Virus Oropouche adalah Pembunuh Baru yang Mengguncang Dunia, Gejala Mirip DBD yang Bisa Mematikan

Virus Oropouche adalah Ancaman Baru yang Menakutkan dari Gigitan Nyamuk. Gejalanya pun Mirip DBD dan Zika. Berikut Fakta Lainnya tentang Virus yang Sudah Ada Sejak 1955.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 29 Jul 2024, 15:18 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2024, 15:18 WIB
Menguak Fakta Mengejutkan tentang Virus Oropouche dan Kematian di Brasil (AFP Photo/Roslan R)
Menguak Fakta Mengejutkan tentang Virus Oropouche dan Kematian di Brasil (AFP Photo/Roslan R)

Liputan6.com, Jakarta - Virus Oropouche kini menjadi sorotan dunia kesehatan, terutama setelah dilaporkan kematian pertama akibat virus ini di Brasil. Dua wanita muda di negara bagian Bahia meninggal dunia dengan setelah terpapar virus yang gejalanya mirip demam berdarah dengue (DBD). Kematian ini menunjukkan potensi serius dari virus yang sebelumnya dianggap kurang dikenal ini.

Virus Oropouche adalah arbovirus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, terutama dari genus Culex quinquefasciatus. Menurut mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama, virus ini pertama kali diidentifikasi di Trinidad pada tahun 1955 dan sejak itu telah menyebar ke berbagai negara di Amerika, seperti Brasil, Bolivia, Peru, Kuba, dan Kolombia.

Gejala Virus Oropouche

Menurut CDC, gejala infeksi virus Oropouche bisa mirip dengan DBD, virus Zika, atau Malaria, sehingga sering kali sulit untuk membedakan tanpa tes laboratorium. Masa inkubasi virus Oropouche adalah tiga hingga 10 hari, dimulai dengan demam mendadak hingga 40 derajat Celsius disertai sakit kepala, menggigil, mialgia, dan arthralgia.

Prof Tjandra Yoga juga menyatakan bahwa gejala virus Oropouche meliputi demam, sakit kepala, nyeri sendi, fotofobia (takut cahaya), diplopia (penglihatan ganda), dan mual. Pada kasus yang sangat jarang, dapat terjadi meningitis (radang selaput otak).

"Gejala-gejala ini bisa mirip dengan Demam Dengue, yang sering kita temui di Indonesia," katanya kepada Health Liputan6.com.

Apa Bedanya Virus Oropouche dengan DBD?

Dijelaskan Prof Tjandra bahwa Oropouche disebabkan oleh virus yang berbeda dengan virus dengue, dan lokasi epidemiologinya juga berbeda. Penularannya pun berbeda. Jika dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk, maka Oropouche ditularkan melalui gigitan lalat kecil (midge) atau nyamuk.

"Virus ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan lalat kecil (midge) atau nyamuk," kata Tjandra Yoga.

Meskipun demikian, dalam keadaan tertentu, gejalanya bisa mirip. Seperti yang disampaikan WHO pada Juni 2014, "Gejala penyakit ini mirip dengan dengue dan mulai antara empat hingga delapan hari (rentang antara tiga-12 hari) setelah gigitan infeksi."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bahaya Tersembunyi Virus Oropouche, Kenali Cara Pencegahannya

Tjandra Yoga, menambahkan, WHO Amerika menyatakan bahwa kejadian virus Oropouche saat ini sedang dalam pengamatan epidemiologi. "Mereka menganjurkan negara-negara untuk meningkatkan pengawasan, termasuk surveilan entomologi, serta melaksanakan upaya pengendalian vektor dengan baik," ujarnya.

Dengan meningkatnya perhatian terhadap virus Oropouche, penting bagi kita semua untuk tetap waspada dan mengikuti langkah-langkah pencegahan yang dianjurkan oleh otoritas kesehatan. Pengendalian vektor menjadi kunci utama dalam pencegahan penyebaran virus ini.

CDC juga melaporkan bahwa pada beberapa pasien dengan infeksi virus Oropouche, ditemukan hasil laboratorium yang tidak normal, seperti:

  1. Limfopenia dan leukopenia
  2. Peningkatan CRP (C-reactive protein), dan
  3. Peningkatan enzim hati yang ringan.
  4. Trombositopenia juga dilaporkan pada beberapa kasus.

 

 


Menguak Fakta Mengejutkan tentang Virus Oropouche

Virus Oropouche dapat menyebabkan penyakit neuroinvasif seperti meningitis dan ensefalitis. Diperkirakan hingga empat persen pasien akan mengembangkan gejala neurologis setelah demam awal. Gejala-gejala pada pasien dengan penyakit neuroinvasif, termasuk:

  • Sakit kepala parah di bagian belakang kepala
  • Pusing
  • Kebingungan
  • Lesu
  • Sensitif terhadap cahaya
  • Mual
  • Muntah
  • Kekakuan leher, dan
  • Nistagmus.

Abnormalitas laboratorium yang ditemukan dalam cairan serebrospinal (CSF) pada pasien dengan penyakit neuroinvasif meliputi pleositosis dan peningkatan protein.

Kelemahan dan rasa tidak enak badan dapat bertahan hingga satu bulan setelah gejala muncul. Pasien mungkin memerlukan rawat inap untuk tanda dan gejala yang lebih parah. Pasien biasanya sembuh tanpa efek jangka panjang, bahkan dalam kasus yang parah. Sangat sedikit kematian yang dilaporkan pada orang yang terinfeksi virus Oropouche.

 


Adakah Obat untuk Virus Oropouche?

CDC menyatakan bahwa tidak ada obat khusus untuk mengobati penyakit virus Oropouche. Perawatan suportif direkomendasikan untuk manajemen klinis pasien. Pengobatan untuk gejala dapat mencakup istirahat, cairan, dan penggunaan analgesik dan antipiretik. Pasien yang mengembangkan gejala yang lebih parah harus dirawat di rumah sakit untuk pengamatan dan perawatan suportif.

Semua pasien yang diduga menderita demam berdarah secara klinis harus menerima manajemen yang tepat tanpa menunggu hasil tes diagnostik. Pasien harus diberi tahu untuk menghindari obat yang mengandung aspirin atau obat antiinflamasi nonsteroid lainnya sampai demam berdarah dapat dikesampingkan untuk mengurangi risiko perdarahan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya