Kasus COVID di Singapura Melejit, Epidemiolog Sebut 2 Alasan Negeri Singa Waspada

Kasus COVID di Singapura melejit membuat pemerintah setempat mesti waspada lantaran populasi lansia mendominasi.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 22 Mei 2024, 13:30 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2024, 19:40 WIB
Kasus COVID-19 di Singapura naik gegara subvarian Omicron XBB. (Foto: ilustrasi Freepik/mrsiraphol)
Kasus COVID-19 di Singapura naik gegara subvarian Omicron XBB. (Foto: ilustrasi Freepik/mrsiraphol)

Liputan6.com, Jakarta Kasus COVID di Singapura tengah naik segera direspons cepat oleh pemerintah setempat. Terkait hal ini, epidemiolog Dicky Budiman mengatakan paling tidak ada dua alasan Negeri Singa menjadi awas dan waspada terhadap kenaikan infeksi virus SARS-CoV-2.

Pertama, penduduk lanjut usia atau lansia mendominasi Singapura. Oleh karena itu sangat wajar kalau Singapura langsung waspada ketika melihat kenaikan kasus COVID-19 yang melesat naik dua kali lipat menjadi 25.900 pada periode 5 - 11 Mei 2024.

"Tentunya sangat wajar, Singapura harus waspada karena mereka memiliki populasi lansia cukup signifikan. Bahkan, bisa dikatakan lebih dari setengah penduduk lansia itu belum terupdate (vaksinasi booster)," kata Dicky.

Seperti diketahui kelompok lansia adalah kelompok rawan bila terinfeksi COVID-19. Terlebih bila belum mendapatkan perlindungan dari vaksin COVID-19. Risiko fatalitas makin meningkat bila lansia tersebut belum divaksin serta memiliki komorbid.

"Itu yang bikin Singapura awas, aware, dan waspada," kata Dicky lewat pesan suara ke Health Liputan6.com ditulis Senin, 20 Mei 2024.

Kesadaran Tinggi Akan Kesehatan Diri 

Faktor kedua, mitigasi cepat dilakukan karena Singapura adalah negara dimana pemerintah dan warganya memiliki kesadaran tinggi akan kesehatan diri dan lingkungan.

Pemerintah Singapura, lanjut Dicky, juga sadar bahwa bila kelompok lansia dan komorbid terinfeksi amat banyak maka bisa membuat jumlah pasien yang masuk rumah sakit meningkat. Hal itu bisa membuat RS kelabakan. 

"Ini bisa membebani fasilitas kesehatan mereka yang relatif terbatasi. Bisa jadi situasi yang chaos kalau tidak direspons atau dimitigasi dengan baik," lanjut Dicky.

Di Singapura memang terjadi peningkatan jumlah pasien yang dirawat di RS akibat COVID-19. Bila rata-rata 180 orang per minggu menjadi 250-an yang masuk RS akibat kasus COVID-19.

Epidemiolog Dicky Budiman Sebut Banyak Populasi Muda di Indonesia Menguntungkan

Epidemiolog Minta Capres Perhatikan Soal Penyakit Tropis yang Terabaikan
Epidemiolog Dicky Budiman Minta Capres Perhatikan Soal Penyakit Tropis yang Terabaikan. Foto: Dok. Pribadi.

Menurut pandangan Dicky, situasi Indonesia diuntungkan dengan banyaknya populasi muda. Selain itu, tingkat vaksinasi COVID-19 pada masyarakat kita juga relatif tinggi.

Meski begitu, Dicky tetap mengingatkan bagi kelompok lansia dan punya komorbid mendapatkan vaksinasi booster.

"Perlu di-update, di-booster. Khususnya lansia dengan komorbid lalu pada kelompok rawan seperti petugas yang ada di pintu masuk negara," sarannya.

Tak Perlu Panik

Melihat kenaikan kasus COVID di Singapura, Dicky menenenangkan agar masyarakat tak perlu panik.

"Untuk masyarakat umum, tidak usah panik. Tapi tentu kita harus tetap membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat dengan memakai masker, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan," pesannya.

Bila menilik karakter subvarian KP.1 dan KP.2 yang mendominasi dua per tiga kasus infeksi di Singapura, Dicky memberi tahu bahwa tidak memiliki penularan yang lebih cepat dan kematian yang lebih tinggi.

"KP.1 dan KP.2 itu tidak menular seperti zaman Delta, dan tidak menyebabkan kematian tinggi," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya