anak tapi satu saja.

Preferensi keinginan memiliki anak satu saja bukan hanya dari pasangan Singapura tapi juga dari negara lain yang terlibat dalam studi ini yakni Jepang, Korea Selatan, Italia, Norwegia, Amerika Serikat, Spanyol serta pasangan asal perkotaan di China.

Preferensi punya anak satu saja ini cukup mengejutkan bagi Profesor Yeung yang merupakan peneliti dari Agency for Science, Technology and Research’s Singapore Institute for Clinical Sciences Singapura. Terlebih pada riset sebelumnya menunjukkan pada umumnya warga Singapura punya anak dua.

Kenapa Cuma Ingin Punya Anak Satu?

Penelitian ini tidak menanyakan kepada responden alasan memiliki satu anak saja sebagai hal yang ideal.

Prof Yeung menduga hal ini terkait dengan kesulitan dalam mengatur antara pekerjaan dengan membesarkan anak, serta tingginya biaya membesarkan buah hati.

“Penekanannya adalah pada kualitas hubungan keluarga, standar hidup. Jadi terpenting kualitas – bukan kuantitas atau jumlah anak,” kata Yeung mengutip The Straits Time, Jumat (15/3/2024).

Keluarga yang Diidamkan Pasangan Muda

Studi yang terbit pada Januari di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, menanyakan kepada responden tentang jumlah anak yang diinginkan. Serta pengaruh dari 10 faktor area seperti pendapatan keluarga, work life balance, komunikasi antar keluarga dan harapan pendidikan anak.

Studi tersebut menemukan bahwa responden di delapan negara, termasuk Singapura, memiliki gambaran keluarga yang serupa. Harapan keluarga yang dimiliki antara lain:

1. Komunikasi yang baik antaranggota keluarga dekat. Diantaranya bahwa keluarga saling menghormati. Lalu, memiliki pasangan yang saling mendukung dalam tujuan profesional dan pribadi. 2. Pendapatan keluarga di atas rata-rata lebih diinginkan daripada pendapatan keluarga rata-rata atau di bawah rata-rata.

Soal pendidikan anak, Singapura memandang bahwa idealnya bisa mencapai pasca sarjana itu lebih baik. Sementara responden dari negara lain seperti China dan Tiongkok mengatakan bahwa sudah sarjana strata 1 sudah baik.

 

Singapura Bakal Susah Tingkatkan Angka Kesuburan Total

Ilustrasi Singapura
Ilustrasi Singapura (AP/Wong Maye-E)

Mengomentari temuan penelitian ini, Dr Tan Poh Lin yang merupakan peneliti senior di Institute of Policy Studies, mengatakan bahwa peralihan dari yang tadinya pasangan Singapura punya dua anak menjadi satu akan menghambat upaya untuk meningkatkan tingkat kesuburan total di Singapura.

Seperti diketahui, angka kesuburan total (TFR) penduduk Singapura di bawah 1,0 untuk pertama kalinya pada 2023. Di mana TFR Singapura berada di 0,97. Angka ini menempatkan Singpuar dengan TFR rendah bersama dengan Korea Selatan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya